Friday, September 25, 2015

Kidung Kahuripan

Kidung Kahuripan

Idhupe nyansan tua
Sarirane masih sayan raye 
Bayune ngalesu
Ibuk ngeruntag
Jejeh jerih ring ukudan

Yening sampun tuwuh
Sampunang lengit mangesti dewa
Teleb ring sastra aji
Meagama
Mwah matirtha yatra

Ta ya I cenana
Satua tua ya nyansan miyik
Ta ya nyandang ruruh
Anggen kanti maparilaksana

Para jana sinamian
Mangda eling tatuek pati urip
Trikaya parisudhane
Pikukuhin
Rahayu Kawekas

~ Jro Mangku Danu

Monday, September 14, 2015

DERMA

Om Swastyastu

Ada yang berderma dengan Harta miliknya (Drweya Dana)
Ada yang berderma  lewat pengendalian diri (Tapa Dana)
Ada yang berderma lewat Doa (Brahma Dana)
Ada yang berderma melalui Pengetahuan (Jnana  Dana)
Ada yang berderma dengan tenaganya (Swadyaya Dana)

Inilah indahnya jalan Dharma.....semua level evolusi kesadaran diberikan peluang yang sama untuk melakukan pengabdian....
Sekiranya kita belum mampu berderma lewat jalan tersebut .....setidaknya kita masih bisa berderma yakni dengan cara tidak menyebabkan orang dan atau mahluk lain menderita dan sengsara baik lewat pikiran, ucapan dan prilaku kita.

Manggalamastu

~ Jro Mangku Danu
14/09/2015

PANGANJALI

Om Swastyastu,

Ampurayang yen ten nyambung..wantah manah mabligbagan..!

Cakupan tangan dalam istilah agama Hindu dikenal dengan sikap ANJALI, dan ketika dipakai menghormati 'sesuatu' disebut PANGANJALI, sebagai tanda rasa hormat.

Secara etika rohani, umat Hindu (Bali) mengenal istilah sor (bawah) dan singgih (mulia/utama), dan hal ini meresapi setiap kehidupan masyarakat Hindu, hingga kita juga mengenal istilah sor singgih basa (tata cara berbicara), genah anut linggih (etika dalam hal kedudukan/pangkat)

Kaitannya dengan cakupan tangan di atas kepala saat memuja Tuhan tentu juga berkaitan dengan asumsi bahwa Tuhan dengan segala PrabhawaNya adalah sesuatu yang SINGGIH, dan ditempatkan dalam ranah yang utama dan mulia... Dan demikian juga sikap anjali yang ditujukan kepada para sadhu/guru rohani, para Dewa, leluhur, bahkan mahluk-mahluk astral lainnya dihormati dengan sikap NILAI ETIKA sor-singgih ini, dan kita meyakini serta menyetujui hal ini..

Jika dalam kesusastraan dan keseharian bahwa sikap panganjali sering kita lihat di depan dada dapat dipahami bahwa yang dihormati adalah Sang Atma yang ada pada Padma Hrdaya yang terbungkus oleh badan/wadag seseorang/sesuatu yang dihormati...Manggalamastu.

Om Santih Santih Santih Om

♡ Jro Mangku Danu
Jakarta, 17/05/2010

Friday, September 4, 2015

Kesempurnaan Itu Adalah Apa Adanya

Om Swastyastu

Seorang Pria dan kekasihnya menikah dan acara pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.

Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalan tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya.

 “Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan,” katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.

“Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia……”

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama.

Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok Pagi ketika sarapan, mereka mulai siap mendiskusikannya.

“Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri.

Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sampai 3 halaman…..
Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir….

“Maaf, apakah aku harus berhenti ?” tanyanya…

“Oh tidak, lanjutkan….” Jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia “Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu”.

Dengan suara perlahan suaminya berkata “Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berfikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang…….”

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya.

Bahwa suaminya menerimanya apa adanya ….ia menunduk dan menangis….

Semeton sami....ini hanya ilustrasi, namun ada point penting yang bisa kita petik hikmahnya, yakni: 

"Dalam hidup ini, bisa jadi banyak kali kita merasa dikecewakan, depresi, dan sakit hati. Sesungguhnya tidak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan". 

Menyitir kembali Mutiara Dharma 03/09/2015:
"Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi tulusnya Kasih Sayang menutupi segala kekurangan”.

Kisah ini mengajak kita untuk kembali menyadari bahwa sejatinya memang kita ini tidak sempurna, semuanya memiliki retak atau kekurangan. Namun bukan kekurangan itu yang mesti kita persoalkan atau ributkan hingga menuai pertengkaran dan mengeringkan rasa kasih itu. Kekurangan merupakan potensi atau peluang emas yang dapat memotivasi kita untuk terus berusaha menggenapinya. Hal ini sejalan dengan piteket tetua kita yang  selalu mapekeling....."Ning....Lan Pada gelahang, pang pada payu, bedik ada bedik anggon, pasemetonanne pikukuhing.....".

Sekiranya kisah kecil ini dapat kita jadikan pratiwimba dalam kehidupan kita semua........Manggalamastu.


Om Santih Santih Santih Om


~ Jro Mangku Danu
 Bumi Parahyangan, 04/09/2015


Thursday, September 3, 2015

TANPA ORANG LAIN~KITA BUKAN SIAPA-SIAPA

Om Swastyastu
Seorang ayah, yang memiliki putri yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putrinya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia mengharapkan anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal. Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu yang sangat singkat tiket konser telah terjual habis.

Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya. Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putrinya tepat berada di sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak bisa betah duduk diam terlalu lama, tanpa pengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi.

Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putrinya tidak ada di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut.

Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa rasa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, Twinkle-Twinkle Little Star. Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba lebih dahulu dan ia langsung menyorotkan lampunya ke arah panggung.

Seluruh penonton terkejut, melihat yang ada di panggung bukan seorang pianis, tetapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis juga terkejut, bergegas naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata "Teruslah bermain" dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.

Sang pianis lalu duduk disamping anak itu dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu. Ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut. Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung.

Sang anak menajdi agak GR, pikirnya: "Wahhh, baru belajar sebulan saja sudah hebat!". Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk disebelahnya, yang telah mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna. 


Semeton sinamian, apa implikasinya dalam hidup kita ???

Kadang kita terlena oleh prestasi besar tersebut, membuat kita menjadi cepat berpuas diri dan menganggap diri kita hebat.....Dan terutama kita sering lupa....bahwa semua itu terjadi karena kita. 


Padahal kita tak ubahnya seperti   anak kecil tadi, tanpa ada orang lain di samping kita, KITA BUKANLAH SIAPA-SIAPA. Tanpa orang lain dan atau mahluk lainnya~eksistensi kita sejatinya tidak ada. Tapi apabila ada orang lain disamping kita...sesederhana apapun yang kita lakukan, hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang di sekitar kita.

Semoga saja kita tidak pernah lupa bahwa ada orang lain di samping kita. Semoga kita juga tidak lupa untuk melangkah lebih dan lebih lagi dan tidak cepat berpuas diri oleh prestasi besar yang telah kita capai. Marilah kita bahu membahu satu sama lain untuk menjadikan segala sesuatunya lebih sempurna.

Simpulan

Tanpa mereka, kita tiada artinya. Baik seorang terkenal, prihal itu harus benar-benar disadari dengan baik. Tanpa adanya dukungan dan partisipasi orang disekitarnya, adakah semua yang berhasil dicapai hari ini dan bisa direalisasikan? Adalah suatu kesalahan yang sangat fatal, jika ada suatu pernyataan yang mengatakan bahwa TANPA DIRIKU, ITU TIDAK AKAN BERHASIL. Yang benar adalah KESUKSESAN YANG BERHASIL KURAIH, TIDAKLAH TERLEPAS DARI KONTRIBUSI DAN DUKUNGAN ANDA-ANDA SEMUA. 

Menyadari kebenaran ini, maka sudah seyogianya/sepantasnya manusia memberikan perhatian yang penuh kepada semua orang terutama orang-orang terdekatnya baik dari segi materi, waktu maupun nasehat / bimbingan. Seseorang  yang berhasil, bukanlah seeorang  yang berhasil mencari kelemahan / kesalahan orang lain tetapi ialah orang  yang mampu memberikan solusi serta motivasi agar kesalahan / kelemahan ini tidak muncul untuk selanjutnya. 

Semoga semua mahluk hidup terbebas dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia. Manggalamastu.

Om Santih Santih Santih Om

~ Jro Mangku Danu
Bali, 23 Februari 2010