Salam Kasih
Dear brothers & sister in Love
Karma!
The ways of karma are unfathomable. Karma is like an ocean. This is not one lifetime. In many lifetimes, we have done so many actions and they all have repercussions.
Which karma has sprouted from which seed and what fruit this karma will give is very difficult to pin point.
That is why it is said ‘gahana karmanogati’ . Unfathomable are the ways of karma. That’s why don't worry about the karma, just be active and follow your conscience.
Act with conscience!
Inner peace
~ I Wayan Sudarma
Wednesday, May 25, 2011
EVENT
Salam Kasih
Dear Brothers & Sisters in Love
When mind is outward and is stuck in an outside event or incident, you have to retrieve it back.
That's what you have to do. Either something good happens or bad, it stays in mind for some time, produces an impression in your consciousness.
But nothing stays for long and it vanishes by time.
Sign of waking up is that you don't hold on to it for long. Sadhana, meditation is the greatest tool for that.
Inner Peace
~ I Wayan Sudarma
Dear Brothers & Sisters in Love
When mind is outward and is stuck in an outside event or incident, you have to retrieve it back.
That's what you have to do. Either something good happens or bad, it stays in mind for some time, produces an impression in your consciousness.
But nothing stays for long and it vanishes by time.
Sign of waking up is that you don't hold on to it for long. Sadhana, meditation is the greatest tool for that.
Inner Peace
~ I Wayan Sudarma
Riuhnya Beranda Hati
Salam Kasih
Oleh: I Wayan Sudarma
Berteman air mata, cemas, penuh harap....
Ku tahu dan ku rasa itu
Bukan kesengajaan hal itu terjadi
Ingin kau tahu juga itu
Bahwa hatiku riuh menahan rindu....
Menyusur jalan penuh ceria
Satu persatu agenda mengurai
Menemani mesra kita
Menuntun merajut cita-cinta
Angin semilir
Awan merah membahana
Senyum mentari ufuk baratpun tersenyum padu
Gelak tawa tak tertahankan
Saat kaki kita meniti satu-satu tangga Illahi
Makin tak dapat sembunyikan riuh beranda hati
Sambil mengadu-memohon di kaki padmaNya
Dalam doa khusuk kita
Tandakan kita sehati
Riuh beranda hati
Telah mengalahkan rasa lapar
Hingga terpuaskan disendokan terakhir capcay vegan
Berteman hujan malam hari itu
Hmmm...riuh hati kian berspora
Kasih
Marah, kesal, cemburu, sayang, kangen....
Semua luluh di beranda hatimu-hatiku
Hingga saat kutoreh untaian kata ini
Semogalah riuh hati ini...
Menyatukan kita
I miss U
Oleh: I Wayan Sudarma
Malam berganti pagi_berganti siang
Hari itu dirimu penuh sabar menunggukuBerteman air mata, cemas, penuh harap....
Ku tahu dan ku rasa itu
Bukan kesengajaan hal itu terjadi
Ingin kau tahu juga itu
Bahwa hatiku riuh menahan rindu....
Menyusur jalan penuh ceria
Satu persatu agenda mengurai
Menemani mesra kita
Menuntun merajut cita-cinta
Angin semilir
Awan merah membahana
Senyum mentari ufuk baratpun tersenyum padu
Gelak tawa tak tertahankan
Saat kaki kita meniti satu-satu tangga Illahi
Makin tak dapat sembunyikan riuh beranda hati
Sambil mengadu-memohon di kaki padmaNya
Dalam doa khusuk kita
Tandakan kita sehati
Riuh beranda hati
Telah mengalahkan rasa lapar
Hingga terpuaskan disendokan terakhir capcay vegan
Berteman hujan malam hari itu
Hmmm...riuh hati kian berspora
Kasih
Marah, kesal, cemburu, sayang, kangen....
Semua luluh di beranda hatimu-hatiku
Hingga saat kutoreh untaian kata ini
Semogalah riuh hati ini...
Menyatukan kita
I miss U
INNER STRENGHT
Salam Kasih
Dear Brothers & Sisters in Love
The contrast between the ups and downs in life is greater.
On a white cloth, even a small dust particle is clearly seen ~ Similarly, when the mind becomes more pure, even small jealousy or anger is an irritant. It is unbearable and you have to get rid of it quickly. This is but quite natural.
At the same time, you get the inner strength to endure situations.
'When we are joyous with ourselves, then nothing from outside can seem boring to us'
Inner Peace
~ I Wayan Sudarma
Dear Brothers & Sisters in Love
The contrast between the ups and downs in life is greater.
On a white cloth, even a small dust particle is clearly seen ~ Similarly, when the mind becomes more pure, even small jealousy or anger is an irritant. It is unbearable and you have to get rid of it quickly. This is but quite natural.
At the same time, you get the inner strength to endure situations.
'When we are joyous with ourselves, then nothing from outside can seem boring to us'
Inner Peace
~ I Wayan Sudarma
We Are Peace
Salam Kasih
Dear Brothers & Sisters In Love
An event or an instance should be seen as just that — an event, an instance or a happening.
But it sticks to the mind and you try to get rid of it.
The event assumes importance and the mind is caught up in it — ''Oh! He said that, they said this, they didn't say this, etc.''
Once the event goes away, then you feel a sense of great relief.
You suddenly discover peace inside you.
Your very nature is peace.
In the centre of you, you are peace.
dedicated by: I W Sudarma
Dear Brothers & Sisters In Love
An event or an instance should be seen as just that — an event, an instance or a happening.
But it sticks to the mind and you try to get rid of it.
The event assumes importance and the mind is caught up in it — ''Oh! He said that, they said this, they didn't say this, etc.''
Once the event goes away, then you feel a sense of great relief.
You suddenly discover peace inside you.
Your very nature is peace.
In the centre of you, you are peace.
dedicated by: I W Sudarma
Saturday, May 14, 2011
Dasyatnya Api Egoisme
Salam Kasih
oleh: I Wayan Sudarma
Beberapa tahun yang lalu ada seorang perempuan tua di sebuah desa menjual sebidang tanah kecil yang dimilikinya, dan dengan itu, ia memesan empat buah gelang emas, dua untuk masing-masing tangannya. Dengan harapan orang-orang akan lebih perhatian kepadanya. Dengan amat gembira dipakainya gelang barunya dan pergi ke jalan dengan amat bangga.
Tetapi ia kecewa karena tidak ada seorangpun di desanya yang menoleh dan melihat gelangnya, sama saja seperti jika ia tidak mengenakannya. Tidak ada yang melihat perubahan pada dirinya. Dengan pelbagai cara ia berusaha untuk menarik perhatian mereka pada gelangnya, tetapi tidak berhasil.
Suatu malam ia tidak bisa tidur sama sekali, karena merasa amat sakit hati karena diabaikan. Akhirnya ia mendapat sebuah ide yang cemerlang, yang dianggapnya pasti berhasil. Orang-orang desa itu harus ditarik perhatiannya agar melihat gelangnya.
Keesokan harinya, setelah matahari terbit, ia membakar rumahnya sendiri! Ketika api menyala dan terjadi kegemparan, orang-orang desa dengan serempak berlari ke arah yang sedang duduk meratap di depan rumahnya yang sedang terbakar. Ia menggerakkan tangannya sehingga menimbulkan iba di hadapan orang desa yang ketakutan. Gerakan tangannya yang bersemangat menyebabkan gelang itu gemerincing dan berkilauan dalam sinar nyala api yang membumbung kemerahan. Ia berteriak: “Aduh rumahku terbakar. O, betapa malangnya nasibku. Tuhan tidakkah Kau lihat keadaanku yang uruk ini?” Setiap kali ia meneriakkan sepatah kalimat, diperlihatkannya tangannya dengan penuh semangat pada tiap orang, sehingga mereka pasti melihat gelangnya.
SUNGGUH KASIHAN! Ia begitu ingin memamerkan gelangnya sehingga tidak peduli akan rumahnya sendiri. Rumah terbakar, tetapi ia senang karena gelangnya dilihat orang.
Sahabat......Cendekiawan yang mengaggumi kepandaiannya sendiri sama bodohnya dengan perempuan tua ini. Disinilah betapa pentingnya mengendalikan Ahamkara (egoisme) dengan bijak, agar tidak termakan bujuk rayu egoisme....yang bisa meluluhlantakkan kehidupan kita...
Salam Rahayu
oleh: I Wayan Sudarma
Beberapa tahun yang lalu ada seorang perempuan tua di sebuah desa menjual sebidang tanah kecil yang dimilikinya, dan dengan itu, ia memesan empat buah gelang emas, dua untuk masing-masing tangannya. Dengan harapan orang-orang akan lebih perhatian kepadanya. Dengan amat gembira dipakainya gelang barunya dan pergi ke jalan dengan amat bangga.
Tetapi ia kecewa karena tidak ada seorangpun di desanya yang menoleh dan melihat gelangnya, sama saja seperti jika ia tidak mengenakannya. Tidak ada yang melihat perubahan pada dirinya. Dengan pelbagai cara ia berusaha untuk menarik perhatian mereka pada gelangnya, tetapi tidak berhasil.
Suatu malam ia tidak bisa tidur sama sekali, karena merasa amat sakit hati karena diabaikan. Akhirnya ia mendapat sebuah ide yang cemerlang, yang dianggapnya pasti berhasil. Orang-orang desa itu harus ditarik perhatiannya agar melihat gelangnya.
Keesokan harinya, setelah matahari terbit, ia membakar rumahnya sendiri! Ketika api menyala dan terjadi kegemparan, orang-orang desa dengan serempak berlari ke arah yang sedang duduk meratap di depan rumahnya yang sedang terbakar. Ia menggerakkan tangannya sehingga menimbulkan iba di hadapan orang desa yang ketakutan. Gerakan tangannya yang bersemangat menyebabkan gelang itu gemerincing dan berkilauan dalam sinar nyala api yang membumbung kemerahan. Ia berteriak: “Aduh rumahku terbakar. O, betapa malangnya nasibku. Tuhan tidakkah Kau lihat keadaanku yang uruk ini?” Setiap kali ia meneriakkan sepatah kalimat, diperlihatkannya tangannya dengan penuh semangat pada tiap orang, sehingga mereka pasti melihat gelangnya.
SUNGGUH KASIHAN! Ia begitu ingin memamerkan gelangnya sehingga tidak peduli akan rumahnya sendiri. Rumah terbakar, tetapi ia senang karena gelangnya dilihat orang.
Sahabat......Cendekiawan yang mengaggumi kepandaiannya sendiri sama bodohnya dengan perempuan tua ini. Disinilah betapa pentingnya mengendalikan Ahamkara (egoisme) dengan bijak, agar tidak termakan bujuk rayu egoisme....yang bisa meluluhlantakkan kehidupan kita...
Salam Rahayu
Subscribe to:
Posts (Atom)