Om Swastyastu
Siapa yang tak mau damai? Kedamaian sendiri melampaui kebahagiaan phisik, kebahagiaan material tak berarti apa apa dibandingkan kedamaian. Karena kedamaian adalah intisari dari semuanya, semua mengarah pada kedamaian, bahkan kematian saja Rest in Peace, surga pun adalah kedamaian.
Dapatkah dengan mengetahui malam kita mengerti siang, dengan mengetahui siang kita memahami malam? Dalam spiritual kita belajar tentang kesadaran diri, kita bisa menolak bahwa semua bukan diri kita. Tubuh bukan diri kita, pikiran dan perasaan, apa yang kita miliki dst bukan diri kita atau sebaliknya dengan cara menerima semua adalah diri kita. Dengan kedua cara ini kita akan berhasil mencapai kedamaian diri.
Dimana esensi bahwa sisi gelap kehidupan pun adalah kedamaian? Sedih, sakit, duka, rugi, tamak, iri, segala penderitaan, dst juga adalah kedamaian? Kita meringis dikala sakit, kita kesal saat dikecewakan dan saat seperti ini kita kehilangan kedamaian. Mungkin lebih sering kita kehilangan kedamaian dari pada merasakan damai. Beda pendapat saja kedamaian ikut sirna...
Kita anggap semua yang menghilangkan kedamaian adalah sisi gelap, yang menggantikan kedamaian adalah sisi negatif. Mampukah kita tetap damai saat sisi gelap ini menghampiri hidup kita? Saat ini terjadi kita ikut gelap dan kelam.
Yang perlu diingat adalah sadar diri. Seperti ke tempat gelap kita ikut gelap, tetapi jika kita sadar kita bukan kegelapan lilin kecilpun dapat menghalaunya. Kesadaran kecilpun dapat kembali mendamaikan. Kesadaran diri bagaikan lentera. Nasihat diri bagaikan pemantik agar lentera hidup. Jadi nasihat diri dan kembali sadar. Sadar diri justru lebih mudah saat disisi gelap. Terang lebih mudah terlihat saat disisi gelap. Maka semua latihan spritual untuk mencegah kegelapan atau dimulai dengan kesulitan. Orang mendekat pada Tuhan setelah sakit dan menderita karena percaya disisi gelap ada kesadaran dan Tuhan. Ada kebebasan. Semoga melihat terang dari kegelapan.. Manggalamastu
Om Santih Santih Santih Om
No comments:
Post a Comment