Sore ini saya kebetulan berdiskusi dengan seorang teman, yang banyak mendapat pengetahuan dari membaca buku, sementara saya lebih banyak berbicara dari sisi pengalaman, dan kenyataan di lapangan kemudian dianalisa secara spiritual.
Semoga kisah kecil berikut bisa mengingatkan kita semua :)
Alkisah di negeri antah berantah-hiduplah seorang yang menegakkan ajaran religius dan masyarakat menganggapnya sebagai orang yang sangat terpelajar. Ia memiliki pengikut yang mencatat segala petunjuknya dalam sebuah buku. Dalam beberapa tahun, buku-buku itu menjadi semakin banyak dengan semua petunjuk guru itu tercatat di dalamnya.
Para pengikutnya disarankan untuk tidak bertindak apa pun tanpa merujuk kepada buku suci itu. Kemana pun mereka pergi dan apa pun yang mereka lakukan, mereka akan kembali ke buku itu untuk mencari petunjuk.
Suatu hari, ketika sedang melintasi sebuah jembatan bambu yang sudah agak lapuk termakan usia, sang pemimpin tiba-tiba saja terjatuh ke dalam sungai. Para pengikutnya juga ada di sana, tapi tak ada seorang pun yang tahu harus berbuat apa. Jadi mereka membuka buku suci itu, halaman demi halaman.
"Tolong...!" Teriak sang guru, "aku tidak bisa berenang."
"Tunggu sebentat guru, janganlah tenggelam dulu," demikian para pengikutnya memohon kepada gurunya.
"Kami sedang mencari dalam buku suci ini. Pasti ada petunjuk apa yang harus dilakukan jika guru jatuh ke dalam sungai."
Sahabat semua.....dari kisah singkat ini, ada hal-hal yang bisa kita renungkan: belajar pengetahuan dari yang tersurat memang bagus, tapi ingat tidak semua yang ada di semesta ini tersurat dalam buku, walau pun itu adalah kitab suci sekali pun. Alam semesta adalah referensi utama kehidupan, jangan hanya belajar dari yang tersurat di buku, tapi temukanlah yang tersirat melalui alam, pengalaman, perenungan, dan intuisi-intuisi; lalu tuliskanlah hal itu semua, untuk melengkapi suratan-suratan yang telah ada.
Salam Rahayu
bercengkrama dengan sister Evry R Ayu di BBM 11072011
No comments:
Post a Comment