Friday, July 15, 2011

Nasihat Sang Maestro (Sabar, Tenang & Senyum)

Salam Kasih


Nasihat ini diberikan oleh seorang Pandita Istri, yang telah sedemikian besar jasanya mendidik saya tentang banyak hal dalam kehidupan ini. Di suatu kesempatan di lereng gunung Agung, saat kami berkumpul menyelesaikan perlengkapan upacara agama, sambil menorehkan pisaunya pada helaian janur beliau memberikan nasihatnya. "Dalam keseharian kita mesti selalu dapat mengembangkan prinsip hidup 'Sabar, Tenang, dan penuh Senyum' jika kita menghendaki hidup ini penuh kedamaian.".....Demikian beliau berpesan.

SABAR, adalah obat mujarab untuk mengendalikan diri di saat kita sedang dilanda emosi. Menjadi sabar, di mana saat emosi kita meninggi, apapun penyebabnya, kita sebaiknya tidak bersuara atau menampilkan sikap yang merupakan ekspresi dari kemarahan yang akan menyakiti hati orang lain atau menjadi karma negatif serta merusak nama baik kita sebagi orang yang tidak dapat menguasai emosi. Demikian beliau menegaskan.

TENANG, adalah sikap yang selalu datar dan sejuk dalam segala situasi dan kondisi. Baik lisan maupun gerakan, ketenangan merupakan cermin kuatnya kesabaran. Obsesi, resah, gelisah, dan kepanikan serta kegundahan merupakan cerminan tiadanya ketenangan.

SENYUM, yakni senantiasa mengembangkan sikap bersahabat, cinta kasih yang tulus dari lubuk sanubari kepada siapa saja yang bertatap muka dengan kita, dan ataupun yang bertemu dengan kita. Kita tidak perlu berlatih untuk bersikap jutek, dingin, tidak peduli, acuh-tak acuh, karena kita telah sangat berbakat melakukan hal itu semua......bukan...?? Akan tetapi untuk bisa tersenyum, peduli, ramah, empati, simpati, mungkin kita akan belajar sepanjang hidup kita.

Jadi.....dengan selalu mengingat dan melatih serta membiasakan hidup sabar, tenang, dan penuh senyum, akan banyak membawa kebahagiaan serta kedamaian dalam hidup kita hari demi hari...!!

Demikian...beliau menyudahi nasihatnya kepada kami
Semoga kisah kecil ini menginspirasi kita semua.......

Salam Rahayu ♡ I W Sudarma
Wejangan Ida Pedanda Istri Karang, Geriya Brahmana-Sibetan. Di Besakih, 10 April 1995

No comments: