Wednesday, October 1, 2014

DOA SUNGKEMAN/PADASEWANAM

Om Swastyastu
1. Anak mencuci kedua kaki orang tua dengan air kembang yang telah disiapkan, kemudia di lap kering.

2. Anak Mencakupkan Tangan di depan dada (sikap panganjali) dan mengucapkan mantra Guru Puja:
Om Guru Brahma Guru Wisnu, 
Guru Dewa Maheswara, 
Guru Shaksat Param Brahma, 
Tasmei Shri Guruwe Namaha.

3. Anak melakukan Sungkeman/Padasewanam, dengan mencium ke dua kaki orang tua penuh kasih....sambil mengucapkan Mantra: 
Om Namame Smaranam, 
Om Padame Sharanam.

Diikuti dengan lantunan Mantram: 
Om Twam Ewa Mata Ca Pita Twam Ewa
Twam Ewa Bandhus Ca Sakha Twam Ewa
Twam Ewa Widyam Drawinam Twam Ewa
Twam Ewa Sarwam Mama Dewa Dewa (niki tiang yang melantunkannya, boleh diikuti oleh umat)

4. Lalu ke dua orang tua memegang ke dua pundak si anak, seraya mengucapkan mantram:
Om Sarwesam Swasti Bhawantu
Om Sarwesam Santih Bhawantu
Om Sarwesam Sukham Bhawantu
Om Sarwesam Suputram Bhawantu
Om Sarwesam Sadhunam Bhawantu
Om Sarwesam Gunawan Bhawantu
Om Sarwesam Purnam Bhawantu

Lalu diberi pesan-pesan harapan dan doa (bahasa indonesia)

Seusai sungkeman/padasewanam, dilanjutkan dengan Ngekeb (dharma wacana/dharma tula)

Demikian Rangkaian Acara Sungkeman/Padasewanam dpt tiang sampaikan

Om Santih Santih Santih Om
~ I  W Sudarma (Jro Mangku Danu)

*  Agar Mantram-mantram tersebut di print out agar bisa dipelajari baik oleh anak-anak peserta upacara dan orang tua.

Puasa Ekadashi

Om Swastyastu

A. Pendahuluan
Makanan dan puasa adalah dua prinsip yang bertolak belakang. Prinsip yang satu memasukan makanan ke dalam perut sedangkan yang lainnya sebaliknya yakni menolak makanan ke dalam perut. Dalam pandangan umum. Sering dikatakan orang bahwa makan adalah kegiatan untuk memberi komsumsi energi jasmani. Sedangkan berpuasa merupakan proses memberi energi pada aspek rohani. Pandangan seperti itu sepenuhnya tidak benar. Makanan tidak hanya untuk memelihara jasmani seperti menghangatkan, menguatkan dan menganti sel-sel tubuh yang rusak melainkan juga suatu proses untuk memberi gizi secara rohani. Sebaliknya berpuasa di adakan tidak hanya proses meninggikan kerohanian tetapi juga usaha untuk menjaga kesehatan tubuh.

Puasa secara ilmiah di adakan untuk membersihkan tubuh membuang racun-racun dari dalam tubuh dengan pengertian bahwa ada racun-racun dalam tubuh, adalah factor utama penyebab berjenis-jenis penyakit. Karena kalau terus-menerus kita mengisi makanan ke dalam tubuh, sementara tubuh itu berusaha menyembuhkan dirinya sendiri. Maka kita memaksa tubuh itu menggunakan vital vorce (tenaga cadangan) yang telah tersedia di dalam tubuh itu. Oleh karena itu kalau ada gejala penyakit salah satu cara terbaik untuk menormalisasi tubuh adalah dengan berpuasa, membiarkan pencernaan beristirahat yang akan mendukung proses penyembuhan.

Dengan alasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip makan harus di imbangi dengan prinsip berpuasa. Pada orang-orang suci seperti pertapa, Goswani, Brahmana, dan para Rsi berpuasa dengan menikmati “sari-sari rasa” dilaksanakan lebih dominan, tentu dengan menguasai rahasianya. Sebaliknya pada umat kebanyakan prinsip puasa di laksanakan pada hari-hari tertentu saja misalnya pada Hari Nyepi dengan mmelaksanakan brata upawasa. Demikian juga berpuasa pada hari Siwararti. Jadi, selama ini berpuasa pada umat kebanyakan dilaksanakan sekali atau dua kali dalam setahun, dikaitkan dengan perayaan kedua hari tersebut.

Apabila intensitas berpuasa ditingkatkan, tentu akan memberi manfaat yang lebih besar pula, baik secara jasmani dan rohani. 

B. Waktu Pelaksanaan Ekadasi

Puasa Ekadasi di laksanakan setiap hari kesebelas menurut perhitungan bulan. Biasa disebut Pangglong 11 (sebelas hari setelah purnama )atau Pananggal 11(sebelas hari setelah tilem) atau dengan cara : jatuhnya purnama atau tilem dikurangi empat. Untuk lebih validnya mengetahui jatuhnya puasa Ekadasi adalah dengan melihat nomor sebelas di kalender Bali sebelum purnama atau tilem. Jadi dalam sebulan ada dua kali puasa ekadashi.

C. Mitologi Ekadashi
Puasa Ekadashi ini merupakan riwayat purba berdasarkan petunjuk dalam Padma Purana. Dalam Kitab Padma Purana ini di kisahkan dengan di awali oleh pertanyaan Rsi Jaimini kepada Srila Vyasadewa :
“Duhai Sri Gurudeva…..anda telah menjelaskan tentang sejarah kebesaran sungai Gangga, manfaat dari bersembahyang kepada Wisnu, memberikan beras sebagai dana punia serta meberikan air dan manfaat meminum air bekas kaki dari brahmana agung. Sekarang tolong jelaskan mengenai munculnya Ekadashi dan manfaatnya dari berpuasa pada hari Ekadashi ini.”
Srila Vyasadewa menjelaskan, “wahai Jaimini….., manfaat dari mengikuti brata Ekadashi ini bisa dijelaskan dengan sempurna hanya oleh Narayana sendiri. Aku akan menjelaskan secara singkat saja. Setelah Tuhan Hyang Maha Esa menciptakan mahluk-mahluk hidup untuk mengisi alam ciptaan-Nya, Beliau menciptakan juga Papa Purusa. Mahkluk ini bertugas menghukum manusia. Seluruh badannya terdiri dari perwujudan dosa, antara lain :
1. Kepalanya terbuat dari dosa membunuh brahmana
2. Matanya terbuat dari dosa meminum minum-minuman keras
3. Mulutnya terbuat dari dosa mencuri emas
4. Kupingnya terdiri dari dosa berhubungan kelamin tak syah dengan istri atau guru rohani
5. Lengannya terbuat dari dosa membunuh sapi
6. Hidungnya terbuat dari dosa membunuh istri
7. Lehernya terbuat dari dosa mencuri harta benda
8. Dadanya terbuat dari menggugurkan kandungan
9. Bagian dada terbuat dari dosa berzina dengan istri orang lain
10. Perut terbuat dari dosa membunuh sanak keluarga
11. Pusar terbuat dari dosa membunuh orang yang bergantung padanya
12. Pinggang terbuat dari dosa memuji diri sendiri
13. Paha terbuat dari dosa berbuat kesalahan pada Guru Kerohanian
14. Kemaluan terbuat dari dosa menjual anak
15. Pantat terbuat dari dosa membocorkan rahasia
16. Kaki terbuat dari dosa membunuh ayah
17. Rambutnya terbuat dari dosa-dosa yang tak begitu besar.

Badan mahluk ini berwarna hitam dan matanya kuning emas. Ia menyiksa dengan ganas manusia-manusia yang berdosa. Akibatnya dari siksaan Papa Purusa ini mahluk-mahluk mengalami penderitaan hebat. Sri Visnu amat kasihan. Untuk membebaskan mahluk-mahluk 
ini beliau mewujudkan diri beliau sendiri sebagai Hari Ekadasi menurut perhitungan bulan/tithi (svayam ekadashi titih). Akibatnya setelah banyak mahkluk-mahkluk melakukan brata Ekadashi ini mereka mencapai pembebasan, bebas dari kelahiran dan kematian.

Sang Papa Purusa mendekati Sri Wisnu, sa,bil menangis memohon “Duhai Sri Kesawa, wujud Anda Sri Ekadashi ini membuat hamba bagaikan hangus terbakar. Hamba telah berusaha menyelamatkan diri dengan bersembunyi di badan semua mahluk , di surga, di bumi ini pun di neraka. Tetapi tidak satupun tempat mampu memberikan perlindungan kepada hamba. Oleh karena itu mohon wahai Tuhan selamatkan hamba. Berikanlah tempat dimana hamba bisa berlindung tanpa kesengsaraan dan rasa takut.

Untuk memberi karunia kepada Papa Purusa ini Sri Wisnu memberikan petunjuk bahwa khusus pada Hari Ekadashi tempat papa Purusa yang aman adalah nasi, kacang-kacangan dan tepung-tepungan. Sri Wisnu menyabdakan bahwa segala jenis kegiatan dosa terdapat dalam makanan-makanan tersebut pada Hari Ekadashi. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak makan makan-makanan tersebut pada hari Ekadashi. Kalau tidak berpuasa bisa makan-makanan yang tidak terbuat dari nasi, tepung dan kacang-kacangan. Sangat baik aapabila Ekadashi ini hanya minum sari-sari buah dan sayur-sayuran. Sari-sari buah dan sayuran terbukti melalui penelitian ilmiah sangat ampuh khasiatnya untuk kesehatan tubuh bahkan para ahli gizi telah mengembangkannya sebagai terapi gizi untuk mengatasi berbagai jenis penyakit. Ibarat membersihkan saluran got (grenase) dengan semprotan air ledeng untuk menghilangkan sam[ah dan kotoran yang melekat pada dinding got, seperti itu pula kegunaan sari-sari buah dan sayuran, membersihkan sisa-sisa pencernaan makanan di dalam tubuh yang tidak berhasil dikeluarkan bersama limbah pencernaan lainnya melalui alat pembuangan tubuh. Jenis pengobatan alami ini biasanya dikenal dengan istilah “juice therapy”. Dengan pengobatan ini pencernaan akan sedikit enteng, tidak diperlukan tenaga cadangan untuk mencernanya. Berbeda dengan jenis kacang-kacangan dan biji-bijian pada umuumnya, pencernaan kita sedikit berat mencernanya karena itu tenaga cadangan (vital vorce) dalam tubuh diserap untuk pencernaan tersebut. Jadi dengan menghindari makan makanan jenis kacang-kacangan, nasi dan tepung pada hari Ekadashi dimaksudkan juga untuk memberi waktu istirahat pada alat-alat pencernaan tubuh. Ini artinya puasa pada hari Ekadashi selain untuk maksud kegiatan memajukan aspek kerohanian juga untuk meningkatkan kesehatan jasmani.

Demikianlah keutamaan dari hari Ekadashi yang merupakan Tuhan sendiri serta merupakan kegiatan dan sumpah yang luhur.

Om Santih Santih Santih Om

Daftar Pustaka
Pengaruh makanan terhadap pikiran, ketut Widnya, yayasan Dharma Sarathi Jakarta, 1990

Rahasia Umur Panjang

Menjelang kepulangan Nang Lecir dari RS, ia dibesuk juga oleh Ibunya yang sudah sepuh. Saat sedang besuk Seorang dokter yang sedang tugas keliling bangsal tertarik dengan eorang  tua itu, namun masih kuat dan segar. Dengan rasa penasaran,  dokter bertanya kepada si ibu;

Dokter: "Nek, saya mau tanya....     Nenek sekarang umur berapa...?

Nenek: "Sekitar 90  thn pak dokter....!!!

Dengan rasa kagum bercampur heran, dokter kembali bertanya:
Dokter: "Nek.....koq bisa umur sampai 90 thn?"

Nenek: "Gini pak dokter,.. kalau mau umur panjang,,,harus punya penyakit dok... "

Dokter sekarang menjadi bingung dan terus bertanya lagi:
Dokter: "Wow.... penyakit apa itu Nek?"

Nenek: "Penyakit '' TULI '' pak dokter...
Jadi kalo dipanggil Tuhan, pura2 Gak  dengar aja.... :D


Ha ha ha ha...
"Mat soree...semeton Dumay...:)