Om Swastyastu,
Ijinkan saya berbagi sedikit pengetahuan berkaitan dengan Sad Darsana-semoga bermanfaat bagi kita semuanya
1. Samkhya
Pendiri dan sumber ajarannya.
Menurut tradisi, pembangun ajaran ini bernama Maharesi Kapila, yang menulis Samkhyasutra. Di dalam Bahagawata Purana disebutkan nama Maharesi Kapila, putra Dewa huti sebagai pembangun ajaran Samkhya yang sifatnya theistic. Karya tulis tentang Samkhya yang kini dapat diwarisi adalah Samkhyakarika yang ditulis oleh Iswarakrsna.
Ajaran Samkhyada Yoga besar pengaruhnya terhadap ajaran agama Hindu di Indonesia. Kitab-kitab Tattwa seperti : Wrhaspatitattwa, Tattwajñana, Ganapatitattwa berbahasa Jawa Kuno dalam Saivapaksa banyak mendapat pengaruh dan bahkan merupakan ajaran Samhya dan Yoga. Ajaran Samkhya sebenarnya sudah tua usianya, hal ini dibuktikan bahwa dalam kitab-kitab Sruti (Mantra, Brahmana, Aranyaka, da Upanisad), Smrrti, Itihasa dan Purana di dalamnya terkandung ajarn Samkhya.
Sifat ajarannya :
Kata Samkhya berarti 'pemantulan', yaitu pemantulan filsafati. Adapula yang menyatakan bahwa Samkhyaberarti kumpulan bilangan (sam= berkumpul, khya=bilangan). Ajaran Samkhya ini disebut bersifat Realistis, karena mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh. Samkhya disebut dualitis karena prinsip ajarannya ada dua realitas yang berdiri sendiri-sendiri, saling bertentang tetapi dapat dipadukan, yaitu : Purusa dan Prakrti. Akhirnya Samkhya disebut Pluralistis, karena mengajarkan bahwa Purusa itu banyak sekali. Tentang kebenaran Tuhan Yang Mahaesa tidak perlu dibuktikan lagi, karena itu pula ajarannya disebut 'Nirisvara Samkhya'.
25 Tattwas Samkhya:
Menurut Samkhya bahwa hakekat manusia dan alam semesta terdiri dari dua unsur, yaitu : Purusa, asas kejiwaan (rohani) dan Prakrti, asas badani (material / jasmani). Selanjutnya kedua asas ini, terutama setelah Purusa bertemu dengan Prakrti, berkembanglah Prakrti itu sebagai unsur penyusun tubuh manusia maupun alam semesta, yang keseluruhannya terdiri dari 25 prinsip (Tattwas), sebagai berikut :
Purusa adalah asas kejiwaan yang kekal, berdiri sendiri dan tidak berputar. Jumlah Purusa tidak terbilang, berbeda dengan Upanisad, Samkhyatidak mengakui adanya satu jiwa yang bersifat Universal, yang kemudian dantaranya menjadi jiwa individu. Prakrti adalah sebaab terakhir dari alam semesta ini, semua obyek di dunia ini, baik badan, pikiran, prasaan adalah terbatas dan merupakan serentetan dari suaru sebab. Sebab terakhir inilah yabng desebut Prakrti dalam ajaran Samkhya.
Triguna :
Prakrti dibangun oleh Tri Guna, yaitu: Sattwa, Rajas dan Tamas. Guna artinya unsur atau komponen penyusuanan. Tri Guna itu tidak dapat diamati dengan indrya. Adanya disimpulkan atas obyek dunia ini yang merupakan akibat dari padanya. Karena adanya kesamaan asas, antara akibat dan sebab, maka dapat ketahui sifat-sifat Guna itu dari alam yang merupakan wujud hasil dari padanya. Semua obyek dunia ini mempunyai tiga sifat, yaitu sifat-sifat yang menimbulkan rasa senang, susah dan netral. Seseorang menyanyi karena girang, dapat menyusahkan orang yang sedang sakit, seperi sakit gigi, tak berpengaruh apapun bagi mereka yang apatis. Sebab semua sifat ini merupakan akibat suatu sebab, maka sifat-sifat itu haruslah terkandung pada sebab itu. Demikianlah sifat-sifat itu terkandung dalam Sattwam, Rajas dan Tamas. Tattwa adalah suatu Prakrti yang merupakan alam kesenangan yang ringan, terang dan bercahaya. Wujudnya berupa kesadaran, sifat ringan yang menimbulkan gerak ke atas, angin dan air di udra dan semua bentuk kesenagan seperti kepuasan, kegirangan dan sejenisnya itu. Rajas adalah unsur yang menyebabkan benda atau makhluk bergerak. Rajas menyebabkan api berkobar angin berhembus, dan pikiran berkeliaran kesana-kemari dan yang sejenis dengan itu. Tamas adalah unsur yang menyebabkan sesuatu menjadi pasif, dan bersifat negatip. Ia bersifat keras, menentang aktivitas, menahan gerak pikiran, sehingga menimbulkan kegelapan, kebodohan, mengatarkan seseorang pada bebingungan. Karena menentang aktivitas, menyebabkan seseorang menjadi malas, acuh, suka tidur. Demikianlah sifat-sifat Tri Guna itu. Karena dunia ini terdapat saksikan selalu ada pertentangan dan kerja sama dalam kesatuan. Ketiga guna ini selalu bersama-sama dan tidak pernah berpisah satu dengan yang lain. Tidak dapat hanya salah satu dari padanya membangun benda-benda atau makhluk di dunia ini. Kerja sama ketiga guna itu laksana minyak, sumbu dan api yang bersama-sama menyebabkan adanya nyala lampu, walaupun masing-masing elemen itu berbeda-beda, yang sifatnya bertentangan. Ketiga guna berubah terus menerus. Ada dua perubahan bentuk tri Guna itu, yaitu Swarupaparinam dan Wirupaparinama. Pada waktu Pralaya masing-masing guna berubah pada dirinya sendiri. Tanpa mengganggu yang lain. Perubahan seperti ini disebut Swarupaparinama. Pada waktu demikian tidak mungkin ada ciptaan, karena tidak ada kerja sama antara ketiga guna itu. Namun bila Guna yang satu menguasai yang lain, maka terjadilah suatu penciptaan. Perubahan ini disebut Wirupaparinama.
Alam semesta
Setiap orang merasa bahwa ia bahwa ia ada dan memiliki sesuatu, rasa akan dirinya ada adalah rasa yang alamiah dan pengalaman yang tidak dapat diragukan lagi, karena itu Samkhyamengatakan, bahwa Roh itu ada, karena itulah yang menjelma, dan ketiadaanya tidak dapat dinyatakan dengan jalan apapun juga. Menurut ajarannya Samkhya roh itu berbeda dengan indrya, pikiran dan akal. Ia bukan dunia obyek. Ia adalah semangat kesadaran yang selalu menjadi subyek pengetahuan dan tidak pernah menjadi obyek pengetahuan.
Tentang adanya Purusa atau roh dinyatakan oleh Samkhya sebagai berikut :
1) Benda-benda dunia ini seperti meja, kursi adalah untuk mengetahui kepentingan suatu yang lain dirinya sendiri. Sesuatu yang berkepentingan, haruslah sesuatu yang sadar, benda-benda duniawi ini sebagai sarana pemenuhan kepentingannya. Itulah Purusa, yang sadar.
2) Semua obyek dunia ini pikiran, dan kecerdasan harus diawasi dan diarahkan oleh suatu kesadaran agar ia dapat mencapai tujuannya. Karena itu haruslah ada suatu yang mengarahkan obyek dunia, dan adalah Purusa.
3) Semua manusia berusaha mendapatkan kalepasan. Hal ini menyatakan, bahwa ada sesuatu yang dapat mencapai kelepasan itu. Itulah Purusa.
4) Semua obyek dunia, membersihkan rasa senang, susah atau netral. Rasa senang susah hanya ada artinya bila ada yang dapat mengalaminya. Itulah Purusa.
Menurutnya Samkhya, Purusa itu banyak jumlahnya, yang masing -masing berhubungan dengan satu badan. Adanya banyak Purusa itu berdasarkan atas pertimbangan-petimbangan berikut :
Adalah jelas adanya perbedaan yang hidup dengan yang mati. Kelahiran atau kematian seseorang, tidak berarti kelahiran atau kematian orang lain. Demikian pula halnya dengan keadaan buta, tuli. Jika semua orang mempunyai satu roh (Purusa) yang sama, maka kelahiran atau kematian seseorang akan menyebabkan kelahiran atau kematian orang lain. Demikian pula halnya dengan buta dan tuli, tetapi kenyataanya tidak demikian, karenanya Purusa itu tidak satu, tetapi banyak jumlahnya.
Jika seandainya ada satu Purusa untuk semua makhluk, maka aktivitas seseoarang, haruslah menyebabkan orang lain aktif tetapi kenyataanya, bila seseorang tidur yang lain mengigau, gelisah atau resah.
Manusia laki-laki atau perempuan berbeda dengan dewa-dewa, demikian pula burung-burung dengan binatang buas. Perbedaan itu akan hilang, seandainya ada satu Purusa, karenanya haruslah ada banyak Purusa.
Tentang adanya Prakrti sebagai sebab terakhir dapat diketahui dari kesimpulan berikut ini:
1) Obyek dunia ini dari intelek sampai dengan berbagai benda di dunia ini adalah terbatas dan bergantungan satu sama lain. Karenanya haruslah ada yang tidak terbatas dan yang bebas dari ketergantungan sebagai asal dari yang ada ini.
2) Benda-benda dunia ini mempunyai sifat-sifat umum tertentu, yang menyebabkan pemilik-pemilikya dapat menjadi senang, susah, netral, karena semuanya itu haruslah mempunyai sumber yang sama dari ketiga sebab ini.
3) Semua sebab itu mengalir dari suatu aktivitas dari suatu sebab yang mengan-dung potensi di dalamnnya. Oleh karena semua obyek dunia ini haruslah mengandung suatu unsur sebab.
4) Suatu akibat timbul dari sebabnya dan kemudian ia mempunyai akibat yang menyusul. Maka suatu obyek pengalaman itu timbul dari suatu sebab dan sebab itu timbul dari sebab lagi. Begitulah seterusnya sampai pada sebab pertama. Pada waktu peleburan unsur-unsur badani akan lebur menjadi atom-atom, atom-atom menjadi tenaga dan seterusnya sampai sebab pertama.
Sebab pertama atau yang terakhir ini adalah Prakrti. Tentang penciptaan (evolusi) alam semesta dinyatakan demikian : Bila Purusa bertemu dengan Prakrti, maka Prakrti akan mengembang menjadikan alam semesta ini, sepertinya anggota badan ini dapat bergerak karena hadirnya pikiran. Evolusi alam semesta ini tidak mungkin terjadi hanya karena Purusa, Karena Purusa itu bersifat pasif. Tidak juga hal itu dapat terjadi karena Pakrti saja, sebab Prakrti tanpa kesadaran. Karena pertemuan Purusa dengan Prakrti alam semesta ini dapat terwujud. Hubungan Purusa Prakrti ini adalah seperti kerjasama orang lumpuh dengan orang buta untuk dapat keluar tahun, Mereka bekerjasama untuk mencapai tujuannya. Hubungan antara Purusa dan Prakrti menyebabkan terganggunya keseimbangan alam Tri Guna, yang mula-mula terganggu ialah Rajas yang menye-babkan Guna yang lain ikut terguncang pula. Masing-masing Guna itu berusaha mengatasi kekuatan Guna lainya. Terjadilah pemisah dan pernyataan Tri Guna itu yang menyababkan munculnya obyek yang kedua ini, yang pertama terjadi dari Prakrti adalah mahat ( benih alam semesta) dan Buddhi ( unsur intelek manusia ). Fungsi Buddhi ialah untuk memberikan pertimbangan dan memutuskan segala yang datang dari alat-alat yang lebih rendah dari dirinya. Dalam keaadaanya yang murni, ia bersipat Dharma, Jnana, Wairagya, Aiswarya, yaitu kebajikan, pengetahuan, tidak terikat dengan keinginan, dan kemahakuasaan ( Ketuhanan ). Keempatnya ini disebut Catur Aiswarya yang mencerminkan kesadaran Roh ( Purusa ).
Ahamkara atau rasa aku adalah hasil Prakrti yang ketiga, ia langsung timbul dari mahat dan merupakan menifestasi petama dari mahat. Fungsi Ahamkara ialah merasakan rasa Aku. Dengan Ahamkara sang Diri merasa memiliki. Sesuai dengan Tri Guna, Maka Ahamkarapun terdiri dari tiga macam, yaitu : Ahamkara Sattwika bila unsur Sattwam yang unggul, Ahamkara Rajasika bila unsur Sattwam yang unggul, Ahamkara rajasika bila unsur Tamas yang unggul. Dari Ahamkara Sattwika timbullah Panca Jnanendrya, Panca Karmedrya dan Manas. Dari Ahamkara Rajsika memberikan tenaga baik pada satwika maupun Tamasika untuk merubah Manah bertindak. Panca Tan Matra adalah sari-sari benih suara, sentuhan, warna, rasa dan bau. Semuanya ini hanya diketahui orang akibat yang ditimbulkannya sedangkan dia sendiri tidak dapat dikenal karena amat alusnya. Dari suara terjadilah akasa. Dari sentuhan dan suara terjadilah udara. Dari benih warna, suara dan sentuhan terjadilah air, Dan dari benih bau dan empat Tan Matra yang lain terjadilah bumi. Dari semua anasir kasar itu berkembanglah alam semesta ini dengan segala isinya, namun perkembangan ini tidak menimbulkan asas-asas baru lagi seperti perkembangan Mahat. Alam semesta ini adalah benda-benda yang dijadikan bukan benda-benda yang menjadika. Suatu asas lagi setelah terbentuknya alam semesta ini belumlah sempurna sampai disitu, sebab ia memerlukan adanya dunia roh yang menjadi saksi dan yang menikmati isi alam ini. Bila Roh nyata ada maka perlulah adanya penyesuaian moral, kenikmatan dan kesusahan hidup ini. Evolusi Prakrti menjadi dunia obyek memungkin Roh nikmat atau menderita sesuai dengan baik buruk perbuatnya. Namun tujuan akhir evolusi Prakrti adalah kelepasan.
Tri Pramana
Menurut Samkhyavada tiga sumber untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, yaitu : Pratyaksa Pramana, Anumana Pramana dan Sabda Pramana.
1) Pratyaksa Pramana ( pengetahuan melalui pengamatan ). Pengetahuan itu dipandang benar bila pengenalan terhadap obyek itu pasti dan benar melalui penentuan Buddhi. Sang Diri akan mengetahui sesuatu obyek melalui Buddhi Sang diri akan mengetahui sesuatu obyek melalui buddhi ,manah dan Indrya. Dalam pengetahun yang benar itu terdapat tiga anasir, ialah : subyek, obyek dan sumber pengetahuan itu. Subyek adalah asas kesadaran yang tidak lain adalah Roh itu sendiri. Pengetahuan atau pengamatan langsung pada obyek dengan perantaraan indrya. Bila ada sebuah obyek, misalnya meja pada wilayah pandangan mata, itu berarti ada hubungan antara meja dengan indrya mata, Meja itu menghasilkan sesuatu kesan yang kemudian dianalisa oleh pikiran. Melalui kegiatan indrya, pikiran dan buddhi menjadikan kesan itu sebagai kesan meja. Ada dua macam pengamatan ; yaitu :
Nirwikalpa dan wikalpa . Pengamatan Nirwikalpa adalah pengamatan yang tidak menentukan. Ia timbul sebagai peristiwa pertama pada hubungan antara indrya dengan obyek dan mendahului semua analisa mental. Pada tahap yang demikian hanya ada pengenalan obyek sebagai sesuatu bukan sebagai benda atau benda itu. Pengamatan yang wikalpa adalah pengamatan yang menentukan. Ia merupakan hasil analisa, sintesa dan interpretasi alam pikiran. Ia adalah pengalaman obyek yang pasti sebagai benda tertentu yang memiliki kualitas tertentu dengan benda-benda yang lain.
2) Anumana Pramana; Pengetahuan yang didapat dengan Anumana Pramana adalah pengetahuan yang di dapat atas dasar kesimpulan. Dalam hal ini apa yang diamati akan mengantarkan seseorang pada pengetahuan yang tidak diamati lansung melalui hubungan universal, untuk kedua pengetahuan itu yaitu : pengetahuan yang didapat atas dasar pengamatan langsung dan yang tidak langsung. Bila seseorang melihat ada asap maka dapat disimpulkan disana ada api. Seseorang mengetahui adanya api karena adanya hubungan asap dengan api.
3) Sabda Pramana; Sabda Pramana ialah pernyataan dari yang kuasa dan memberikan pengetahuan terhadap suatu obyak yang tidak dapat diketahui atas dasar pengetahuan pengamatan dan penarikan kesimpulan. Suatu pernyataan adalah kalimat yang dibangun dari beberapa kata dalam susunan tertentu. Sebuah kata adalah tanda yang menyatakan sesuatu dan artinya adalah benda yang dinyatakan. Demikianlah sepatah kata adalah simbul dari suatu obyek untuk mengartikan suatu kalimat, memerlukan pengertian dari kata yang menyusunnya.
Ajaran tentang Moksa ( kelepasan )
Ajaran tentang Moksa atau kelepasan merupakan tujuan akhir dari filsafat Samkhya. Hidup di dunia ini adalah campuran antara senang dan susah. Banyak kesenangan dapat dinikmati, banyak pula kesusahan dan sakit yang diderita orang. Bila seseorang dapat menghindar dari kesusahan dan sakit, maka ia dapat menghindarkan diri dari ketentuan dan kematian. Ada tiga macam sakit dalam hidup ini, yaitu : Adhyatmika, Adibhautika dan Adidaivika. Adhyatmika adalah sakit karena sebabnya dari dalam badan sendiri seperti kerja alat-alat tubuh yang tidak normal dan gangguan perasaan. Dengan demikian ia merupakan gangguan jasmani dan rohani seperti sakit kepala, takut marah dan sebagainya. Adibhautika adalah sakit (Vyadhi) yang disebabkan oleh faktor ,luar tubuh, seperti terpukul, kena gigitan nyamuk dan sebagainya. Adidaiwika adalah penyakit (Vyadhi) yang disebabkan oleh kekuatan gaib seperti setan, hantu dan lain-lainnya. Tidak seorangpun yang ingin menderita sakit semuanya ingin hidup bahagia. Lepas dari susah dan sakit tetapi kenyataanya tidaklah demikian. Selama orang masih berbadan lemah, selama itu sukha dan dukha, sakit dan sehat selalu berdampingan. Dengan demikian itu suka dan dukha. Sakit dan sehat selalu berdampingan. Dengan demikian tidak perlu bercita-cita hidup yang menyenangkan terus, cukup hidup yang normal, biasa-biasa saja dengan berusaha melepaskan penderitaan atas dasar pikiran yang sehat. Dalam ajaran Samkhyakelepasan itu adalah penghentian yang sempurna dari semua penderitaan. Inilah tujuan terkhir dari hidup kita.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memperingan hidup kita, namun tidak dapat melepaskan kita dari penderitaan sepenuhnya. Samkhyamengajarkan bahwa cara mencapai kelepasan itu ialah melalui pengetahuan yang benar atas kenyataan dunia ini. Tiadanya pengetahuan itulah yang menyababkan seseorang menderita. Dalam banyak hal orang-orang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang hukum alam dan hukum kehidupan terbentur pada masalah yang membawanya pada kesedihan. Berbeda halnya dengan orang-orang berpengetahuan akan menerima dan menikmati kenyataan hidup ini. Namun karena pengetahuan terhadap kenyataan itu tidak sempurna, maka ia tidak sepenuhnya lepas dari penderitaan. Kelepasan itu hanya akan dicapai bila pengetahuan terhadap kenyataan itu sudah sempurna.
Menurut Samkhya Roh ( Purusa ) itu bukan badan, dan badan selalu ingin dipuakan. Menyamakan roh dengan badan adalah kebodohan, kebodohan adalah akar penderitaan. Kelepasan tercapai bila seseorang menydari perbedaan itu. Untuk mencapai bila seseorang menyadari perbedaan itu. Untuk menyadari hal itu denagan sempurna perlu latihan rohani dan renungan kebatinan yang terus menerus. Ajaran tentang hal ini diuraikan dalam ajaran Yoga. Dua macam kelepasan itu, yaitu Jiwanmukti, yakni kelepasan Roh selama hidup ini, dan Widehamukti, yakni kelepasan ( Moksa ), terlepasnya Atman (roh) dari ikatan badan kasar dan badan halus ( Sthula dan Suksma sarira ). Inilah tujuan filsafat Samkhya. Pertemuan Purusa dengan Prakrti disebut Samyoga, Purusa merupakan sinarnya Prakrti disebut Bhokta. Dan Sifat Prakrti yang tidak pernah diam disebut Samyawastha. Kebodohan disebut Awiweka dan pengetahuan untuk membedakan Purusa dan Prakrti (Roh dan badan, yang kekal dan yang sementara/Ksanika)disebut Wiwekajnana. Inilah ajaran yang mendasar dalam Samkhya.
Suksma
Om Santih Santih Santih Om
1. Samkhya
Pendiri dan sumber ajarannya.
Menurut tradisi, pembangun ajaran ini bernama Maharesi Kapila, yang menulis Samkhyasutra. Di dalam Bahagawata Purana disebutkan nama Maharesi Kapila, putra Dewa huti sebagai pembangun ajaran Samkhya yang sifatnya theistic. Karya tulis tentang Samkhya yang kini dapat diwarisi adalah Samkhyakarika yang ditulis oleh Iswarakrsna.
Ajaran Samkhyada Yoga besar pengaruhnya terhadap ajaran agama Hindu di Indonesia. Kitab-kitab Tattwa seperti : Wrhaspatitattwa, Tattwajñana, Ganapatitattwa berbahasa Jawa Kuno dalam Saivapaksa banyak mendapat pengaruh dan bahkan merupakan ajaran Samhya dan Yoga. Ajaran Samkhya sebenarnya sudah tua usianya, hal ini dibuktikan bahwa dalam kitab-kitab Sruti (Mantra, Brahmana, Aranyaka, da Upanisad), Smrrti, Itihasa dan Purana di dalamnya terkandung ajarn Samkhya.
Sifat ajarannya :
Kata Samkhya berarti 'pemantulan', yaitu pemantulan filsafati. Adapula yang menyatakan bahwa Samkhyaberarti kumpulan bilangan (sam= berkumpul, khya=bilangan). Ajaran Samkhya ini disebut bersifat Realistis, karena mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh. Samkhya disebut dualitis karena prinsip ajarannya ada dua realitas yang berdiri sendiri-sendiri, saling bertentang tetapi dapat dipadukan, yaitu : Purusa dan Prakrti. Akhirnya Samkhya disebut Pluralistis, karena mengajarkan bahwa Purusa itu banyak sekali. Tentang kebenaran Tuhan Yang Mahaesa tidak perlu dibuktikan lagi, karena itu pula ajarannya disebut 'Nirisvara Samkhya'.
25 Tattwas Samkhya:
Menurut Samkhya bahwa hakekat manusia dan alam semesta terdiri dari dua unsur, yaitu : Purusa, asas kejiwaan (rohani) dan Prakrti, asas badani (material / jasmani). Selanjutnya kedua asas ini, terutama setelah Purusa bertemu dengan Prakrti, berkembanglah Prakrti itu sebagai unsur penyusun tubuh manusia maupun alam semesta, yang keseluruhannya terdiri dari 25 prinsip (Tattwas), sebagai berikut :
Purusa adalah asas kejiwaan yang kekal, berdiri sendiri dan tidak berputar. Jumlah Purusa tidak terbilang, berbeda dengan Upanisad, Samkhyatidak mengakui adanya satu jiwa yang bersifat Universal, yang kemudian dantaranya menjadi jiwa individu. Prakrti adalah sebaab terakhir dari alam semesta ini, semua obyek di dunia ini, baik badan, pikiran, prasaan adalah terbatas dan merupakan serentetan dari suaru sebab. Sebab terakhir inilah yabng desebut Prakrti dalam ajaran Samkhya.
Triguna :
Prakrti dibangun oleh Tri Guna, yaitu: Sattwa, Rajas dan Tamas. Guna artinya unsur atau komponen penyusuanan. Tri Guna itu tidak dapat diamati dengan indrya. Adanya disimpulkan atas obyek dunia ini yang merupakan akibat dari padanya. Karena adanya kesamaan asas, antara akibat dan sebab, maka dapat ketahui sifat-sifat Guna itu dari alam yang merupakan wujud hasil dari padanya. Semua obyek dunia ini mempunyai tiga sifat, yaitu sifat-sifat yang menimbulkan rasa senang, susah dan netral. Seseorang menyanyi karena girang, dapat menyusahkan orang yang sedang sakit, seperi sakit gigi, tak berpengaruh apapun bagi mereka yang apatis. Sebab semua sifat ini merupakan akibat suatu sebab, maka sifat-sifat itu haruslah terkandung pada sebab itu. Demikianlah sifat-sifat itu terkandung dalam Sattwam, Rajas dan Tamas. Tattwa adalah suatu Prakrti yang merupakan alam kesenangan yang ringan, terang dan bercahaya. Wujudnya berupa kesadaran, sifat ringan yang menimbulkan gerak ke atas, angin dan air di udra dan semua bentuk kesenagan seperti kepuasan, kegirangan dan sejenisnya itu. Rajas adalah unsur yang menyebabkan benda atau makhluk bergerak. Rajas menyebabkan api berkobar angin berhembus, dan pikiran berkeliaran kesana-kemari dan yang sejenis dengan itu. Tamas adalah unsur yang menyebabkan sesuatu menjadi pasif, dan bersifat negatip. Ia bersifat keras, menentang aktivitas, menahan gerak pikiran, sehingga menimbulkan kegelapan, kebodohan, mengatarkan seseorang pada bebingungan. Karena menentang aktivitas, menyebabkan seseorang menjadi malas, acuh, suka tidur. Demikianlah sifat-sifat Tri Guna itu. Karena dunia ini terdapat saksikan selalu ada pertentangan dan kerja sama dalam kesatuan. Ketiga guna ini selalu bersama-sama dan tidak pernah berpisah satu dengan yang lain. Tidak dapat hanya salah satu dari padanya membangun benda-benda atau makhluk di dunia ini. Kerja sama ketiga guna itu laksana minyak, sumbu dan api yang bersama-sama menyebabkan adanya nyala lampu, walaupun masing-masing elemen itu berbeda-beda, yang sifatnya bertentangan. Ketiga guna berubah terus menerus. Ada dua perubahan bentuk tri Guna itu, yaitu Swarupaparinam dan Wirupaparinama. Pada waktu Pralaya masing-masing guna berubah pada dirinya sendiri. Tanpa mengganggu yang lain. Perubahan seperti ini disebut Swarupaparinama. Pada waktu demikian tidak mungkin ada ciptaan, karena tidak ada kerja sama antara ketiga guna itu. Namun bila Guna yang satu menguasai yang lain, maka terjadilah suatu penciptaan. Perubahan ini disebut Wirupaparinama.
Alam semesta
Setiap orang merasa bahwa ia bahwa ia ada dan memiliki sesuatu, rasa akan dirinya ada adalah rasa yang alamiah dan pengalaman yang tidak dapat diragukan lagi, karena itu Samkhyamengatakan, bahwa Roh itu ada, karena itulah yang menjelma, dan ketiadaanya tidak dapat dinyatakan dengan jalan apapun juga. Menurut ajarannya Samkhya roh itu berbeda dengan indrya, pikiran dan akal. Ia bukan dunia obyek. Ia adalah semangat kesadaran yang selalu menjadi subyek pengetahuan dan tidak pernah menjadi obyek pengetahuan.
Tentang adanya Purusa atau roh dinyatakan oleh Samkhya sebagai berikut :
1) Benda-benda dunia ini seperti meja, kursi adalah untuk mengetahui kepentingan suatu yang lain dirinya sendiri. Sesuatu yang berkepentingan, haruslah sesuatu yang sadar, benda-benda duniawi ini sebagai sarana pemenuhan kepentingannya. Itulah Purusa, yang sadar.
2) Semua obyek dunia ini pikiran, dan kecerdasan harus diawasi dan diarahkan oleh suatu kesadaran agar ia dapat mencapai tujuannya. Karena itu haruslah ada suatu yang mengarahkan obyek dunia, dan adalah Purusa.
3) Semua manusia berusaha mendapatkan kalepasan. Hal ini menyatakan, bahwa ada sesuatu yang dapat mencapai kelepasan itu. Itulah Purusa.
4) Semua obyek dunia, membersihkan rasa senang, susah atau netral. Rasa senang susah hanya ada artinya bila ada yang dapat mengalaminya. Itulah Purusa.
Menurutnya Samkhya, Purusa itu banyak jumlahnya, yang masing -masing berhubungan dengan satu badan. Adanya banyak Purusa itu berdasarkan atas pertimbangan-petimbangan berikut :
Adalah jelas adanya perbedaan yang hidup dengan yang mati. Kelahiran atau kematian seseorang, tidak berarti kelahiran atau kematian orang lain. Demikian pula halnya dengan keadaan buta, tuli. Jika semua orang mempunyai satu roh (Purusa) yang sama, maka kelahiran atau kematian seseorang akan menyebabkan kelahiran atau kematian orang lain. Demikian pula halnya dengan buta dan tuli, tetapi kenyataanya tidak demikian, karenanya Purusa itu tidak satu, tetapi banyak jumlahnya.
Jika seandainya ada satu Purusa untuk semua makhluk, maka aktivitas seseoarang, haruslah menyebabkan orang lain aktif tetapi kenyataanya, bila seseorang tidur yang lain mengigau, gelisah atau resah.
Manusia laki-laki atau perempuan berbeda dengan dewa-dewa, demikian pula burung-burung dengan binatang buas. Perbedaan itu akan hilang, seandainya ada satu Purusa, karenanya haruslah ada banyak Purusa.
Tentang adanya Prakrti sebagai sebab terakhir dapat diketahui dari kesimpulan berikut ini:
1) Obyek dunia ini dari intelek sampai dengan berbagai benda di dunia ini adalah terbatas dan bergantungan satu sama lain. Karenanya haruslah ada yang tidak terbatas dan yang bebas dari ketergantungan sebagai asal dari yang ada ini.
2) Benda-benda dunia ini mempunyai sifat-sifat umum tertentu, yang menyebabkan pemilik-pemilikya dapat menjadi senang, susah, netral, karena semuanya itu haruslah mempunyai sumber yang sama dari ketiga sebab ini.
3) Semua sebab itu mengalir dari suatu aktivitas dari suatu sebab yang mengan-dung potensi di dalamnnya. Oleh karena semua obyek dunia ini haruslah mengandung suatu unsur sebab.
4) Suatu akibat timbul dari sebabnya dan kemudian ia mempunyai akibat yang menyusul. Maka suatu obyek pengalaman itu timbul dari suatu sebab dan sebab itu timbul dari sebab lagi. Begitulah seterusnya sampai pada sebab pertama. Pada waktu peleburan unsur-unsur badani akan lebur menjadi atom-atom, atom-atom menjadi tenaga dan seterusnya sampai sebab pertama.
Sebab pertama atau yang terakhir ini adalah Prakrti. Tentang penciptaan (evolusi) alam semesta dinyatakan demikian : Bila Purusa bertemu dengan Prakrti, maka Prakrti akan mengembang menjadikan alam semesta ini, sepertinya anggota badan ini dapat bergerak karena hadirnya pikiran. Evolusi alam semesta ini tidak mungkin terjadi hanya karena Purusa, Karena Purusa itu bersifat pasif. Tidak juga hal itu dapat terjadi karena Pakrti saja, sebab Prakrti tanpa kesadaran. Karena pertemuan Purusa dengan Prakrti alam semesta ini dapat terwujud. Hubungan Purusa Prakrti ini adalah seperti kerjasama orang lumpuh dengan orang buta untuk dapat keluar tahun, Mereka bekerjasama untuk mencapai tujuannya. Hubungan antara Purusa dan Prakrti menyebabkan terganggunya keseimbangan alam Tri Guna, yang mula-mula terganggu ialah Rajas yang menye-babkan Guna yang lain ikut terguncang pula. Masing-masing Guna itu berusaha mengatasi kekuatan Guna lainya. Terjadilah pemisah dan pernyataan Tri Guna itu yang menyababkan munculnya obyek yang kedua ini, yang pertama terjadi dari Prakrti adalah mahat ( benih alam semesta) dan Buddhi ( unsur intelek manusia ). Fungsi Buddhi ialah untuk memberikan pertimbangan dan memutuskan segala yang datang dari alat-alat yang lebih rendah dari dirinya. Dalam keaadaanya yang murni, ia bersipat Dharma, Jnana, Wairagya, Aiswarya, yaitu kebajikan, pengetahuan, tidak terikat dengan keinginan, dan kemahakuasaan ( Ketuhanan ). Keempatnya ini disebut Catur Aiswarya yang mencerminkan kesadaran Roh ( Purusa ).
Ahamkara atau rasa aku adalah hasil Prakrti yang ketiga, ia langsung timbul dari mahat dan merupakan menifestasi petama dari mahat. Fungsi Ahamkara ialah merasakan rasa Aku. Dengan Ahamkara sang Diri merasa memiliki. Sesuai dengan Tri Guna, Maka Ahamkarapun terdiri dari tiga macam, yaitu : Ahamkara Sattwika bila unsur Sattwam yang unggul, Ahamkara Rajasika bila unsur Sattwam yang unggul, Ahamkara rajasika bila unsur Tamas yang unggul. Dari Ahamkara Sattwika timbullah Panca Jnanendrya, Panca Karmedrya dan Manas. Dari Ahamkara Rajsika memberikan tenaga baik pada satwika maupun Tamasika untuk merubah Manah bertindak. Panca Tan Matra adalah sari-sari benih suara, sentuhan, warna, rasa dan bau. Semuanya ini hanya diketahui orang akibat yang ditimbulkannya sedangkan dia sendiri tidak dapat dikenal karena amat alusnya. Dari suara terjadilah akasa. Dari sentuhan dan suara terjadilah udara. Dari benih warna, suara dan sentuhan terjadilah air, Dan dari benih bau dan empat Tan Matra yang lain terjadilah bumi. Dari semua anasir kasar itu berkembanglah alam semesta ini dengan segala isinya, namun perkembangan ini tidak menimbulkan asas-asas baru lagi seperti perkembangan Mahat. Alam semesta ini adalah benda-benda yang dijadikan bukan benda-benda yang menjadika. Suatu asas lagi setelah terbentuknya alam semesta ini belumlah sempurna sampai disitu, sebab ia memerlukan adanya dunia roh yang menjadi saksi dan yang menikmati isi alam ini. Bila Roh nyata ada maka perlulah adanya penyesuaian moral, kenikmatan dan kesusahan hidup ini. Evolusi Prakrti menjadi dunia obyek memungkin Roh nikmat atau menderita sesuai dengan baik buruk perbuatnya. Namun tujuan akhir evolusi Prakrti adalah kelepasan.
Tri Pramana
Menurut Samkhyavada tiga sumber untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, yaitu : Pratyaksa Pramana, Anumana Pramana dan Sabda Pramana.
1) Pratyaksa Pramana ( pengetahuan melalui pengamatan ). Pengetahuan itu dipandang benar bila pengenalan terhadap obyek itu pasti dan benar melalui penentuan Buddhi. Sang Diri akan mengetahui sesuatu obyek melalui Buddhi Sang diri akan mengetahui sesuatu obyek melalui buddhi ,manah dan Indrya. Dalam pengetahun yang benar itu terdapat tiga anasir, ialah : subyek, obyek dan sumber pengetahuan itu. Subyek adalah asas kesadaran yang tidak lain adalah Roh itu sendiri. Pengetahuan atau pengamatan langsung pada obyek dengan perantaraan indrya. Bila ada sebuah obyek, misalnya meja pada wilayah pandangan mata, itu berarti ada hubungan antara meja dengan indrya mata, Meja itu menghasilkan sesuatu kesan yang kemudian dianalisa oleh pikiran. Melalui kegiatan indrya, pikiran dan buddhi menjadikan kesan itu sebagai kesan meja. Ada dua macam pengamatan ; yaitu :
Nirwikalpa dan wikalpa . Pengamatan Nirwikalpa adalah pengamatan yang tidak menentukan. Ia timbul sebagai peristiwa pertama pada hubungan antara indrya dengan obyek dan mendahului semua analisa mental. Pada tahap yang demikian hanya ada pengenalan obyek sebagai sesuatu bukan sebagai benda atau benda itu. Pengamatan yang wikalpa adalah pengamatan yang menentukan. Ia merupakan hasil analisa, sintesa dan interpretasi alam pikiran. Ia adalah pengalaman obyek yang pasti sebagai benda tertentu yang memiliki kualitas tertentu dengan benda-benda yang lain.
2) Anumana Pramana; Pengetahuan yang didapat dengan Anumana Pramana adalah pengetahuan yang di dapat atas dasar kesimpulan. Dalam hal ini apa yang diamati akan mengantarkan seseorang pada pengetahuan yang tidak diamati lansung melalui hubungan universal, untuk kedua pengetahuan itu yaitu : pengetahuan yang didapat atas dasar pengamatan langsung dan yang tidak langsung. Bila seseorang melihat ada asap maka dapat disimpulkan disana ada api. Seseorang mengetahui adanya api karena adanya hubungan asap dengan api.
3) Sabda Pramana; Sabda Pramana ialah pernyataan dari yang kuasa dan memberikan pengetahuan terhadap suatu obyak yang tidak dapat diketahui atas dasar pengetahuan pengamatan dan penarikan kesimpulan. Suatu pernyataan adalah kalimat yang dibangun dari beberapa kata dalam susunan tertentu. Sebuah kata adalah tanda yang menyatakan sesuatu dan artinya adalah benda yang dinyatakan. Demikianlah sepatah kata adalah simbul dari suatu obyek untuk mengartikan suatu kalimat, memerlukan pengertian dari kata yang menyusunnya.
Ajaran tentang Moksa ( kelepasan )
Ajaran tentang Moksa atau kelepasan merupakan tujuan akhir dari filsafat Samkhya. Hidup di dunia ini adalah campuran antara senang dan susah. Banyak kesenangan dapat dinikmati, banyak pula kesusahan dan sakit yang diderita orang. Bila seseorang dapat menghindar dari kesusahan dan sakit, maka ia dapat menghindarkan diri dari ketentuan dan kematian. Ada tiga macam sakit dalam hidup ini, yaitu : Adhyatmika, Adibhautika dan Adidaivika. Adhyatmika adalah sakit karena sebabnya dari dalam badan sendiri seperti kerja alat-alat tubuh yang tidak normal dan gangguan perasaan. Dengan demikian ia merupakan gangguan jasmani dan rohani seperti sakit kepala, takut marah dan sebagainya. Adibhautika adalah sakit (Vyadhi) yang disebabkan oleh faktor ,luar tubuh, seperti terpukul, kena gigitan nyamuk dan sebagainya. Adidaiwika adalah penyakit (Vyadhi) yang disebabkan oleh kekuatan gaib seperti setan, hantu dan lain-lainnya. Tidak seorangpun yang ingin menderita sakit semuanya ingin hidup bahagia. Lepas dari susah dan sakit tetapi kenyataanya tidaklah demikian. Selama orang masih berbadan lemah, selama itu sukha dan dukha, sakit dan sehat selalu berdampingan. Dengan demikian itu suka dan dukha. Sakit dan sehat selalu berdampingan. Dengan demikian tidak perlu bercita-cita hidup yang menyenangkan terus, cukup hidup yang normal, biasa-biasa saja dengan berusaha melepaskan penderitaan atas dasar pikiran yang sehat. Dalam ajaran Samkhyakelepasan itu adalah penghentian yang sempurna dari semua penderitaan. Inilah tujuan terkhir dari hidup kita.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memperingan hidup kita, namun tidak dapat melepaskan kita dari penderitaan sepenuhnya. Samkhyamengajarkan bahwa cara mencapai kelepasan itu ialah melalui pengetahuan yang benar atas kenyataan dunia ini. Tiadanya pengetahuan itulah yang menyababkan seseorang menderita. Dalam banyak hal orang-orang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang hukum alam dan hukum kehidupan terbentur pada masalah yang membawanya pada kesedihan. Berbeda halnya dengan orang-orang berpengetahuan akan menerima dan menikmati kenyataan hidup ini. Namun karena pengetahuan terhadap kenyataan itu tidak sempurna, maka ia tidak sepenuhnya lepas dari penderitaan. Kelepasan itu hanya akan dicapai bila pengetahuan terhadap kenyataan itu sudah sempurna.
Menurut Samkhya Roh ( Purusa ) itu bukan badan, dan badan selalu ingin dipuakan. Menyamakan roh dengan badan adalah kebodohan, kebodohan adalah akar penderitaan. Kelepasan tercapai bila seseorang menydari perbedaan itu. Untuk mencapai bila seseorang menyadari perbedaan itu. Untuk menyadari hal itu denagan sempurna perlu latihan rohani dan renungan kebatinan yang terus menerus. Ajaran tentang hal ini diuraikan dalam ajaran Yoga. Dua macam kelepasan itu, yaitu Jiwanmukti, yakni kelepasan Roh selama hidup ini, dan Widehamukti, yakni kelepasan ( Moksa ), terlepasnya Atman (roh) dari ikatan badan kasar dan badan halus ( Sthula dan Suksma sarira ). Inilah tujuan filsafat Samkhya. Pertemuan Purusa dengan Prakrti disebut Samyoga, Purusa merupakan sinarnya Prakrti disebut Bhokta. Dan Sifat Prakrti yang tidak pernah diam disebut Samyawastha. Kebodohan disebut Awiweka dan pengetahuan untuk membedakan Purusa dan Prakrti (Roh dan badan, yang kekal dan yang sementara/Ksanika)disebut Wiwekajnana. Inilah ajaran yang mendasar dalam Samkhya.
Suksma
Om Santih Santih Santih Om
No comments:
Post a Comment