Monday, February 22, 2010

Dalam Pangkuan Ibuku.....

harder & harder
Salam Kasih

Persaingan Dalam kandungan:
Jika demikian apakah hidup itu? Hidup dimulai dari persaingan, siapa yang lebih kuat akan menjadi pemenang/penguasa kehidupan. Persaingan dimulai sejak dalam kandungan (garbhadana) dimana yang kuat akan dapat tinggal dalam hangatnya kandungan sang ibu. Setiap ibu pasti pernah bercerita kepada kita bahwa “tiada perjuangan apapun yang begitu hebat mati-matian yang menyamai dengan perjuangan untuk hidup”.

Selama 9 Bulan:
Diantara berjuta bibit/benih janin yang membuahi rahim ibu, hanya yang terbaik yang sesuai dengan karmanya dapat tinggal dalam kandungannya selama lebih kurang sembilan bulan, dan menghadapi segala sesuatu bersama-sama. Seorang ibu pasti akan berkata “Anakku, apabila engkau dewasa nanti, engkau harus kuat dan menyiapkan diri, memiliki kesabaran serta tahan terhadap persaingan maupun gejolak dalam kehidupan”. Tetapi, pada saat itu kita pasti tidak begitu tertarik atas nasehat tersebut, karena tidak percaya bahwa hidup akan kejam seperti kenyataannya.

Setelah Lahir:
Ketika kita tumbuh menjadi dewasa baru paham dan menyadari bahwa sesungguhnya hidup manusia adalah ajang pertarungan yang besar. Pemaian yang lemah akan gagal dan teraniaya selalu, tak ada panggung kosong bagi mereka yang lemah. Tak ada jalan terbuka bagi mereka yang putus semangat. Manusia sejak bangun dari tidurnya, pada saat pertama membuka mata, pikirannya telah tertuju pada peretarungan nasibnya. “ Bila engkau dewasa nanti, memiliki pengalaman, belajar lebih banyak, dan dapat melihat dunia dari berbagai sudut pandang, semua bagian dengan nyata, maka engkau akan mengerti”


Tatkala Suka-Duka:
Ketika kita dewasa, ibu tidak begitu banyak bicara, tidak sering lagi menasehati dan menunjukkan pandangan hidupnya kepada kita. Kadangkala kita perhatikan ibu ingin bicara sesuatau yang tepat dengan isi hatinya, akan tetapi beliau memilih diam. Ibu memiliki kesadaran, mungkin karena takut/sungkan akan menyinggung hati anak-anaknya yang sedang dalam perjuangan hidup. Ibu senantiasa menjaga dan merawat hati putra-putrinya semasa hidupnya. Ibu tahu dengan baik, perjuangan hidup itu selalu diwarnai kegagalan dan kemenangan.“ Pangkuan ibu adalah tempat tidur yang hangat untukmu, tidurlah kalau engkau lelah dan gagal, lengan ibu adalah sandaran yang hangat dan aman. Kembalilah!, karena tidak ada pertarungan, kebencian, suap dan kebohongan. Pangkuan ibu, sejak engkau kanak-kanak, hingga kini adalah tetap demikian, tidak pernah berubah, ibu selalu ada di sini”.“ Kemenangan sejati adalah bila engkau dapat menaklukkan dirimu sendiri.” Nasihat seorang ibu seperti ini pasti sangat menyentuh hati kita. Sering kali kita mengalami kegelisahan dan kekhawatiran karena berharap mengalahkan orang lain. Tapi bila menang, kitapun merasa gelisah dan menderita, mengapa? Penderitaan kita timbul karena takut dikalahkan oleh mereka yang pernah kita kalahkan. Tentu merekapun ingin meraih kemenangannyaa kembali. Penderitaan (duhkha) manusia tentang hal ini tidak berbeda antara orang miskin dan kaya, pria dan wanita. Manusia mempunyai kecurigaan yang sama di dalam persaingan.

Dari Hati ke Hati:
Ketika kita berbicara dengan ibu dari hati ke hati, kita pasti pernah bertanya padanya dengan perlahan,”Ibu, kapankah hidup ini berhenti dari persaingan?” Jawaban ibu yang bijaksana adalah,”Anakku! Hidup ini adalah persaingan, dan persaingan ini kan berakhir bila hidup tanpa nafas! Saat itu hidup berhenti berjalan. Bahkan ibu sendiri walaupun telah lanjut usia, masih terus berjuang dan berusaha. Berusaha agar diuri ibu tidak dikalahkan oleh keinginan rendah dan jahat”.


Harapannya:
Bersaing atau berjuang di dalam sandiwara adalah kejam dan keras, tetapi lebih kejam dan keras lagi apa yang kita temukan dalam kenyataan hidup ini. Ibu mengatakan selama hidup berlangsung kita harus berjuang, dan dengan usapan tangannya yang lembut, ibu sering membelai kepala kita dan mengatakan,”Semoga engkau anakku, memiliki kesadaran dalam setiap persaingan dan penuh dengan kesabaran dalam perjuangan mengarungi hidup ini. Walau hari ini gagal, harapan ibu semoga esok engkau dalam kemenangan”. ”Tetapi kemenangan itu haruslah kemenangan yang benar, murni dan adil!”

Renungan:
Di dalam perjuangan hidup ini sangat dibutuhkan dorongan spiritual dari seseorang. Dan bagi setiap anak tidak ada dorongan spiritual yang dapat disamakan dengan dorongan spiritual dari seorang ibu. Ibu senantiasa berusaha memberikan semangat, keteguhan dan kekuatan jiwa kep[ada putra-putinya.Hidup ibu tidak lagi bersaing dengan orang lain saat ini, tetapi beliau juga masih berjuang mengendalikan diri/batin beliau sendiri yaitu mengatasi Klesa yang timbul yaitu meliputi keserakahan (lobha), Kebencian (irihati), dan kegelapan batin (avidya). Kita mesti belajar dari hidup seorang ibu, belajar tentang melihat kenyataan dan melangkah dalam hidup ini bersama ibu. Hidup terisi penuh oleh pengalaman hidup dan pelajaran hidupp dengan beraneka ilmu, yang tidak tercatat di dalam buku apapun.

Dikisahkan oleh seorang anak yang dibesarkan oleh Ibu di tepi Danau Batur

Rahayu
~ I Wayan Sudarma

No comments: