Salam Kasih
Oleh: I Gede Prama
Seorang sahabat dengan potensi tinggi mengeluh berat setelah pindah-pindah kerja lebih dari lima tempat, tadinya saya pikir ia mencari penghasian yang lebih tinggi. Setelah mendengarkan dengan penuh simpati, sahabat ini rupanya mengalami kesulitan dengan lingkungan kerja. Di semua tempat kerja sebelumnya dia selalu bertemu dengan orang yang tidak cocok. Di sini tidak cocok dengan atasan, di situ bentrok dengan rekan sejawat, di tempat lain malah diprotes bawahan.
Kalau sahabat di atas berhobi pindah-pindah kerja, seorang sahabat saya yang lain punya pengalaman yang lain lagi. Setelah berganti istri sejumlah tiga kali, dengan berbagai alasan yang berbau TIDAK COCOK, ia kemudian merasa capek dengan kegiatan berganti-ganti pasangan ini.
Seorang pengusaha berhasil, punya pengalaman lain lagi, setiap kali menerima orang baru sebagai pimpinan puncak, ia senantiasa semangat dan penuh optimis. Seolah-olah orang baru yang datang pasti bisa menyelesaikan semua masalah. Akan tetapi, begitu orang baru ini berumur kerja lebih dari satu tahun, maka mulailah kelihatan busuk-busuknya. Dan iapun mulai capek dengan kegiatan berganti-ganti pimpinan puncak ini.
Digabung jadi satu seluruh cerita ini menunjukkan bahwa kalau motif kita mencari pasangan – entah pasangan hidup maupun pasangan kerja adalah mencari orang yang cocok di semua bidang, sebaiknya dilupakan saja!
Bercermin dari semua inilah maka seringkali saya ungkapkan di depan lebih dari ratusan forum, bahwa fundamen paling dasar dari manajemen Sumber Daya Manusia adalah: MANAJEMEN PERBEDAAN, yang mencakup dua hal mendasar, yaitu:
1. Menerima Perbedaan, dan
2. Mentransformasikan Perbedaan sebagai Kekayaan
Sayangnya kendati idenya sederhana, namun implementasinya memerlukan upaya yang tidak kecil. Ini bisa terjadi, karena tidak sedikit dari kita yang menganggap diri seperti BURUNG BERSAYAP LENGKAP. Bisa terbang (baca; hidup dan bekerja) sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain.
PADAHAL
Meminjam apa yang ditulis Luciano De Crescendo : “ kita semua sebenarnya mirip dengan burung yang BERSAYAP SEBELAH. Dan hanya bisa terbang kalau mau BERPELUKAN erat-erat bersama orang lain”.
Anda boleh berpendapat lain; Namun pengalaman pergaulan dan bacaan saya menunjukkan dukungan yang amat kuat terhadap pengandaian burung bersayap sebelah terakhir. Di perusahaan : Hampir tidak pernah saya bertemu pimpinan berhasil, tanpa kemampuan ‘bekerjasama’ dengan orang lain. Di keluarga : Tidak pernah saya temukan keluarga bahagia tanpa kesediaan sengaja untuk ‘berpelukan’ dengan anggota keluarga yang lain. Di tingkat pimpinan negara, orang sehebat Nelson Mandela dan Kim Dae Jung bahkan mau……… BERPELUKAN bersama orang yang dulu pernah menyiksanya.
Lebih lebih kalau kegiatan berpelukan ini dilakukan dengan penuh cinta.Ia tidak saja merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, mentransformasikan kegagalan menjadi keberhasilan, namun juga membuat semuanya tampak indah dan menyenangkan. Makanya, penulis buku chicken soup for the couple soul mengemukakan, “ CINTA ADALAH RAHMAT TUHAN YANG TERBESAR”
Demikian besarnya makna dan dampak CINTA, sampai-sampai ia tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Rugi besarlah manusia yang selama hidupnya tidak pernah mengenal CINTA. Ia seperti pendaki gunung yang tidak pernah sampai di puncak gunung, Capek, Lelah, Penuh Perjuangan, namun Sia-sia. Ini semua mendidik saya untuk hidup dengan pelukan CINTA.
Di pagi hari ketika baru bangun dan membuka jendela, saya senantiasa berterimakasih akan pagi yang indah. Dan mencari-cari lambang CINTA yang bisa saya peluk. Entah itu pohon bonsai di halaman rumah, ikan koki di kolam, atau suara anak yang rajin menonton film kartun.Begitu keluar dari kamar tidur, akan indah sekali hidup ini rasanya kalau saya mencium anak atau istri. Melihat burung yang memakan nasi yang sengaja diletakkan di pinggir kali, juga menghasilkan pelukan cinta tersendiri.
Demikian pula dengan di kantor, godaan memang ada banyak sekali. Dari marah, stress, frustasi, egois sampai dengan nafsu untuk memecat orang. Namun begitu saya ingat karyawan dan karyawati bawah yang bekerja penuh ketulusan dan menghitung jumlah perut yang tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. Energi pelukan cinta entah datang dari mana.
Kembali ke pengandaian awal tentang burung dengan sebelah sayap
Tuhan memang tidak pernah melahirkan manusia yang sempurna, kita selalu lebih di sini dan kurang di situ atau sebaliknya. Kesombongan atau keyakinan yang berlebihan yang menganggap kita bisa sukses sendiri tanpa bantuan orang lain, hanya akan membuat kita bernasib sama dengan burung yang bersayap sebelah, namun memaksa diri untuk terbang. Sepintar dan sehebat apapun kita, tetap kita hanya akan memiliki sebelah sayap . Mau belajar, berjuang, berdoa, bermeditasi atau sebesar dan sehebat apapun usaha kita, semuanya akan diakhiri dengan jumlah sayap yang hanya sebelah. Oleh karena alasan itulah, saya selalu ingat pesan seorang sahabat untuk memulai kehidupan setiap hari dengan BERPELUKAN. Entah itu memeluk anak, memeluk istri, memeluk kehidupan, memeluk alam semesta, memeluk Tuhan, atau di kantor , di kampus memulai kerja dengan ‘memeluk orang lain’
Ok sahabat …….Have a day full of smile, good work, success , and love
Salam Rahayu
Bali, 04-10-2007
No comments:
Post a Comment