Monday, June 24, 2013

Memperhatikan DIRI Sendiri

Salam Kasih

Saudara-saudari semua...., diri kita ini terdiri dari badan kasar yang dapat kita lihat dengan mata biasa, yang terdiri atau terbentuk dari lima elemen yang dinamakan Panca Maha Bhuta, yaitu tanah, air, angin, api dan akasha atau angkasa Didalam bungkusan badan kasar ini kita memiliki lagi badan halus yang bentukannya dari pikiran, perasaan dan keakuan palsu. Terakhir adalah badan yang terhalus yaitu sang diri sejati kita yaitu kita sendiri yang asli, sebagai sang roh atau dinamakan Atma, yang merupakan percikan lebih kecil dari atom dari Parama Atma, Tuhan Yang Maha Esa.

Biasanya kita jarang memperhatikan keseharian kita....siapakah diri kita sebenarnya? Siapakah yang bertindak saat ini....diri kita yang manakah diantara ketiga yang disebutkan di atas, apakah yang bertindak hanya sang apah atau air, sang perthiwi atau tanah....atau sang pikiran atau manah, apakah sang ahamkara atau dia yang mengaku-ngaku sebagai AHAM...yang untuk menyembunyikan dirinya ia tinggal mengisi KARA setelah AHAM...sehingga menjadi ia yang nampak sebagai AHAM (aku sejati)..., ataukah yang bertindak dalam keseharian kita adalah sang diri sejati itu sendiri?

Sekali lagi kita jarang menyadari dalam keseharian kita siapakah yang sedang
bertindak...?

Sebagaimana kita tidak suka memakai pakaian yang kotor dan lusuh kalau kita bepergian keluar rumah, begitu pula halnya dengan orang-orang yang menginginkan agar kemajuan spiritualnya berjalan baik dan indah, maka ia tidak akan senang memelihara badan yang kotor dan juga tidak akan membiarkan dirinya dihiasi oleh kekotoran dari kerlap-kerlip pikiran yang tidak jelas, tidak terarah dan kotor. Dalam hal ini, seorang pe-Meditasi  memang harus membersihkan dirinya dari kecemaran oleh kotoran-kotoran badan kasar dan juga pikirannya. Tentu saja usaha membersihkan pikiran dari kotoran-kotorannya tidaklah mudah, ia membutuhkan kesungguhan tekad dari yang bersangkutan dan ketekunan yang baik serta pemahaman yang bijak. Dalam hal ini, ketika orang tidak memelihara kebersihan badani dan pikiran dengan baik, mereka akan "dipaksa" oleh pikirannya untuk berbalik arah menjauh dari tujuan sejatinya. Sang diri yang ahamkara (sang diri yang tampak seperti sang diri sejati) akan membimbingnya didalam kenikmatan serta pemikiran yang nikmat dan senang untuk memilih jalan menjauh dari hidup sejatinya. Pilihannya akan masuk akal sama sekali dan ia benar-benar ingin menutup dirinya untuk tidak memilih jalan indah spiritual yang sedang ia jalani, hanya karena berbagai alasan sangat menyenangkan dan sangat masuk akal.

Barangkali pilihan berbalik arah dari tujuan sejati kearah tujuan sampingan menjadi begitu semrawut tetapi sekaligus "menyenangkan", maka ia akan memilih pengkambinghitaman pada orang lain. Bahwa orang lainlah yang menyebabkan dia memilih jalan sampingan yang ia terima sebagai jalan lebih baik dan lebih mulus dari jalan utama yang sedang ia jalani tersebut. Walaupun ia kehilangan berbagai kebahagiaan tetapi ia akan memaksakan kenikmatan indrianya sebagai kenikmatan yang lebih daripada kebahagiaan spiritual tersebut. Walaupun dewa tertinggi yang datang kepadanya untuk mengajak ia kembali ke jalan indah spiritual tetapi ia akan menolaknya dengan tegas dengan berbagai alasan yang seolah-olah dirinya dikelilingi oleh berbagai jenis kebahagiaan dan kesempurnaan hidup. Bahwa pada akhirnya ia telah bersembunyi didalam kebesaran dirinya yang sangat kecil. Bahwa ia bersembunyi didalam kebahagiaan yang ia ciptakan melalui kerikil-kerikil penghalang kenikmatan duniawi yang terungkap dalam bentuk kenikmatan, kebahagiaan, kebijaksanaan, kecerdasan lebih, kehebatan, kesaktian atau apa pun yang bisa menjauhkan dirinya dari pilihan jalan utama spiritual. Ia akan sangat senang menentukan pilihan menyimpang dari jalan utama...dan tanpa ia sadari bahwa dirinya telah dikendalikan dengan kuat oleh sang ahamkara atau keakuan palsu.

Demikian cara kerja keakuan palsu. Ia akan membuat orang menjadi gigih didalam kekalahannya. 

No comments: