Salam Kasih
Oleh : Tantrayana Gautama
Bayi adalah anugerah Tuhan, manusia adalah titipan Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dirawat dan dipelihara sebaik-baiknya. Bukan dirawat raganya saja tetapi jiwanya pun harus ikut dirawat. Raga dan jiwa sudah menjadi tanggung jawab orang tua untuk merawatnya dengan segala macam usaha. Untuk perawatan raganya diperlukan makanan yang bergizi serta gerakan-gerakan yang menyehatkan raganya sehingga pertumbuhan badaniahnya dapat terjamin dengan baik. Hindu memandang pemenuhan syarat-syarat ini belumlah cukup jika menginginkan untuk mendapatkan manusia-manusia yag sempurna, untuk dapat menyumbangkan kepada masyarakat dan Negara manusia-manusia sempurna lahir-bathin.
Kesempurnaan rohaniah akan bisa dipupuk dengan jiwa yaitu agama yang berunsurkan Tattva (fisafat), Etika (Susila) dan Upacara (ritual). Tattva dan Susila dapat diberikan setelah umur manusia itu cukup dewasa untuk menerimanya. Tetapi untuk bayi sampai umur tertentu, unsur upacaralah yang lebih diperlukan untuk keselamatan, kelangsungan hidup bayi yang masih rawan kondisinya. Dengan pemikiran beginilah mengapa orang Hindu menyibukkan diri dengan upacara-upacara keagamaan mulai dari awal-awal kehidupan seorang bayai yang tumbuh menjadi manusia yang utuh lahir dan bathin. Upacara-upacara itu ialah wujud dari permohonan kehadapan Tuhan untuk keselamatan serta panjang umur sang bayi.
Setelah bayi berumur tiga bulan dikenal dengan uapacara Tigang Sasih. Kalau di India dinamakan upacara Niskarmana (bayi umur tiga bulan ) atau Namakara (upacara pengesahan nama si bayi). Dalam bahasa Inggris disebut First Outing ( membawa bayi ke luar untuk pertama kalinya). Untuk apa ? untuk melihat matahari. Sedangkan untuk boleh melihat bulan dilakukan setelah bayi berumur empat bulan. Jadi ada perbedaan antara melihat matahari dan melihat bulan. Ini adalah symbol dari kondisi bayi untuk beradaptasi dengan udara siang dan udara malam di luar rumah.
Upacara tiga bulan ini dilakukan di rumah atau pura keluarga, pemujaan dilakukan oleh Pandita atau Pinandita dengan mengucapkan mantra-mantra suci Veda memohon kehadapan Hyang Widhi dalam manifestasiNya sebagai Dewa Kumara (dewanya para bayi) agar berkenan melindungi dan menjaga kelangsungan hidup si bayi.
Untuk pertama kalinya pula sang bayi diperkenankan menyentuh tanah (pertiwi) dan boleh dipakaikan hiasan-hiasan seperi cincin, anting-anting, kalung atau gelang dari jenis logam, dengan maksud bayi telah siap terhadap perjalanan hidupnya di dunia ini . Demikian makna upacara tiga bulan (Namakara Samskara) pada agama Hindu.
Om Santih Santih Santih Om
No comments:
Post a Comment