Monday, December 19, 2011

Pokok-Pokok Ajaran Darsana: Yoga

Oleh: I W. Sudarma

Salam Kasih

Pendiri dan Sumber ajarannya :

Ajaran Yoga sangat populer dikalangan umat Hindu. Adapun pembangunan ajaran ini adalah Mahresi patanjali. Ajaran ini merupakan anugerah yang luar biasa dari Maharesi Patanjali kepada siapa saja yang ingin melaksanakan hidup kerokhanian. Bila kitab Veda merupakan pengetahuan suci yang sipatnya teoritis, maka Yoga merupakan ilmu yang sipatnya praktis dari ajaran Veda. Ajaran ini merupakan bantuan kepada mereka yang ingin meningkatkan dibidang kerokhanian.

Tulisan pertama tentang ajaran Yoga ini adalah kitab Yogasutra karya Maharesi patanjali, walaupun unsur-unsur ajarannya sudah ada jauh sebelum itu. Ajaran Yoga sebenarnya sudah terdapat didalam kitab suci Sruti maupun Smrti, demikian pula dalam Itihasa dan Purana. Setelah buku Yogasutra muncullah kitab-kitab Bhasta yang merupakan buku momentar terhadap karya Patanjali diatas, diantarnya Bhasya Nitti oleh Bhojaraja dan lain-lain. Komentar - komentar ini menguraikan ajaran Yoga karya Patanjali yang berbentuk Sutra atau kalimat pendek dan padat.

Kata Yoga sendri berasal dari urat kata Yuj yang artinya berhubungan ( ingat kata yoke atau uga dan lain -lain). Kata Yoga berarti hubungan atau berhubungan, yang dimaksud adalah bertemunya roh individu ( Atma/Purusa) dengan Roh universal yang tidak berperibadi ( MahaPurusa/paramatman). Maharsi Patanjali mengartikan Yoga sebagai 'Cittawrttinirodha', yaitu pengentian geraknya pikiran.

Seluruh kitab Yogasastra karya Patanjali terbagi atas 4 pada (bagian) yang terdiri dari 194 Sutra. Bagian pertam disebut Samadhipada , isinya tentang ajaran Yoga. Diterangkan pula perubahan-perubahan pikiran dn cara pelaksanaan yoga. Bagian kedua disebut Sadhanapada, isinya tentang pelaksanaan Yoga seperti cara mencapai Samadhi. Tentang kedukaan, karmapala dan sebagainya. Bagian ketiga disebut Wibhutipada, isinya segai batiniah ajaran Yoga disebut Wibhutipada, isianya segi batiniah ajaran Yoga, dan tentang kekutan gaib yang diperoleh dalam melaksanakan Yoga. Bagian ke 4 disebut Kaiwalyapada, melukiskan tentang alam kalepasan dan kenyataan roh yang mengatasi alam duniawi.

Seringkali filsafat Yoga disebut bersama-sama dengan filsafat Samkhya (Samkhayoga), karena memang filsafat Yoga berhubungan erat denan Samkhya. Yang terpenting ialah pelaksanaan ajaran Yoga sebagai jalan memperoleh Wiwekajnana, yaitu pengetahuan untuk membedakan antara yang salah dan benar sebagai kondisi untuk mencapai kalepasan. Hampir semua filsafat Hindu mengenal ajaran Yoga ini.

Sifat ajarannya

Ajaran Yoga merupakan praktek dari ajaran Samkhya dalam kehidupan nyata. Yoga menerima ajaran Tripramana dalam Samkhya, juga menerima 25 Tattwas Samkhya, dengan menempatkan Iswara ( Tuhan Yang Mahaesa ) sebagai sumber Purusa dan Prakrti) itu, walaupun hakekat Purusa sama Iswara, oleh karena menempatkan Iswara sebagai sumber kedua prinsip diatas, maka filsafat Yoya disebut bersifat Theistic. Filsafat Yoga juga disebut Saisvara Samkhya atau Saisvara Samkhya.

Pokok ajaran Yoga.

Ajaran filsafat Yoga yang terpenting adalah citta (pikiran). Citta dipandang sebagai hasil pertama dari Prakrti, yang juga meliputi Ahamkara dan Manas. Di dalam Citta ini Purusa di pantulkan. Dengan menerima pantulan Purusa citta menjadi sadar dan berfungsi. Tiap Purusa berhubungan dengan satu citta, yang disebut Karana Citta. Karana Citta dapat mengucap atau meluas, tergantung tubuh yang dihuninya, bila pada binatang (lebih kecil) dibandingkan Karana Citta itu menempati tubuh manusia. Jika Karana Citta berhubungan dengan tubuh maka ia disebut Karya Citta. Tujuan Yoga untuk mengembalikan Citta dalam keadaanya semula, murni, tanpa perubahan, sehingga dengan demikian Purusa dibelengguan badan. Dalam kehidupan sehari-hari, Citta disamakan dengan Writti, yaitu bentuk-bentuk perubahan Citta dalam penyesuian diri dengan obyek pengamatan. Melalui aktivitas Citta ini, Purusa tampak bertindak, bergirang atau menderita.

Perubahan Citta dapat diklasifikasikan kedalam 5 macam, yaitu :

Pramana, pengamatan yang benar
Viparyaya, pengamatan yang salah
Vikalpa, pengamatan hanya dalam kata-kata
Nindra tidur
Smrti, ingatan

Pengamatan yang benar hanya melalui Tri Pramana. Aktivitas citta menimbulkan yang terpendam, yang selanjunya menimbulkan kecendrungan yang lain. Demikianklah Samsara berputar, manusia ditaklukkan oleh Klesa yang terdiri dari : Awidya (ketidak tahuan), Asmita (keakuan), Raga (keterikatan), Dvesa (dendam) dan Abhiniwesa (takut terhadap kematian ). Untuk dapat terlepasnya Purusa dari ikatan Prakrti, seseorang harus dapat melepaskan Wrtti yaitu dengan melenyapkan klesa, sebab Klesa merupakan dasar terbentuknya Karma yang menimbulkan Awidya.

Jadi dalam hidup manusia terdapat satu rangkaian yang tiada putusnya, yaitu perputaran Wrtti, Klesa. Lepasnya ikatan dapat tercapai melalui pengendalian diri (Wiragya), sehingga dapat membedakan yang Pribadi dan Bukan pribadi.

Sebagai telah disebutkan didepan, patanjali mengartikan Yoga sebagai berhentinya kegoncangan pikiran Ada lima keadaan pikiran. Keadaan ini ditentkan oleh identitas Sattwam, Rajas dan Tamas, kelima keadaan pikiran itu, ialah :

Ksipta. Artinya tidak m au beriam. Dalam keadaan ini pikiran itu diombang ambingkan oleh Rajas dan Tamas dan ditarik-tarik oleh obyek indrya dan sarana-sarana untuk mencapainya . Pikiran melompat-lompat dari satu obyek ke obyek yang lain tanpa mengaso pada satu obyek.
Mudha, artinya lamban dan malas. Ini disebabkan oleh pengaruh tamas dan menguasai alam pikiran . Akibatnya seseorang yang alam pikirannya demikian menjadi bodoh, senang tidur dan sebagainya.
Vikalpa, artinya bingung, kacau. Hal ini disebabkan oleh pengaruh Rajas, karena pengaruh ini pikiran mampu mewujudkansemua obyek dan mengarahkan pada kebajikan,pengetahuan dan sebagainya. Ini merupakan tahap pemusatan pikiran pada suatu obyek namun sifatnya sementara sebab akan disusul lagi oleh kekuatan pikiran.
Ekagra, artinya terpusat. Disini Citta terhapus dari cemasnya Rajas sehingga Sattwalah yang kuasai atas pikiran. Ini merupakan awal pemusatan pikiran pada suatu obyek yang memungkinkan ia mengetahui alamnya yang sejati sebagai persiapan untuk menghentikan perobahan-pikiran.
"Niruddha, artinya terkendali. Dalam tahap ini berhentilah semua kegiatan pikiran, hanya ketenanganlah yang ada. Ekagra dan Nirrudha merupakan persiapan dan bantuan untuk mencapai tujun akhir, yaitu Kelepasan

Ekagra bila dapat berlangsung terus menerus disebut Samprajñata Samadhi atau meditasi yang dalam, yang padanya ada perenunagn kesadaran akan suatu obyek yang terang.

Tingkatan Niruddha akan suatu obyek yang terang. Tingkatan Niruddha juga disebut Asamprajñata Samadhi, karena semua perubahan dan kegoncangan pikiran lagi. Dalam keadaan demikian tidak ada riak-riak gelombang kecil sekalipun.

Pada permukaan alam pikiran atau citta itu, Itulah yang dinamakan orang Samadhi Yoga (Nirwikalpa Samadhi) Ada 4 macam Sampraj`ata Samadhi ( Yoga ) menurut jenis obyek renungannya. Keempat jenis itu ,ialah ;

Savitarka, ialah bila pikiran itu dipusatkan pada suatu obyek benda kasar, seperti arca Dewa atau Dewi.
Savicara,ialah bila pikiran itu dipusatkan pada suatu obyek yang halus yang tidak nyata seperti Tan Matra.
Sananda, bila pikiran itu dipusatkan pada suatu obyek yang halus, seperti rasa indryanya.
Sasmita,ialah bila pikiran itu di pusatkan pada Asmita, yaitu anasir rasa akau yang biasanya roh menyamakan dirinya denan ini.

Dengan tahap-tahap pemusatan pikiran seperti tersbut diatas, maka ia akan mengalami bermacam-macam alam obyek dengan atau tanpa jasmani dan meninggalkannya satu persatu , hingga akhirnya Citta meninggalkannya sama sekali dan orang mencapai tingkat ini seseorang harus melaksanakan praktek Yoga dengan cermaat dan patuh dalam waktu yang lama melalui tahap-tahap yang disebut Astangga Yoga.

Pelaksanaan Ajaran Yoga (Astangga Yoga)

Untuk mencapai tujuan Yoga, yakni Kelepasan ( Moksa), maka Patanjali dalam bukunya Yogasutra menjelaskan adanya beberapa langkah yang harus ditempuh, yang disebut Astanggayoga, yang merupakan jalan untuk mencapai tujuan tersebut diatas, sebagai berikut :

Yama, yang terdiri dari :

Ahimsa ( tidak membunuh/menyakiti mahkluk hidup )
Satya (jujur dalam Tri Kaya )
Asteya ( tidak mencuri )
Brahmacarya ( mengendalikan nafsu sex )
Aparugraha ( tidak menerima pemberian yang tidak penting dari orang lain ). Kata Yama artinya pengendalian diri.

2. Niyama. Kata Niyama berarti pengendalian tingkat lanjut,terdiri dari :

Sauca, artinya suci lahir batin
Santosa, artinya puas dengan apa adanya.
Tapa, tahan uji terhadap berbagai gangguan
Swadhyaya, tekun belajar keTuhanan
Iswarapranidhana, memusatkan pikiran dan bhakti kepada Tuhan Yang Mahaesa.

3. Asana, Asana artinya sikap-sikap tubuh bermanfaat untuk meditasi, kesehatan tubuhdan ketenangan pikiran seperti Padmasana, Bajrasana, Sawasana dan lain-lain.

4. Pranayama, artinya pengaturan nafas. Pranayama terdiri dari pemasukan nafas (puraka), menahan nafas (kumbhaka)dan Recaka (mengeluarkan nafas). Pengaturan nafas berguna untuk memusatkan pikiran.

5. Pratyahara, artinya menarik indrya dari wilayah sasarannya dan menempatkannya dibawah pengawasan pikiran. Hal ini memerlukan laihan yang sama.

6. Dharana, memusatkan pikiran pada sasaran yang diingin itu boleh bagian-bagian tubuh sendiri seperti ; antara dahi, boleh juga diluar tubuh seperti; antara dahi, boleh juga diluar tubuh seperti titik hitam, bulan atau bintang dan lain-lain.

7. Dhyana. Dhyana berarti aliran pikiran yang tanang pada obyek tak tergoyahkan oleh gangguan sekelilingnya. Hal ini menyebabkan orang memiliki gambaran yang jelas tentang bagian-bagian dan aspek obyek renungan.

8. Samadhi. Inilah tahap yang terakhir dalam pelaksanaan ajaran Yoga. Dalam Samadhi pikiran telah lebur mennyatu dengan obyek dan tidak ada kesadaran akan tubuhnya sendiri. Dalam Dhyana antara gerak pikiran dengan obyek renungan masih terpisah, namun dalam Samadhi sudah tidak ada.

Pelaksanaan Yama dan Niyama merupakan persiapan etis, Asana, Pranayama dan Pratyahara merupakan persiapan badani. Kelimanya tersebut merupakan pemusatan. Ketiganya ini merupakan pertolongan dari dalam atau langsung yang disebut Antaranga.

Tuhan Yang Maha Esa dalam Samkhya adalah obyek dari Bhakti yang patut disembah dalam praktek Yoga. Tuhan Mahasuci akan dapat ditemui melalui kesucian lahir dan batin. Tuhan (Iswara) dikenal dengan Wijaksara Om, atau Pranava.

Demikian sekilas tentang pokok-pokok ajaran Yoga

Om Santih Santih Santih Om

No comments: