Oleh: I Wayan Sudarma
Salam Kasih
Pada suatu ketika saat saya bercengkrama dengan Ki Nanang Nunung di
Argo Dalem-Lawu dan menanyakan tentang sebab dan musabab tejadinya
berbagai kesedihan yang mendera anak-anak Nusantara. Padalah tanahnya
sedemikian subur, dan kekayaan alamnya berlimpah ruah.
Ki..."mohon dapat dijelaskan, apa yang menjadi sumber utama kesedihan dan kekacauan belakangan ini, yang telah menggerus nilai-nilai kemanusiaannya manusia?"
Kemudian Aki menjawab dengan ilustrasi berikut ini....
"Ngger....semoga dengan kisah sederhana berikut ini, dirimu mengetahui,
dan memahami dan untuk selanjutnya untuk tidak mencontohnya....ya..!"
Di sebuah desa hiduplah dua orang teman. Pada suatu hari mereka berdua
pergi bersama-sama untuk suatu pekerjaan yang harus dilakukan di desa
tetangga. Dalam perjalanan itu mereka harus melewati hutan. Mereka
melihat seseorang menunggang kuda di depan mereka menuju ke arah desa.
Sebuah bungkusan kecil terjatuh ke tanah dari sebuah kantung di punggung
kuda. Penunggang kuda itu berjalan terus, tidak menyadari bahwa
barangnya ada yang hilang. Kedua teman itu berlari dan memungut
bungkusan kecil tersebut. Mereka membukanya dan keheranan melihat
sebutir permata langka yang berkilau-kilauan.
Mereka senang
sekali dengan peristiwa kebetulan ini. Salah seorang dari mereka
berkata, “Kawan, simpanlah permata itu. Saya akan pergi ke desa untuk
mencari makanan bagi kita berdua, kemudian kita akan membicarakan
permata tersebut.” Pikiran kedua anak muda itu menjadi jahat ketika
melihat permata tersebut. Keduanya ingin memiliki permata itu bagi
dirinya sendiri.
Pemuda yang pergi mencari makanan cepat-cepat
menyelesaikan makannya lalu membeli sebungkus makanan yang dikemas
dengan rapi. Setelah itu ia pergi ke toko dan membeli sebungkus kecil
racun. Dalam perjalanan kembali ke tempat ia harus menemui temannya,
dicampurkannya racun itu ke dalam makanan dan dibungkusnya lagi dengan
rapi, kemudian ia bergegas pergi ke tempat itu. Segera setelah menerima
bungkusan makanan dari temannya, pemuda yang satu lagi berkata, “Lebih
baik bawalah permatanya, aku akan pergi mencuci tangan di kolam di
dekat sini.” Pemuda (yang membawakan makanan tadi) dengan semangat
mengambil bungkusan tersebut dan membukanya. Ia menundukkan kepalanya
memandangi permata itu dengan serakah dan gembira. Tiba-tiba sebatang
tongkat yang berat dan keras jatuh dan menimpa kepalanya dengan kekuatan
demikian rupa sehingga ia menemui ajalnya seketika itu juga. Tentu
temannyalah yang memukul kepalanya. Temannya mengambil permata tersebut,
menyimpannya di saku, membuka bungkusan makanan, dan menyantap makanan
itu dengan sangat berselera. Tidak lama setelah menelan dua-tiga suap,
iapun jatuh mati dengan tangannya di dalam saku.
"Nah....Ngger....dari cerita itu, Angger past tahu apa yang menyebabkan
kedua pemuda ini menemui ajalnya secara menyedihkan? Nafsu memiliki
kekayaan itu. Itu adalah keserakahan. Ingatlah, serakah adalah benih
kesedihan.”
Saudara/i ku terkasih....bisa jadi kita tanpa sadar
kita pernah bersikap seperti itu, menginginkan apa- apa yang bukan hak
kita. Bahkan belakangan ini banyak orang tidak malu lagi melakukan
kejahatan demi kepentingan ego pribadinya, dan kemudian mengorbankan
hak-hak orang lain....namun demikian.....Bagaimanapun juga keserakahan
tidak akan pernah mendatangkan kerahyuan. Kita tak pantas untuk memiliki
apalagi memeluknya dengan erat sifat dan sikap serakah seperti itu.
Rahayu
Pepeling Leluhur, Bali-27072009