Salam Kasih
Pendahuluan
Setiap manusia pada kelahirannya ke dunia selalu ditakdirkan dalam keadaan bodoh/tidak tahu (Avidya). Namun dengan kebesaran Sang Hyang Widhi, Beliau menganugerahkan ilmu pengetahuan kepada umat manusia untuk merubah, melenyapkan ke-Avidya-an/ kebodohan manusia karena kelahirannya itu menjadi Vidya (Tahu).
Dengan ilmu pengetahuan itu manusia menjadi cerdas. Dan kecerdasan itulah yang membuat manusia menjadi bisa mengetahui dan membedakan mana/apa yang baik dan mana/apa yang buruk atau yang di dalam ajaran Hindu dikenal dengan istilah Wiweka.
Dengan kemampuan Wiweka yang dimilikinya itu, hendaknya manusia dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya dalam tingkah laku dan perbuatan/sikap yang bersusila tinggi untuk menghindarkannya dari penderitaan dan kesengsaraan dalam kehidupannya.
Namun kenyataan yang terjadi tidaklah sepenuhnya demikian. Berbagai kasus dapat kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari bahwa tidak semua orang mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sesuai fungsi dan porsinya.
Penggunaan pestisida yang berlebihan, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, kriminalitas, sampai korupsi merupakan segelintir contoh nyata bagaimana ilmu pengetahuan itu tidak digunakan dan diaplikasikan dalam tindakan nyata yang tepat, sesuai fungsinya Padahal sesungguhnya ilmu pengetahuan itu murni, suci dan tidak tercela.
Penyelewengan dan penyalahgunaan seperti itulah yang dapat menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan dalam kehidupan manusia. Untuk menghindari hal seperti itu, diperlukan pemahaman mendalam terhadap makna dari adanya pengetahuan itu sendiri. Dimana pengetahuan dalam agama Hindu disimbolkan sebagai Saraswati. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini saya mencoba mengangkat tema “Makna Saraswati dan Aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat”
Makna Saraswati dan Aplikasinya dalam kehidupan Bermasyarakat
Dalam Hindu, manifestasi Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai sumber ilmu pengetahuan digambarkan sebagai seorang dewi yang berparas cantik yaitu Saraswati. Kata Saraswati secara etimologi berasal dari dua urat kata yaitu “Saras” atau “sr” dalam bahasa Sanskerta yang berarti segala sesuatu yang mengalir dan “wati”yang berarti memiliki.
Sehingga Saraswati secara etimologi berarti segala sesuatu yang mengalir. Ini mengandung pengertian bahwa ilmu pengetahuan mengalir terus menerus tanpa hentinya untuk dapat dipergunakan oleh umat manusia dalam menunjang kelangsungan hidupnya.
Personifikasi Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Saraswati yang menguasai ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan mengandung makna turunnya ilmu pengetahuan kedunia. Ilmu pengetahuan dianugerahkan oleh Sang Hyang Widhi kepada seluruh umat manusia di dunia untuk melenyapkan ke-Avidya-an. Dengan lenyapnya kebodohan atau ke-Avidya-an, manusia menjadi cerdas dan bijaksana. Dengan kecerdasan dan kebijaksanaannya itu, keangkuhan seseorang ditekan atau dikendalikan sehingga menjadi lembut dan pemurah. Jika masing-masing individu dapat menekan egonya, maka akan terciptalah keharmonisan dan keserasian hubungan dalam kehidupan bersama yang pada hakekatnya mengantarkan manusia pada kedamaian dan kebahagiaan.
Lalu apa relevansi Saraswati dalam kehidupan bermasyarakat agar tidak terjadi penyimpangan dari pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang?
Seperti diamanatkan dalam kitab suci Weda bahwa setiap orang hendaknya mencari pengetahuan setinggi mungkin untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Ilmu pengetahuan itu ibarat pisau bermata dua, dapat berfungsi positif atau negatif tergantung orang yang memanfaatkan. Jika digunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaan juga porsinya, ilmu pengetahuan akan mengantarkan kita pada kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. Namun jika disalahgunakan, ilmu pengetahuan akan mengantarkan kita pada kesengsaraan dan penderitaan baik di dunia maupun di akhirat. Ilmu pengetahuan yang menjerumuskan nilai-nilai kemanusiaan bukanlah ilmu pengetahuan yang sejati sebab ilmu pengetahuan yang sejati adalah karuniaNya, yang menyadarkan missi penjelmaan manusia didunia ini yaitu untuk mengemban kebenaran, kebaikan, kasih dan kemanusiaan yang secara sederhana disebut Dharma. Ilmu pengetahuan sejati bukanlah sesuatu yang dapat menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan. Sesungguhnya penderitaan dan kesengsaraan itu timbul dari penyalahgunaan ilmu pengetahuan oleh orang yang menggunakannya. Sejatinya ilmu pengetahuan itu adalah murni dan tak ternodai.
Selama umat manusia menyadari bahwa ilmu pengetahuan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan umat manusia, selama itu pula umat manusia mempergunakan ilmu pengetahuan itu secara benar dan sesuai dengan fungsinya. Dan selama itu pula umat manusia tidak akan tiada hentinya memuja Saraswati sebagai sumber ilmu pengetahuan dengan penuh kesadaran. Sehingga niscaya berbagai kasus yang timbul sebagai bukti adanya penyalahgunaan dan penyelewengan ilmu pengetahuan dapat diminimalisir atau ditekan.
Demikianlah uraian singkat saya tentang makna Saraswati dan aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat. Semoga uraian singkat ini dapat membuka jendela pengetahuan kita dan bermanfaat dalam kehidupan kita.
Kesimpulan :
1. Setiap manusia yang lahir ke dunia selalu berada dalam keadaan Avidya (bodoh). Avidya itu lenyap dan berubah menjadi Vidya (tahu) dengan adanya pengetahuan.
2. Saraswati adalah manifestasi Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai sumeber ilmu pengetahuan. Memaknai Saraswati dengan benar dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dengan benar pula akan menghindarkan kita dari kesengsaraan dan penderitaan.
3. Pemahaman akan pengetahuan yang sejati sangat diperlukan untuk menghindari penyalahgunaan dan penyelewengan dalam mengaplikasikan pengetahuan itu. Sehingga dapat memberikan penerangan dalam kelangsungan hidup umat manusia.
4. Hendaknya dengan perayaan Saraswati dapat meningkatkan kesadaran rohani untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang kita miliki sehingga dapat dirasakan manfaatnya.
Salam Rahayu
Bali, 17 Nopember 2011
Oleh: Goes De Tantrayana Gautama
No comments:
Post a Comment