Beberapa pemikir sekarang telah mulai percaya bahwa otak sangat dibutuhkan untuk aktivitas-aktivitas sadar. Para psikolog menjelaskan bahwa pikiran manusia memiliki kemampuan menerima dengan cara yang lain selain panca indra, dan para filosof secara perlahan menerima pandangan itu dimana kita memiliki kekuatan mental selain pemikiran logis dan ingatan yang ditentukan oleh otak.
Menurut Patanjali yoga adalah usaha manusia dalam mengontrol perubahan perubahan dari badan mental atau badan halusnya. Menurut dia badan mental dapat membawa seseorang menuju pembebasan atau keterikatan, sehingga problem utama dari yoga adalah adalah masalah mental, sehingga jalan keluarnya adalah bagaimana mendisiplinkan mental itu. Dari semua unsur-unsur yang membantu seseorang untuk mencapai tujuannya, maka badan mental adalah yang paling utama. Badan mental juga menghubungkan badan fisik dengan kesadaran. Itulah alasannya Patanjali memberikan penekanan kepada pelajaran tentang badan mental itu. Sistim yoganya mengajarkan segala kemungkinan untuk mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi dalam badan mental dan yoga juga menghasilkan kekuatan-kekuatan yang besar, untuk mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi.
Dengan mengikuti prinsip yoga yang dapat meningkatkan kekuatan konsentrasi akan mampu menangkap penyimpangan pikiran dengan menyelaraskan perhatian seseorang dengan sumber-sumber kekuatan yang terdalam, sehingga ia dapat mengendalikan rohnya seperti halnya seorang atlit yang dapat menguasai badannya.
Secara teori sistim yoga disamping memiliki tujuan yang sama dengan Samkhya ia juga sering disatukan dengan ajaran ajaran Vedanta. Dalam filsafat Samkhya badan mental terdiri dari pikiran, intelek dan keakuan yang palsu dan Vedanta menambahkan unsur yang keempat yaitu citta atau kesadaran yang ditentukan. Badan mental ini merupakan gudang dari ingatan-ingatan. Dalam yoga seringkali badan mental disamakan dengan pikiran, sedangkan intelek dan keakuan yang palsu disamakan dengan aspek-aspek dari pikiran, sedangkan citta disamakan dengan keseluruhan fenomena perubahan dari pikiran. Menurut yoga pikiran seperti halnya sebuah danau yang luas, dimana dipermukaannya sering timbul riak atau gelombang yang beragam. Di kedalaman pikiran selalu tenang, namun pola-pola pikir seseorang telah membawanya kedalam suatu aktifitas yang menghalangi usahanya untuk merealisasikan hakekat dirinya yang sesungguhnya. Pola-pola pemikiran inilah yang disamakan dengan riak-riak yang menampakkan diri dan menghilang dipermukaan dari danau pikiran. Semuanya itu tergantung dari ukuran, kekuatan dan kecepatan dari riak-riak itu yang mempengaruhi bagian dalam dari danau dengan intensitas yang tinggi atau rendah. Kebanyakan seseorang dapat menenangkan riak-riak dari pola pikiran itu, kalau riak-riak itu berasal dari permukaan danau, tetapi akan sangat sulit untuk ditenangkan bila pola-pola pikir itu bersifat tidak ritmik dan merusak yang berasal dari dasar danau pikiran. Ingatan-ingatan merupakan bom-bom waktu yang terpendam di dasar pikiran, yang sewaktu-waktu dapat meledak dan mengganggu keseluruhan dari danau.
Ada dua sumber munculnya gelombang-gelombang pikiran, yaitu dari persepsi indrawi dan dari ingatan-ingatan. Ketika riak-riak dari danau dihentikan maka air danau akan jernih sehingga kita dapat melihat ke kedalaman dari danau, melihat dasar dari danau. Begitu juga halnya bila pola-pola pikiran seseorang yang tenang ia akan dapat melihat potensi-potensinya yang tersembunyi, yang selanjutnya dapat diaktualkan. Oleh karena pikiran atau manas merupakan hasil evolusi dari prakrti (lihat Samkhya) yang dipengaruhi oleh unsur-unsur satva, rajas dan tamas, maka kombinasi dari ketiganya itu menentukan pola-pola didalam pikiran yang pada akhirnya membentuk keadaan dari citta, kesadaran yang terkondisikan itu.(HK) Citta merupakan tempat pantulan dari Purusa. Tiga organ internal dalam ajaran Samkhya dimasukkan dalam konsep citta dari Yoga. Ketiganya bukan merupakan sesuatu yang terpisah satu sama lainnya. Oleh karena adanya pantulan dari Purusa maka Citta menjadi sadar dan melaksanakan fungsi-fungsinya atau beraktifitas, sedangkan Purusa yang memantul atau berhubungan dengan Citta itu disebut Karana Citta. Karana Citta ini dapat mengembang dan menguncup. Karana Citta dalam badan binatang menjadi kecil dan dalam badan manusia menjadi besar. Karana Citta yang masuk dalam badan-badan itu dinamakan Karya Citta.
Dengan melalui aktifitas Citta maka seolah olah tampaknya Purusa melakukan aktifitas, bertindak, baik itu dalam kegembiraan maupun kesedihan. Citta ini menyamakan diri sebagai Wrtti, dimana citta menyesuaikan diri dengan obyek pengamatan. Aktifitas-aktifitas Citta itu menimbulkan kecenderungan-kecenderunga
No comments:
Post a Comment