Wednesday, December 19, 2012

Ngertakeun Bumi Lamba

Oleh: I W. Sudarma

Salam Kasih

Harmoni Bumi melalui Sedekah Bumi 
Om Hyang Tiga Parama Wisesa
Masyarakat Sunda dari sejumlah wilayah berkumpul di Tangkuban Perahu. Mereka bersama mengharapkan Yang Kuasa menurunkan lagi kebaikan yang pernah diberikan kepada para leluhur.


Sangkuriang, ketika kecil diusir oleh ibunya, Nyi Dayang Sumbi, gara-gara menyembelih anjing kesayangan mereka yang sebenarnya adalah ayah Sangkuriang. Ketika dewasa, Sangkuriang berjumpa dengan Dayang Sumbi kembali dan saling jatuh cinta, tetapi belakangan Dayang Sumbi menyadari bahwa Sangkuriang adalah anaknya.

Cara menolaknya, ia meminta Sangkuriang membuat perahu dan membendung Sungai Citarum dalam semalam, tetapi dengan bantuan dewa, belum lagi perahu selesai sudah terdengar ayam berkokok. Sangkuriang marah dan menendang perahunya jauhjauh yang jatuh menangkup di bumi. Itulah yang menjadi Tangkuban Perahu.


Bukan itu saja yang menyebabkan gunung yang terletak di utara Bandung, Jawa Barat, itu dianggap sakral. Penyebab lain, konon Nyi Roro Kidul juga pernah berguru di gunung tersebut. Itu sebabnya masyarakat Sunda sampai sekarang terbiasa mengadakan ritual di kawasan yang sangat indah itu.


Di antaranya, upacara adat “Ngertakeun Bumi Lamba” yang dihelat pada akhir Juni 2011 dan akan dilaksanakan juga mulai hari Kamis Pon hingga Sabtu Kliwon (Tumpekan), Juni tahun 2012 ini. Ngertakeun (dari kata dasar kerta berarti ‘menyejahterakan’); bumi lamba (alam jagat atau dunia sebagai alam kosmos). Ini untuk keempat kalinya secara berturut-turut, sejak 2009, diadakan di Gunung Tangkuban Perahu. Sebelumnya, pernah dilakukan, antara lain, di Gunung Pangrango (Cianjur) dan Gunung Wayang (Bandung).


Upacara adat tahunan ini, menurut Ketua Panitia Wawan Akil, sebetulnya sudah dikenal sejak Prabu Siliwangi memerintah di Kerajaan Padjadjaran, abad ke-14 hingga ke-15. Kalau sekarang dilaksanakan kembali, tujuannya untuk merevitalisasi peradaban yang telah ditinggalkan banyak orang.


Rahayu Tatar Tanah Nusantara
 

No comments: