Serve with Love by: I Wayan Sudarma
Kegagalan adalah salah satu kejadian yang kerapkali menimpa seseorang dalam upayanya meraih suatu tujuan, harapan atau dan cita-citanya. Walaupu suatu kegagalan tidak selamanya merupakan akhir segala upaya, nyatanya kegagalan sering membuat kecut sebagian orang. Lebih daripada itu, kegagalan juga tidak jarang menjadi semacam “trauma” bagi seseorang yang tidak siap menerima kenyataan itu. Sebaliknya, keberhasilan dalam segala hal menjadi “impian” bagi setiap orang. Malangnya, justru banyak hal yang mengakibatkan seseorang lebih mudah menemui kegagalan alih-alih keberhasilan.
Bentuk-bentuk kegagalan agaknya tidak dapat dihitung dengan pasti berapa banyak jumlahnya. Membuka usaha perniagaan, misalnya senantiasa diintip oleh kegagalan/kebangkrutan. Dalam dunia pendidikan, para siswa juga tidak luput dari kemungkinan ditimpa kegagalan.
Namun, tidak banyak orang mampu melihat kenyataan ini. Dengan tidak terlihatnya kenyataan ini, seseorang akan merasa sulit membedakan antara kewaspadaan dengan kecemasan terhadap kegagalan. Mereka yang telah dihantui oleh kecemasan ini biasanya cenderung untuk melakukan “usaha tambahan” yang diharapkan dapat menolak datangnya kegagalan. Salah satu usaha tambahan ini ialah mengikutsertakan peranan seorang dukun dalam upaya itu. Para dukun, melalui keahlian mereka yang khas, ddipercayai mampu menghalau kegagalan yang mungkin mengancam tujuan, atau dan cita-cita seseorang.
Sebagai contoh, sebelum memulai suatu usaha di bidang perniagaan, sering dimintakan kepada dukun untuk menghitung waktu yang baik, mengatur letak bangunan supaya “menguntungkan”, menolak “pengaruh jelek” dan lain sebagainya. Dalam masalah percintaan, misalnya, dukun dipercayai mampu meracik “minyak pengasih” (pelet) yang akan membuat seseorang yang menyatakan cinta kepada pujaan hatinya, bisa memperoleh tanggapan dan sambutan yang hangat, dalam artian cintanya tidak bertepuk sebelah tangan / mengalami kegagalan, sementara itu, dalam dunia pendidikan sseorang siswa dapat meminta “jimat” sebagai pegangan untuk berlaga dlam ujian agar dapat memperoleh hasil gemilang. Jimat sejenis dapat pula dimintakan sebagai pegangan sebelum turun dalam suatu pertandingan agar dapat meraih kemenangan. Semakin banyak kecemasan seseorang terhadap kegagalan, semakin sarat pula praktik perdukungan yang diharapkan dapat mengusir kegagalan dari hadapannya.
Penyelesaian masalah kegagalan
Keangkuhan adalah suatu sifat yang sangat gemar mengecam setiap kegagalan. Baginya kegagalan merupakan “aib” yang tidak boleh terjadi. Dilain pihak, keangkuhan senantiasa mengagung-agungkan keberhasilan. Hanya keberhasilan inilah yang dianggap dapat memenuhi tuntutannya.
Tak salah lagi, sifat keangkuhan itulah yang menjerumuskan kegagalan ke jurang masalah. Bagi sesorang yang terbelenggu oleh sifat keangkuhan ini, ia berarti juga ikut menjerumuskan ke dalam jurang maslah kegagalan.
Sedemikian hinakah kegagalan itu sehingga harus dicampakkan seperti itu? Juga, sedemikian muliakah keberhasilan itu sehingga harus dipuja-puja secara berlebihan. Dua pertanyaan itu kiranya tak akan terjawab secara obyektif dan tak sepihak jika seseorang tidak mempunyai pengertian yang benar. Hanya pengertian kebenaranlah yang dapat menimbang serta menilai suatu kegagalan dan keberhasilan secara adil. Lebih jauh lagi, pengertian kebenaran bahkan dapat merekahkan kelopak kegagalan dan keberhasilan sehingga hikmah yang terlingkupi di dalamnya dapat terlihat dengan jelas. Dengan terlihatnya hikmah ini, seseorang berarti telah mengalihkan “masalah kegagalan” ke “bukan masalah”.
Kegagalan memang merupakan sesuatu yang sangat tidak di harapkan oleh setiap orang. Meskipun demikian, apabila hal ini sudah terjadi, agaknya tidak begitu bijaksana jika seseorang berusaha untuk mengingkarinya, apalagi mengecamnya. Bagaimanapun juga, kegagalan adalah suatu kenyataan pahit yang harus diterima. Menerima kegagalan bukanlah berarti pasrah dengan kenyataan itu, bukan pula meratapinya.
Dalam setiap kegagalan seseorang haruslah mencari hikmah yang pasti terkandung di dalamnya. Dengan hikmah inilah ia dapat membangun semangat untuk berusaha dan berjuang kembali. Kalau pun nantinya gagal lagi. Seseorang tidaklah boleh berputus asa. Dalam setiap kegagalan selalu terjulur kesempatan untuk mencobanya lagi. Berapapun banyaknya kegagalan yang telah ditemui, seseorang tetap tidak mempunyai alasan yang tepat untuk menyerah. Semakin banyak kegagalan yang ditemui, seseorang justru seharusnya semakin berani dalam menghadapi kegagalan selanjutnya yang menantangnya di depan.
Sesungguhnya, setiap keberhasilan itu didirikan di atas banyak tonggak kegagalan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mencapai keberhasilan tanpa pernah mengalami kegagalan. Kalaupun seandainya dikatakan ada, ia sebenarnya kurang sempurna untuk dapat dianggap telah mencapai keberhasilan. Dengan kata lain, seseorang yang tak pernah mengalami kegagalan tidaklah mempunyai peluang untuk mencapai keberhasilan. Untuk mendirikan suatu keberhasilan, dibutuhkan banyak waktu. Keberhasilan bukanlah suatu harapan yang dapat ddiciptakan dalam waktu sekejap bagaikan sebuah impian. Semakin tinggi nilai keberhasilan yang diinginkan, semakin banyak pula waktu, tenaga, semangat, usaha dan perjuangan yang dibutuhkan.
Di dalam masyarakat, memang ada orang-orang yang seakan-akan telah bermitra dengan keberhasilan sehingga apa pun tujuan, harapan, atau dan cita-cita yang diinginkan selalu tercapai dalam waktu yang singkat dan tanpa upaya yang keras. Sebaliknya ada pula orang yangg sudah bekerja keras tetap saja gagal. Apabila tidak dimengerti secara luas dan benar, hal-hal semacam inilah yang dapat menggoyahkan keyakinan seseorang atas upayanya.
Sesungguhnya, orang-orang yang termasuk golongan pertama itu tidaklah dapat dianggap memetik hasil lebih mudah dan cepat daripada orang-orang dari golongan kedua karena apa yang telah mereka lakukan itu tidaklah diawali pada kehidupan sekarang ini saja. Dalam kehidupan yang lampau, mereka pun sudah berupaya sehingga sekarang tinggal melanjutkan saja.
Setiap orang sebenarnya dapat mempercepat proses keberhasilan secara alamiah. Misalnya, pengertian bahwa “Hanya orang-orang dungu yang mencari hari-hari baik. Tetapi, bagi orang-orang pandai, setiap hari adalah saat yang baik sejauh kesempatan ini dipergunakan dengan kearifan” agaknya tak kalah pentingnya dengan perhitungan dan perumusan hari baik secara gaib yang dilakukan oleh seorang pengusaha yang ingin berhasil dalam usahanya di bidang perniagaan.
Cinta kasih dan kesetiaan adalah alat-alat pemukau yang kalah ampuhnya dengan “susuk pemikat” dan “minyak pemikat” bagi seseorang yang ingin berhasil dalam percintaan. Ketekunan adalah bekal yang tak kalah perlunya dengan “jimat pencerdas” bagi siswa yang ingin berhasil memperoleh hasil gemilang. Keuletan adalah pegangan yang tak kalah kuatnya dengan “jimat penguat” bagi seseorang yang ingin berhasil dalam suatu pertandingan.
Dengan membangkitkan kemampuan-kemampuan laten ini, seseorang akan dapat meraih keberhasilan atas tujuan, harapan, atau dan cita-citanya. Keberhasilan ini tentunya akan disambut dengan gembira.
Salam Rahayu, Bali 15 Des 2011
No comments:
Post a Comment