Friday, December 23, 2011

BHAKTI

Salam Kasih

yo mam evam asammudho

janati purusottamam

sa sarva-vid bhajati mam

sarva-bhavena bharata (Bhagavadgita, XV.19)

Siapapun yang mengenal Aku sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tanpa ragu-ragu, mengetahui segala sesuatu.

Karena itu ia sepenuhnya menekuni pengabdian suci bhakti kepada-Ku wahai putra Bharata.



Kebiasaan masyarakat kita di Bali bahkan hingga saat ini lebih familiar menggunakan kalimat mebhakti ke pura, ke sanggah atau merajan dan sebagainya, daripada menggunakan kata sembahyang walaupun tujuannya sama. Dalam bhakti sudah mencangkup aspek pelayanan, pengabdian, pembelaan, cinta-kasih dan seterusnya dan para pelakunya disebut dengan bhakta.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegarapun sikap bhakti itu diwujudkan dalam bentuk pengabdian, pembelaan dan sebagainya.

Dalam Bhagavad Gita kata bhakti mengandung makna yang sangat penting dimana Personalitas Tuhan Yang Maha Esa Krshna dengan tegas bersabda bahwa Aku hanya dapat dicapai melalui bhakti dan juga sebaliknya Beliau tunduk hanya kepada bhaktaNya.

Hal ini bisa kita cermati menjelang detik-detik pertempuran besar (bharatayudha) di Kurukstra dimana bhakta Beliau Arjuna berkata: Wahai Krshna bawalah keretaku sampai ditengah antara kedua pasukan. Dengan demikian aku dapat mengetahui siapa-siapa mereka yang siap ingin bertempur yang harus aku hadapi dalam peperangan. Agar aku dapat menyaksikan sendiri mereka yang berkumpul berbaris disini rela berkorban demi kepuasan hati putra Dristarastra yang berpikiran jahat (bhg. 1.21-23).

Karena ini adalah permintaan dari bhakta Beliau yang murni (Arjuna) maka Personalitas Tuhan Yang Maha Esa yang sekaligus sebagai kusir kereta Arjuna memenuhi permintaan itu.

Hal ini bisa terjadi hanya karena ada ikatan cinta-kasih rohani melalui bhakti yang kuat antara sang bhakta dengan Sang Personalitas Tuhan.

Arjuna yang baik hati, hanya melalui bhakti yang murni dan tidak dicampuri dengan kegiatan yang lain Aku dapat dimengerti menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya yang sedang berdiri dihadapanmu dan dengan demikian Aku dapat dilihat secara langsung. Hanya dengan cara inilah engkau dapat masuk kedalam rahasia pengertian-Ku (bhg. 11.54).

Intinya adalah hanya melalui bhakti yang tulus dan murni Beliau bisa dimengerti tidak dengan yang lain dan tidak dengan yang lain.

Tidak sedikit orang yang sudah menyusun terjemahan-terjemahan dari kitab suci veda Srimad Bhagavad Gita, atau sudah banyak sloka-sloka Bhagavad Gita dilombakan baik dibaca maupun dihafal, atau sudah banyak yang mengutip ayat-ayat suci Bhagavad Gita sebagai bahan dharma wacana, sebagai thema diskusi, menginspirasi karya-karya tulisnya bahkan tidak sedikit yang mengoleksi kitab veda Bhagavad Gita sebagai pelengkap susunan buku-buku dalam almarinya. Tetapi sudah pasti tidaklah banyak diantara yang disebutkan diatas itu adalah seorang bhakta Krshna. Jika dia bukan seorang bhakta Krshna maka pastilah dia tidak dalam kapasitas melaksanakan bhakti kepada Krshna, dan jika dia tidak melakukan bhakti rohani kepada Krshna maka sesungguhnya dia itu tidak mengerti tentang Krshna. Inilah kebenaran weda yang disabdakan oleh Krshna itu sendiri sesuai dengan sloka diawal.

Jika sebuah kebenaran diabaikan maka ketidak benaran itulah yang mendominasi pola pikir, pola ucap dan pola laku seseorang dan jika ini yang terjadi pada kehidupan manusia maka pasti terjadi disharmonisasi hubungan antar semua mahluk ciptaan. Kecendrungan manusia masa kini berambisi menjadi penguasa dunia material, menguasai mahluk lain maka dia pasti berpikir membunuh mahluk lain bahkan sapi yang disucikan dalam kitab vedapun untuk kepuasan indriya dibenarkan. Ini juga sebuah pakta dimana dunia saat ini dihantui oleh ketakutan yang luar biasa akan krisis pangan dan energy dimasa depan padahal teknologi sudah diciptakan sedemikian rupa oleh manusia untuk memudahkan aktifitasnya tetapi tetap saja tidak menciptakan kebahagiaan bagi dirinya malahan justru semakin mencemaskan kehidupannya, disatu sisi hidup dengan gelimangan kemewahan material dan disisi yang lain bergelut dengan kemiskinan menjerit kelaparan. Semua ini terjadi sebagai akibat tidak bertumbuhnya proses bhakti manusia kepada Tuhannya.

Pertanyaannya lalu apa hubungannya antara orang kaya dan orang miskin dengan aktifitas bhakti kepada Tuhan?. jawabannya tentu bhakti kepada Tuhan itu berlaku bagi semua orang, semua mahluk, semua leluhur bahkan para dewa sekalipun. Dengan bhakti membuat semua mahluk termasuk para dewa menjadi sadar dan hanya tergantung kepada Tuhan dan tidak kepada yang lain, inilah kekuatan luar biasa dari bhakti kepada Tuhan.

Dengan bhakti manusia menjadi sadar akan identitasnya yang sejati yaitu sebagai pelayan (dasa). Melalui bhakti manusia yang hidup dengan gelimangan kekayaan menjadi sadar ternyata masih banyak kaum miskin (saudaranya) yang perlu dibantu dan akan mengerti bahwa semua yang ia miliki sesungguhnya adalah milik Tuhan.

Dengan bhakti membuat kaum yang miskin menjadi termotifasi untuk bekerja lebih keras karena dia tahu Tuhan saja tidak pernah absen dari kegiatan kerja. Sebab kalau Aku tidak selalu bekerja tanpa henti-hentinya orang tidak akan mengikuti jalan-Ku itu dalam segala bidang apapun. Dunia ini akan hancur jika Aku tidak bekerja; Aku akan menjadi penyebab kekacauan itu dan kemusnahan manusia ini semua (bhg.3.23-24).

Jika proses bhakti dilakukan oleh semua mahluk hidup maka kesejahteraan lahir dan batin pasti tercipta dengan sendirinya, jika kesejahteraan lahir-batin menyelimuti kehidupan semua mahluk pasti dikuasai oleh keamanan, kedamaian, kebahagiaan dan seterusnya, itulah kesaktian dari bhakti.

Pertanyaan berikutnya tentu bagaimana cara melakukan bhakti kepada Tuhan di zaman kali?

Ini pertanyaan yang cerdas jika ada yang mempunyai pertanyaan seperti ini maka itu sudah termasuk bagian dari pelaksanaan bhakti itu sendiri.

Dalam Srimad Bhagavatam Skanda 7 Bab 5 Sloka 23-24 Prahlada Maharaj berkata:

Sembilan cara bhakti tersebut adalah

1. Memdengar nama-nama suci, bentuk-bentuk, sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan sukacita rohani Visnu (sravanam).

2. Mengucapkan semua itu (kirtanam)

3. Mengingat semua itu (smaranam)

4. Melayani kaki padma Beliau (pada-sevanam)

5. Memuja Beliau (pujanam atau arcanam)

6. Menyampaikan doa-doa kepada Beliau (vandanam)

7. Menjadi pelayan Beliau (dasyam)

8. Menganggap Beliau sebagai teman yang palin baik (sakhyam)

9. Menyerahkan segalanya kepada Beliau dengan kata lain melayani Beliau dengan badan, pikiran dan kata-kata (atma-nivedanam).

Semoga kedepan cara-cara beragama kita semakin baik dan semakin baik lagi sesuai dengan zaman dan kitab suci veda melalui tuntunan seorang guru kerohanian tentunya.

Om Namo Bhagavate Vasudevaya

Oleh: I Wayan Sudarma

No comments: