Salam Kasih
Mudra adalah sikap-sikap tangan di dalam Yoga yakni usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Mudra adalah gerak tangan tertentu yang mengandung makna simbolis, sebagai perwujudan fisik dengan mempresentasikan beberapa mantra atau fomula-magis, yang pertama muncul dalam pikiran dan dilanjutkan dengan gerak mulut. Merupakan tiga jenis ekpresi yang terdiri dari tiga wujud personalitas dari manusia yang secara simultan dalam tiga bentuk aktivitas, yaitu gerak badan(mudra), ucapan dan ingatan.
Kata "Mudra" berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya "tanda". Indikasi mulai digunakan sikap-sikap tangan dalam upacara rupanya berasal dari suatu masa ketika para pendeta merapalkan mantra-mantra tertentu (yakni huruf-huruf atau sukukata-sukukata yang diyakini mampi memberi efek magis), pada saat yang bersamaan diikuti dengan bunyi yang berhubungan dengan bahasa Sanskerta dan gerak jari-jari tangan, itulah yang disebut mudra yang mengandung tnaga magis. Dengan upacara inisiasi yang tinggi tumbuh sebagai satu kompleksitas dan bahasa rahasia, agak mendekati bahasa-bahasa, dan meninggalkan motif bahasa Sanskerta. Sistem mudra rupanya telah menyimpang bentuknya di berbagai negara, seperti Tibet, India dan Jepang. Pada masa belakangan, para pandita Buddha, dalam acara tertentu memanfaatkan penggunaan berbagai mudra.
Di Bali mudra digunakan oleh para pandita dalam rangka pemujaan dan disebut dengan istilah "patanganan" yang mengandung makna gerak-gerak tangan. Bila kita memperhatikan peninggalan purbakala berupa seni arca, maka kita akan menjumpai berbagai sikap tangan, di antaranya: cin mudra (menenangkan pikiran), vakhyayana mudra (sikap tangan ketika seseorang berbicara), saudarsana mudra (sikap tangan memberi petunjuk), jñana mudra (sikap tangan kebalikan dari cin mudra/merenung dengan menekankan tangan di dada), dhyana mudra (sikap meditasi), yoga mudrà (sama dengan sikap dhyana mudra), vajrahungkara mudra (kedua tangan menyilang di dada memgang vajra), vitarka mudra (sikap memberikan pelajaran), bodhyagiri mudra (sikap tangan menggenggam sesuatu), bhumisparsa mudra (sikap tangan menenangkan bumi), vara mudra (sikap tangan memberikan anugrah), abhaya mudra (sikap tangan menolak bahaya), añjali mudra (sikap tangan memberi penghormatan, tercakup di dada), vismaya mudra (sikap tangan seperti terkejut), danda muda (sikap tangan diangkat seperti tongkat), Suci hasta mudra (sikap tangan ujung jari menunjuk sesuatu), dan lain-lain.
Mudra berasal dari akar kata mud yang berarti "membuat senang" dan dalam bentuk upasana, disebut demikian karena mudra itu membuat dewa-dewa menjadi senang. "devanang moda da mudra tasmat tang yatnatascaret". Dikatakan bahwa terdapat 108 dan 55 mudra yang biasa digunakan. Di sini yang dimaksud ialah ketika memuja, dilakukan dengan posisi tangan dan badan seperti latihan Yoga.
Demikian misalnya mudra pertama, yaitu matsya mudrà dilakukan ketika mempersembahkan arghya, yaitu dengan meletakkan tangan kanan di punggung tangan kiri lalu direntang, seperti sirip kedua ibu jari, dan Sivambha yang berisi air diandaikan samudra lengkap dengan ikan-ikan di dalamnya. Yoni mudra yang melambangkan alat kelamin wanita berbentuk segi tiga, dibentuk dengan kedua ibu jari. Yoni mudra ini digunakan untuk memohon kehadiran dewi (devi) untuk datang menempatkan diri di hadapan pemuja. Yoni dipandang sebagai piþha atau yantra khusus bagi devi. Upasana mudra tidak lain adalah ekspresi ke luar dari suatu dorongan di dalam, dan mudra itu lebih menegaskan dorongan tersebut. Mudra digunakan dalam pemujaan (archana), dalam japa, dhyana, kya karma (ritual untuk mencapai tujuan tertentu), pratisthha (mensthanakan), snana (menyucikan/ mandi), avahana (menyambut datang), naivedya (mempersembahkan makanan) dan visarjana (mempersilahkan devata pergi kembali). Beberapa mudra dari Hatha Yoga dapat dipelajari dalam buku Yoga berjudul "Gheranda Samhita" yang menyatakan bahwa pengetahuan yoga mudra dapat memberikan semua jenis siddhi, dan pelaksanaannya itu dapat memberi keuntungan bagi tubuh seperti kestabilan, kekuatan, dan penyembuhan dari penyakit.
Dalam praktek keagamaan di Bali, para pandita Hindu senantiasa menggunakan mudra, baik dalam upacara yang sederhana (kanisthama), yang menengah (madyama) dan yang besar (uttama). Mudra tersebut sangat erat kaitannya dengan pranava, kuþamantra, mantra dan archana.
Makna dan Fungsi Mudra
Makna dan fungsi masing-masing mudra tersebut berkaitan dengan sikap tangan yang dilakukan, misalnya sikap Vara Mudrà, yakni sikap tangan memberi hadiah, dimaksudkan devata yang dipuja itu memberikan anugrah. seorang pandita ketika menyucikan dirinya, terutama ketika membuat air suci mewujudkan devata pujaan ke dalam dirinya. Sikap-sikap tangan yang digunakan sejak menurunkan devata dan mensthanakan di dalam dirinya, seperti sikap tangan Devapratisthha Mudra, mengandung makna untuk mensthanakan devata tersebut.
Sikap-sikap tangan atau mudra tersebut sangat berkaitan dengan mantra dan acara ritual yang dilakukan yang mengandung makna untuk memantapkan pelaksanaan ritual dimaksud di samping berfungsi untuk memperoleh paha la dari mudra yang dilaksanakan.
Demikian sekilas tentang Mudra, semoga bermanfaat bagi kita semua
Salam Rahayu
Bali, 11-11 2001 (Goes De Tantrayana Gautama)
No comments:
Post a Comment