Wednesday, September 7, 2016

Suksmaning Upacara Nakep

Om Swastyastu

Hari ini 07 September 2016 bertepatan dengan Hari Suci Galungan, Krama Desa Pakraman Kedisan mengadakan Upacara Nakep. Upacara Nakep dilaksanakan di Pura Bale Agung, yang dipimpin oleh Linggih Dane Jero Peduluan Desa.

Pengertian dan Bentuk:
Nakep Adalah istilah atau sebutan sebuah Tandingan Upakara/Banten berupa Nasi yang dibentuk sedemikian rupa menggunakan 'penyangka' atau alat ukur atau takar atau cetakan, jaman dulu  biasanya dibentuk menggunakan kau bulu, namun sekarang sudah dibentuk menggunakan jembung atau cawan. Kemudian nasi diletakkan di atas sebuah Ancak yang diatasnya diisi daun pisang sebagai alasnya. Diatas nasi disusuni canang plaus dan canang sari. Setelah selesai ditanding diletakkan berjejer di Bale Agung.

Kajian Makna:

1. Nasi/Sega
Nasi atau dalam Bahasa Bali Kuna dinamakan Sega adalah berupa nasi putih yang dibentuk menggunakan alat bantu, biasanya dari batok kelapa/jembung/cawan. Hal ini bermakna sebagai  lambang kebulatan tekad yang Manunggal; Yakni tekad Manunggal dengan Hyang Widhi.

Kebulatan tekad ini  diistilahkan dengan petikan Prasasti Hair Hawang yakni: "SEGA NGARAN IKANG GUMOLONG DADI SAWIJI", yang artinya: tekad yang menjadi satu.

Penyajian Nasi (Nakep) ini biasanya dihaturkan untuk penghormatan kepada KANG YASA JAGAT atau yang menciptakan bumi dengan seisinya, yang selama ini telah memberikan perlindungan dan penghidupan kepada Krama Desa Kedisan.

2. Ancak, Daun Pisang dan Canang
Ancak terbuat dari bambu, dianyam sedemikian rupa berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan upacara. Pada ancak memiliki lubang-lubang segi empat dengan aturan lubangnya pada sisi yang satu berjumlah lima lubang dan sisi yang lain lima lubang juga, sehingga jumlah lubang semua dua puluh lima lubang.

Kata ANCAK  berasal dari kata panca atau lima, karena memiliki lubang setiap sisi adalah lima, dan kata panca disini mengandung makna sebagai simbol kekuatan Panca Maha Bhuta. Karena kekuatan Panca Maha Bhuta merupakan kekuatan prakerti (acetana) sebagai salah satu kekuatan pendorong dari pesembahan atau korban suci kehadapan Sang Hyang Widhi, karena Sang Hyang Widhi adalah merupakan kekuatan purusa (cetana), dengan kata lain mempercepat proses penyatuan antara Sang Pencipta dengan mahluk ciptaanNya.

Dan Ancak sebagai simbol Prakerti ( Panca Maha Bhuta) dijadikan sebagai alas dan atau alat untuk mencapai Kesatuan Tekad guna mencapai Kemanunggalan dengan Kang Yasa Jagat yaitu Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan segala manifestasiNya.

Dan diatasnya dialasi dengan daun pisang bermakna; bahwa segala sesuatu mesti didasari oleh Kesejukan dan Kesucian. Daun merupakan lambang kesejukan dan keteduhan karena biasanya daun itu sifatnya sukla, maka dipandang juga sebagai suatu kesucian.

Sementara Canang (Cane) merupakan Inti dari sebuah banten yang melambangkan Dewa-Dewi.

Dan harapan melalui Upacara Nakep ini, seluruh Krama Desa Kedisan dianugerahkan berupa KEKUATAN TEKAD, baik saat membangun desa, menjaga warisan tradisi dan adat istiadat desa yang adi luhung, bersatu padu saling asah asih asuh, dan ketulusan dalam Ngesti Ida Sasuhunan, sehingga tercipta tatanan pekraman yang landuh, utuh, guyub dan damai.

Demikian dapat disampaikan makna dari Upacara Nakep, yang menjadi salah satu Keunikan dan  Kekayaan Desa Pakraman Kedisan-Kintamani. Semoga kita semua dilimpahkan kerahayuan dan persatuan sekala dan niskala.

Om Santih Santih Santih Om

* Sumber: Prasasti Hair Hawang
*Photo Upacara Nakep Di Pura Bale Agung Kedisan
* Kontributor: Jro Mangku I Wayan Sudarma

No comments: