Om Swastyastu
Oleh: I Wayan Sudarma
Dalam upanisad Brahman, Tuhan, ada di dalam seluruh ciptaannya. Dengan demikian setiap ciptaan, khususnya semua mahluk hidup terutama manusia mengandung kesucian Tuhan (Brahman) di dalam diri setiap mahluk hidup, yang sering kita sebut dengan atman (percikan terkecil
dari parama Atman/ Brah‐ man itu sendiri). Sehingga Veda mengajarkan setiap umatnya untuk saling mengasihi khususnya setiap mahluk hidup baik itu hewan, tumbuhan dan alam sekitar. Filosopi veda berputar di sekitar persaudaraan dan dan kesederajatan. Tidak ada istilah dalam Veda mengenai konsep penggolongan manusia menjadi manusia yang beriman dengan manusia kafir, agama langit dan bumi, system jithad, perang suci, ada tuan ada budak
dan lain sebagainya yang menggolongkan manusia untuk membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Ajaran dalam Veda tidak menggolongkan manusia atau agama seperti itu, seperti halnya apakah sinar Matahari hanya
menyinari orang
orang
atau golongan tertentu yang layak untuk disinari, akan tetapi sinar matahari tidak memandang siapa yang akan
disinari olehnya bahkan ia tidak memalingkan sinarnya dari kotoran sekalipun. Serta alam ini mem‐perlakukan semuannya sama, apakah dia coklat atau hijau ataupun hitam, tinggi atau rendah, Tuhan (Sang Hyang Widhi) telah menetapkan
cara yang sama bagi kelahiran dan
kematian semua manusia di atas bumi ini. Semua jiwa adalah sederajat seperti
bunyi seloka dalam Bhagawad Gita dan Rgveda
berikut;
“Samo ham sarvo
bhutesu na me devasyo stina pryah
Ye bhajanti tu
man bhaktya mayite tesu ca pyaham” (Bhagawad Gita IX.29).
Artinya: Aku adalah sama bagi semua mahluk, bagi-Ku tidak
ada yang terbenci dan terkasihi, namun bagi yang berbhakti dengan penuh
dedikasi, mereka ada pada-Ku dan Aku ada pada mereka.
Hendaknya hati kita
dalam kesederajatan dan persatuan. (Rgveda 10.191.4).
Dari sloka di atas, yang dikutip melalui pustaka suci/
kitab Bhagawad Gita dan Rgveda adalah
gambaran sempurna dari sifat dan prinsip Tuhan (Brahman) Hindu. Tuhan ini,
Tuhan yang bukanlah Tuhan yang
hanya duduk di singgasana di sebuah
lapisan langit dengan cambuk api di satu tangan dan hadiah di tangan yang
lainnya, dimana ia akan siap mengayunkan
cambuknya pada siapa yang tidak percaya kepadanya atau sebaliknya menghambur
hadiah penuh kenikmatan kepada mereka yang memujanya.
Hindu terbebas dari doktrin seperti ini yang dapat
mengakibatkan timbulnya suatu kebencian di antara manusia dan bertindak
“mengatas namakan Tuhan atau agama”. Konsep Veda juga banyak mengajarkan
mengenai persaudaraan antara umat manusia, menurut filosofi Veda, seluruh manusia
di atas bumi adalah bersaudara satu sama lain. Sang Hyang Widhi adalah
ibaratkan ayah yang baik hati bagi semua. Di mata Ida Sang Hyang Widhi Wasa
tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah. Dia memperlakukan semua sama
menganugrahkan kebahagiaan suci dan rasa syukur kepada semua, tidak peduli suku
bangsa, warna kulit dan keyakinan, sebab
veda mengajarkan banyak jalan untuk
menuju jalan-Nya itu seperti yang tertuang dalam Bhagawad Gita dijelaskan;
“ye yatha mam prapadyante tamstathaiva bhajamy aham,
Mama vartmanuvartante manusyah partha sarvasyah” (Bhagawad Gita IV.11)
Artinya: Jalan apapun orang memuja-Ku, pada jalan yang sama
Aku memenuhi keinginannya, Wahai partha, karena semua jalan yang ditempuh
mereka semua adalah jalan-Ku.
Maka ajaran Hindu tidak menekankan umatnya untuk “harus”
ada satu jalan yang benar tetapi umat Hindu bebas memilih jalannya msing masing
sesuai dengan kemampuan dan keyakinannya, “jalan” dalam artian disini kaitannya
dengan Catur Marga Yoga yang meliputi, Jnana Marga Yoga, Bhakti Marga
Yoga,Karma Marya Yoga dan Raja Marga Yogadengan latihan atau disiplin astangga yoga. Sehingga dari pada itu mengenai persaudaraan,
ajaran Veda didasarkan atas persaudaraan yang universal. Seluruh manusia memi‐ liki hak yang sama di atas
bumi, semunya milik alam semesta dan alam semesta milik semuanya. Bila alam
baik ke pada semua, mangapa manusia membenci satu sama lainnya atas dalih
perbedaan agama?
Karenyanya Veda secara empatik mendorong seluruh manusia
di atas bumi untuk mencintai satu sama lainnya dari lubuk hatinya seperti yang dinyatakan
dalam kitab Atharvaveda sebagai berikut ;
“cintai satu sama
lain seperti sapi mencintai anaknya yang
baru lahir” (Atharvaveda
3.30.1)
Konsep veda juga banyak
mengajarkan danmenekankan bahwa jiwa dari semua orang, burung, binatang
buas dan serangga memiliki sinar suci yang sama. Tidak ada satupun yang kosong
dari kemurnian hati, keagungan dan kemulian Sang Hyang Widhi. Seluruh mahluk
berasal dari Sang Paramatman (mahluk
utama, supreme being) yang adalah ayah bagi semua anak aanak-Nya. Bila
demikian halnya, mengapa semua manusia saling menghina satu sama lain? Ida Sang
Hyang Widhi menyusupi segala mahluk hidup, apakah tinggi atau rendah, pendosa
atau suci, dan juga Hindu tidak
membatasi Tuhan hanya ada di suatu tempat yang jauh dari jangkauan
manusia atau yang duduk disinggasananya yang megah, dalam ajaran veda
Tuhan mengisi ruang dan waktu dan menyusupi semua mahluk hidup yang ada seperti dijeaskan dalam kitab
Yajur Veda sebagai berikut;
“Dia yang menyusupi
segalanya meliputi seluruh mahluk di dalam maupun di luar” (Yajurveda 32.8)
Di dalam memahami filsafat emas yang di sebutkan di atas
mengenai kemahahadiran Tuhan dan
menyadari kilatan cahaya sang Hyang Widhi dalam semua mahluk di atas bumi,
tidak akan membenci mahluk lain apapun.
Dia yang matanya melihat pada semua orang
sebagai saudara yang sederajat yang memiliki percikan suci yang sama,
yang dia rasakan dalam dirinya sendiri, bebas dari kebencian, kedengkian
dan fanatisme. Mantram Yajurveda berikut ini menjelaskan
ide tersebut :
“Dia yang melihat
seluruh mahluk dalam dirinya sendiri dan menemukan refleksi dari dirinya sendiri
dalam semua mahluk tidak pernah memandang rendah siapapun” (Yajurveda 40.6)
Jadi sudah jelas bahwa Filosofi Hindu (Filosofi Veda) bergantung
atas kesederajatan dan persaudaraan. Ia didasarkan atas persaudaraan universal-persaudaraan
bukan hanya antara orang
orang Hindu saja tetapi seluruh
manusia di atas bumi, karena semua hati adalah singgasana dari Yang Mahakuasa.
“O Arjuna, Sang
Hyang paramatma tinggal dalam hati semua mahluk
hidup”
(Bhagavad Gita 18.6).
Sehingga banyak
para sarjana barat mengemukakan kekagumannya pada veda damn berikut
kutipan dari beberapa sarjana barat
mengenai Veda;
1.
Max Mueller, indologis asal jerman mengungkapkan “konsep dunia sebagaimana
di simpulkan dari veda dan utamanya dari upanisad sungguh sungguh menggumkan’.
2.
Prof. Heern, sarjana barat terkemuka, menulis “Veda berdiri sendiri dan
kemegahannya tersendiri berlaku sebagai
mercusuar bagi gerak maju kemanusiaan”
3.
Lord Morly menyatakan tanpa ragu ”apa yang di temukan dalam veda, tidak
ada di tempat lain manapun”
4.
Henry D Thoreau, filsup Amerika, mengungkap‐ kan “kapanpun saya membaca
bagian manapun dari Veda, saya merasakan bahwa beberapa cahaya tak dikenal dan
bukan dari bumi ini menerangi saya. Di
dalam ajaran agung dari veda, tidak ada sentuhan sektarianisme. Ia adalah untuk
segala jaman, cuaca dan nasionalitas dan jalan agung untuk pencapaian
pengetahuan besar. Ketika saya ada padanya, saya merasa bahwa saya ada di bawah
kelap kelip surga surga di suatu malam musim panas”.
5.
Julius Robert Oppenheimer, ilmuan ( pencipta bom atom AS )dan Filsuf
berpendapat bahwa “ akses kepada veda adalah hak istimewa terbesar dari abad
ini yang dapat di klaim selama abad abad sebelumnya”.
Maka sudah jelas ditegaskan dalam
veda, bahwa hendaknya mahluk di atas
bumi baik itu manusia, hewan dan tumbuhan atau alam sekitar untuk saling
mengasihi antara sesama dengan tidak memandang kelebihan atau kekurangan dari
mahluk lainnya dan juga veda menegaskan bahwa tentang ajran
ahimsa yang sangat universal. Terangilah mata yang memancarkan pandangan kasih
dan cinta pada yang lain. Veda mengajarkan bahwa semuanya bersahabat, tidak
seorangpun musuh. Cinta melahirkan cinta, kebencian melahirkan racun. Bila
engkau melihat kepada yang lain dengan mata yang bersahabat dan penuh cinta
kasih, mereka akan mengembalikan
pandangan kasih kepadamu. Oleh karena itu adalah merupakan tugas kita yang
utama untuk menciptakan atmosfir rasa cinta kasih, kesederajatan dan kekeluargaan
antara semua mahluk yang ada. Untuk mencapai keseimbangan cinta kasih dapat
diwujudkan melalui garis vertical dan horizontal. Terlebih lagi memsuki abad
moderen dan global dibutuhkan pemikiran yang arif dan bijaksana. Disuatu sisi
dituntut bersikap rasional, namun disisi lain masih diperlukan curahan emosi
spiritual terutama hubungan manusia dengan Tuhan sebagai maha pencipta alam
semesta beserta isinya. Jalan terbaik
adalah bagaimana cara mensinergikan emosi spiritual dengan sikap
rasional. Dalam hal ini relefasi keseimbangan cintakasih dengan abad moderen
lebih lebih difokuskan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia Yang
memegang teguh nilai nilai ke Tuhanan,
kemanusiaan dan kealaman. Saling mencintai dan mengasihi satu sama lain dan
siapa saja tanpa memandang perbedaan fisik akan
memberikan keseimbangan cinta kasih. Dalam Yajurveda 32.8 dinyatakan “Sa’atah Protasca Wibhuh Prajasu” yang
artinya: Tuhan terjalin dalam mahluk
yang diciptakannya.
Semoga semua bahagia,
Semoga semua sehat,
Semoga semua senang,
Semoga tidak ada yang menderita
dari kesengsaraan
dan kemalangan.
Om Santih Santih Santih Om
No comments:
Post a Comment