Monday, June 13, 2011

MENJUAL KEPERAWANAN

Salam Kasih


Jangan Ngeres Dulu ya !!!!
Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima. Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok. Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya.

Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa. Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya: '' Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang? " '' Tidak! '' Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain. '' Lantas untuk apa anda duduk di sini?" '' Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam.. '' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.'' '' Maksud, bapak? " '' Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini '' '' Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual '' Kata wanita itu dengan suara lambat. ''

Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? '' Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur. ''Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti.''

''Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam ke arah petugas satpam itu. Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan. '' Mari ikut saya, '' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya. Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperatif karena ada secuil senyum di wajah petugas satpam itu.

Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu. Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung. '' Apakah anda serius? '' '' Saya serius '' Jawab wanita itu tegas. '' Berapa tarif yang anda minta? '' '' Setinggi-tingginya." ''Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu. '' Saya masih PERAWAN'' ''Perawan? ''

Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini.. Pikirnya '' Bagaimana saya tahu anda masih perawan?'' '' Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan ...'' ''Kalau tidak terbukti? " ''Tidak usah bayar ...'' ' Baiklah ...'' Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan. ''Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda. '' ''Cobalah.''
''Berapa tarif yang diminta? '' '' Setinggi-tingginya. '' ''Berapa? '' '' Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? '' '' Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya. '' Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu. Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah. ''Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana? '' '' Tidak adakah yang lebih tinggi? '' '' Ini termasuk yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba meyakinkan. ''Saya ingin yang lebih tinggi...''

''Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu berlalu. Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri. ''Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? '' ''Tidak adakah yang lebih tinggi? '' ''Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh ... '' ''Saya ingin tawaran tertinggi ... ''Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.

Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat. '' Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli.'' Kata petugas satpam itu dengan agak kesal. Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift. Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua. ''Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas satpam itu dengan sopan. Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu ... '' Berapa? '' Tanya pria itu kepada Wanita itu. '' Setinggi-tingginya '' Jawab wanita itu dengan tegas. '' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata pria itu kepada sang petugas satpam. '' Rp.. 6 juta, tuan''
''Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. '' Wanita itu terdiam. Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari wanita itu. '' Bagaimana? '' tanya pria itu. ''Saya ingin lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu. Petugas satpam itu tersenyum kecut. '' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras. '' Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? '' '' Tentu! '' '' Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... '' ''Saya minta yang lebih tinggi lagi ...''

Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang. Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya. '' Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. '' Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya. '' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakah itu tidak cukup? " Terdengar suara pria itu berbicara. Wajah pria itu nampak masam seketika '' Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! '' Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita. Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah pria itu.

Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: '' Pak, apakah anda butuh wanita ... ??? '' Pria itu menatap sekilas ke arah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya. '' Ada wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk ke arah wanita tadi. Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini. "Dia masih perawan..'' Pria itu mendekati petugas satpam itu. Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. '' Benarkah itu? '' '' Benar, pak. '' '' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... '' '' Dengan senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi tingginya.'' ''Saya tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas.

Pria itu menyalami hangat wanita itu. '' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ....'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal. '' Mari kita bicara di kamar saja.'' Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada petugas satpam itu. Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.

Di dalam kamar ... '' Beritahu berapa harga yang kamu minta? '' '' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit '' '' Maksud kamu? '' '' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih .... '' ''Hanya itu ...'' ''Ya ...! '' Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis.

Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanita ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan di atas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat. ''

Siapa nama kamu? '' '' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... '' Kata wanita itu '' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. '' ''Kalau begitu, tidak ada kesepakatan!'' '' Ada ! " Kata pria itu seketika. '' Sebutkan! '' '' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu.

Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit. Dan sekarang pulanglah ... ''Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya. ''Saya tidak mengerti ...'' '' Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ...'' ''Dan, apakah bapak ikhlas...? '' ''Apakah uang itu kurang? ''
''Lebih dari cukup, pak ... ''

''Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? '' '' Silahkan ...'' '' Mengapa kamu begitu beraninya ... '' '' Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ... Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` ... Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan ... '' ''Keyakinan apa?''

''Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan menjaga kehormatan kita ... ''Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar. Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata: ''Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini ... '' ''Kesadaran... '' .

Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya. '' Kamu sudah pulang, nak '' ''Ya, bu ... '' ''Kemana saja kamu, nak ... ???'' ''Menjual sesuatu, bu ... '' ''Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya tersenyum ... Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan .... ''Kini saatnya ibu untuk berobat ... ''Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: ''Tuhan telah membeli yang saya jual... ''. Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata kepada supir taksi: ''Antar kami kerumah sakit ...''

NB: Mari kita renungkan bersama, apakah dijaman Kali ini masih ada anak yang demikian tulus berbakti pada orangtuanya? ???

Salam Rahayu

THE LAMP OF TRUTH

Salam Kasih

Dear All
The angles do not know me origin-because I am the origin of the angles themselves.
Even the wisest sages do not know my origin-because all their wisdom comes from me.
Those who recognize me as the ruler of all that is, and who understand that I have no birth or beginning, know the truth-and are thus free from all evil.

I am the source of intelligence, wisdom, understanding, forgiveness, truth, self-control, and serenity.I am the source of pleasure and pain, birth and death, fear and courage, honour and disgrace.
I am the source f gentleness, generosity, patience, contentment, and endurance.
Every virtue found in my living being comes from me.


The original sages were taught by me.
The first human being were born from my mind, and given life by my power; and from these first humans all men and women in the entire world are descended.
Those who acknowledge my glory and power are at one with me.

From me every species of living being has evolved.
The wise reflect on this, and worship me with devotion.Their thoughts flow towards me, and their vitality flows from me.
They teach one another, talking constantly about me.t
They are joyful and happy.

I give spiritual wisdom to all who love me.
I dispel the darkness of ignorance, and light within them the lamp of truth.

Inner Peace
Inspirate from The Bhagavadgita X.2-11

Kemahardikaan Adalah Hak Semua....Namun......???

Salam Kasih


Kemahardikaan sebenarnya terbuka untuk kita semuanya; dan mereka-mereka
yang merasakanNya menjadi takjub sendiri dan tak akan mampu menguraikannya dengan padanan bahasa manapun.

Namun demikian tidak semua kita ini dapat merasakan ketakjuban ini, karena sudah tersandung dalam perjalanan sebelum mencapaiNya. penyebabnya: Ada yang ragu-ragu, ada yang terhadang oleh kesulitan-kesulitan dan hanya sedikit yang sampai ke Tujuan yang menakjubkan ini.


Timbul pertanyaan kalau Dia memang mengasihi kita lalu mengapa banyak yang harus tersandung sebelum mencapaiNya?

Sahabat.........
Walaupun Yang Maha Kuasa memberikan kita kebebasan untuk memilih. Akan tetapi sering sekali kita-kita ini lebih condong untuk terikat dengan segala unsur-unsur duniawi ini yang seakan-akan sudah jadi milik kita atau sudah menjadi urusan pribadi kita yang tak dapat diganggu-gugat.

Padahal seharusnya kita melepaskan semua unsur ego baik yang positif maupun yang negatif, dan menyerahkannya semua kepadaNya untuk kemudian dibimbing olehNya sesuai dengan kehendakNya.

Kita dapat belajar dari seorang anak kecil yang bersandar pada orang-tuanya, polos, bersih dan jujur dalam segala aspeknya. Dan seperti juga orang-tua kita yang akan selalu membimbing kita dalam suka dan duka, maka Yang Maha Kuasa pun akan selalu menunjukkan jalan kita dalam setiap tindak-tanduk kita.

Ia sebenarnya setiap hari mengetuk pintu hati kita dan tersenyum penuh cinta-kasih........

Yang menjadi masalah adalah kita menganggapNya Ia berada di tempat yang amat jauh.

Sahabat....... Ia tersirat dalam keheningan..., Bahkan Ia sebenamya dapat ditemui setiap saat dalam diri pribadi kita masing-masing yang juga adalah DiriNya sendiri. la hadir selalu dalam diri kita, tak usah jauh-jauh mencarinya di hutan atau di laut, di bulan atau di matahari, carilah Dia dalam ketenangan diri kita sendiri.

Saya kutipkan pemikiran Sri Aurobindo dalam bukunya 'The Integral Yoga' yang sejalan dengan hal ini: "Surrender is giving oneself of the Divine-to give everything one is or has to Divine and regard nothing as one's own, to obey only the Divine will and no other, to live for the Divine and not for the ego"

Salam Rahayu dari Pinggir Jalan
Jakarta, 10062011

Doa Harianku

Salam Kasih


Tuhan.....Jika saya tidak mencakupkan tangan untuk memujaMu, maka lebih baik saya tidak mempunyai tangan.

Jika saya melihat benda dimana saya tidak melihat kehadiranMu baik secara langsung maupun tidak langsung maka lebih baik saya tidak mempunyai mata.

Jika saya mendengar sebuah ujaran yang secara langsung maupun tidak langsung menyebut namaMu, maka lebih baik saya tidak mempunyai daun telinga.


Jika mulut saya mengucapkan sepatah kata yang tidak mangandung pujian untukMu maka lebih baik saya tidak punya lidah.

Di dalam setiap kerdipan pikiranku terlihat cahayaMu,jika dalam pikiranku ada cahaya yang tidak merupakan kerdipanMu maka hapuslah pikiranku, oh Tuhan Yang Maha Esa,
Namun Tuhan....datang dan bersemayamlah di dalam diriku.

Dari penggalan artikel "Mencari Tuhan Yang Maha Esa"
Rahayu

Maafkan & Lupakan Dendam

Salam Kasih

Memberi maaf bukanlah suatu pekerjaan yg mudah. dari berbagai cerita selama ini, banyak peristiwa yang mencerminkan hal ini. Permintaan maaf seringkali tdak serta merta diiringi dengan perasaan rela memaafkan.

Contohnya saja, meskipun orang lain sudah minta maaf, kita masih mengingat-ingat kejadian saat kita disakiti oleh orang lain, terlebih lagi jika kita merasakan ada kerugian yang timbul akibat kesalahan orang tersebut. Seolah-olah ada rasa tidak puas bila orang yang melakukan kesalahan tersebut belum merasakan kerugian yang sama.....


Saat kita membalas sesuatu dendam, yang terjadi kita akan membuat bekas luka dihati sesorang yang kita balas, luka fisik dapat sembuh, luka hati susah untuk sembuh. Tapi hal ini tidak akan terjadi jika kita bisa memaafkan, kalau kita bisa memaafkan kesalahan seseorang maka tidak akan ada dendam yang tertacap, dan tidak akan menimbulkan sakit di dalam hati seseorang. Dan kita tidak kembali menyakiti orang lain.

Mari kita bersama belajar menjadi seorang yang bijaksana dan terhormat dengan bisa memaafkan kesalahan orang lain. Karena jujur cape ketika kita menyimpan dendam, saat kita dendam kepada orang lain, percaya atau tidak kita akan menjadi orang yang paling memperhatikan orang tersebut, kita memperhatikan untuk melihat titik lemah orang tersebut. Dan kita merasa geram saat orang tersebut memperoleh kenikmatan atau kebahagian. Mungkin orang tersebut tahu kita perhatikan. Cape deh.
Rahayu

dari MATERIAL menuju ILAHI

Salam Kasih
oleh: I W Sudarma



Material
Karena Material
Karena Ada, kita menjadi Ada
Karena Ada, maka kita akan Tiada
Karena Tertidur, maka kita akan Bermimpi
Karena kita Terpikat, maka kita akan Terikat
Karena kia Lekat, maka kita akan Terbelenggu
Karena kita Bertemu, maka kita akan Berpisah
Karena kita merasa Memiliki, maka kita akan merasa Kehilangan
Karena Mengharapkan, maka kita akan memperoleh Kekecewaan
Karena Badan kita Terlahir, maka akan mengalami Kematian
Karena kita Bangun, maka kita akan Waspada
Karena kita Tersucikan, maka kita akan Cerah
Karena kita Tenang, maka kita akan Terjaga
Karena kita Terjaga, maka kita akan Sadar
Karena kita Sadar, maka kita akan Bahagia
Karena kita Bahagia, maka kita akan Murni
Karena kita Murni, maka kita akan Damai
Karena kita Damai, maka kita akan Bebas
Kita Sadar, Kita Bahagia
Kita Bahagia, Kita Murni
Kita Murni, Kita Ilahi

Salam Rahayu Sahabat semua
Tajur-Bogor, 8-6-2011

Alam Pikiran

Salam Kasih

"Pikiran yang lebih didominasi oleh INSTING & SENTIMEN ~ Maka reaksi mentalnya akan cenderung negatif & subjektif......

Sedangkan pikiran yang lebih didominasi oleh RASIONALITAS & SPIRITUALITAS ~ Maka reaksi mentalnya akan cenderung bersifat positif dan objektif".

Rahayu

Hug Me Tight

Salam Kasih
Tatkala pikiranku sedang kalut, seperti sepanci sayur yang tumpah ruah ke lantai ~berantakan seisi pikiran & jiwaku tak menentu.
Dan aku tak berdaya mengumpulkannya sendiri «~» Lewat hadirmu Tuhan sertakan karunia untukku hingga aku tetap masih dapat menyusuri sepanjang jalan kehidupan ini.....

Rahayu
~ I Wayan Sudarma

SUARA HATI

Salam Kasih

Suara-suara yang berasal dari Hati yang suci dan murni, yang tidak ditambah dan dikurangi oleh Antah Catustaya, adalah suara-suara kebenaran, kejujuran, dan hati nurani. Suara –suara tersebut merupakan simponi music Atma, yang mendendangkan irama keberadaan, kesadaran, kasih, dan kebahagiaan. Suara-suara tersebut merupakan gembala, yang dapat menuntun umat manusia menempuh jalan kebenaran (dharma). Suara-suara tersebut merupakan suara Ilahi, yang dapat memberi makanan terhadap rohani dan menyejukkan jiwa-jiwa yang sengsara. Suara-suara tersebut dapat memurnikan polusi udara, yang diakibatkan oleh suara-suara palsu dan kebohongan. Suara-suara tersebut merupakan obat, yang dapat menyembuhkan penyakit Bhava Rogha (phisik, psikis, mental, emosi) umat manusia. Suara-suara tersebut merupakan ungkapan kedamaian, ketenteraman, ketenangan, kenyamanan, dan kebahagiaan bagi jiwa-jiwa terjaga.


Suara-suara di dalam Hati individu, frekwensinya sangat rendah.
Suara-suara di dalam Hati individu, iramanya sangat dinamis dan konsisten.
Suara-suara di dalam Hati individu, nadanya menggetarkan ke-Ilahian.
Suara-suara di dalam Hati individu, dapat membangkitkan kesadaran.
Suara-suara di dalam Hati individu, dapat membangunkan ke-Dewataan.
Suara-suara di dalam Hati individu, setelah keluar melalui mulut menjadi Gaduh.
Suara-suara di dalam Hati individu menjadi Umpatan.
Suara-suara di dalam Hati individu, menjadi Cacian.
Suara-suara di dalam Hati individu, menjadi Makian.
Suara-suara di dalam Hati individu, menjadi Doa.
Suara-suara di dalam Hati individu, menjadi Hiburan.
Suara-suara di dalam Hati individu, menjadi Pujian.
Suara-suara di dalam Hati individu, menjadi Sanjungan.
Suara-suara di dalam Hati individu, menjadi Tirtha (Air Suci) Penyegar.
Suara-suara di dalam Hati individu, menjadi suara Kosmik.

Salam Rahayu
Jakarta 07-6-2011

TerLelap....

Salam Kasih


Hari ini kembali Engkau lelapkan diriku dalam kuasaMu-di Pinggir Jalan ini telah ku maknai sedemikian kasihnya diriMu....tak ada satupun pintaku lagi, karena sudah sedemikian tak terhingga berkatMu melalui badan ini...Belalilah aku selalu itu sudah lebih dari cukup bagiku....._/I\_ Tuhanku

Rahayu
~ I Wayan Sudarma
13 Juni 2011

INTENTION

Salam Kasih
Dear all

You take a vision or goal, and offer it to the Divine while working for that.

“This is what I want and you know what is best for me. If this or anything better, I am ready to accept.”


Sometimes you don’t know what you want.

If you know what you want, it is not difficult to get it.

Often you find if you are persistent to get something, you don’t want the same thing the next week, the next month or the next year.

So, before you make an intention, expand your awareness. Put an intention in the universe - I want this or anything better.

Wednesday, June 8, 2011

Salinan Lontar Usada Budhakcapi

Salam Kasih



Om Awighnamastu Namo Siddham
Halaman 1b
Semoga tidak menemui rintangan. Mohon maaf kepada Dewa Siwa. Apakah disebut awighna, apakah yang disebut nama siddham, sebaiknya kau mengetahui makna awighnamastu. Jika kau paham, kau boleh menggunakan ilmu ini untuk mengobati. Jika kau tidak paham makna awighnamastu, janganlah kau berani melecehkan ilmu ini. Ilmu ini dinamakan Siwalingga, firman Tuhan yang dianugrahkan kepada para guru dunia. Om maksudnya sarira (badan), awi maksudnya aksara (huruf), ghna artinya tempat bersemayam, mastu artinya kepala, nama maksudnya anugrah, si maksudnya matahari; dham maksudnya bulan. Itulah yang patut dipahami tentang tempat bersemayam Dewa. Kau tidak akan menemukan bencana. Demikianlah firman Dewa pada zaman dulu. Ini merupakan ilmu rahasia, Usada Sari. Ketika diturunkan di Pura Dalem, ini adalah sabda Hyang Pramakawi. "Begitu
Halaman 2a
amat tergesa-gesa kalian berdua, cepatlah katakan sekarang, agar aku tahu!" Demikian kata sang Budhakecapi kepada mereka berdua. Selanjutnya, sang Klimosadha menjawab bersama sang Klimosadhi: "Kami berasal dari Lemah Surat, kami sedesa. Kami ini bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi!" Lalu sang Budhakecapi berkata: "Baiklah, aku bertanya kepada kalian berdua, aku mendengar berita tentang orang yang bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, terkenal ahli dalam meramal dan mengobati, konon demikian!" Mereka berdua segera menjawab: "Hamba memang begitu, (tetapi) hamba berdua ingin berguru kepada Tuan, jika Tuan berbelas kasih
Halaman 2b
memberi anugrah kepada hamba berdua, hamba menyerahkan nyawa seumur hidup kepada Tuan, tetapi maafkanlah. Apakah sebabnya (hamba ingin berguru)? Karena Tuan yang bernama sang Budhakecapi, melakukan semadi, amat tekun dan teguh, sepanjang umur, serta telah sempurna dalam batin, doa pujianmu sang Budhakecapi menembus ke tujuh lapisan bumi, menembus ke angkasa". Selanjutnya, Bhatara Siwa turun menuju Kahyangan Cungkub, bertemu dengan Hyang Nini di Pura Dalem. Setelah beliau bertemu, beginilah sabda Bhatara Siwa: "Wahai sang Nini Dalem, aku menitahkanmu sekarang, turun menuju kuburan tempat pembakaran jenasah, kau Hyang Nini berhak memberkahi segala doa sang Budhakecapi, yang sangat tekun bersemadi. Kau Hyang Nini berhak mengabulkan segala permintaannya,
Halaman 3a
segala kesempurnaan batin, sebab sang Budhakecapi sangat tekun bersemadi!" Lalu Hyang Nini berkata kepada Bhatara Siwa: "Jika itu perintah Bhatara, hamba menuruti titah Bhatara, sekarang hamba turun menuju kuburan tempat pembakaran mayat!" Kemudian Bhatara Siwa melesat menuju alam Siwa. Kini dikisahkan Hyang Nini Dalem datang ke kuburan tempat pembakaran mayat. Maksud Hyang Nini adalah memberikan berkah kepada sang Budhakecapi, karena telah direstui oleh Bhatara Siwa. Dengan cepat tiba di tempat sang Budhakecapi melakukan semadi. Segera sang Budhakecapi menghormat. Lalu Bhatari Hyang Nini berkata: "Wahai kau sang Budhakecapi, cukup lama kau berada di
Halaman 3b
sini, bermalam di tempat pembakaran mayat, apakah yang kau harapkan? Apakah yang kau minta kepada Bhatara?" Lalu sang Budhakecapi menjawab: "Daulat Paduka Hyang Nini, doa harapan hamba adalah hamba memohon belas kasih Bhatara agar hamba paham hakikat makrokosmos dan mikrokosmos. Semoga Paduka Bhatari berkenan menganugrahkan kekuatan batin yang sempurna supaya hamba tidak terkalahkan oleh semua pesaing hamba, dan juga segala tatacara orang dalam memahami asal-usul penyakit, supaya hamba memahami hakikat bisa, racun, dan penyakit tiwang moro, ilmu desti teluh taranjana, serta hakikat pamala-pamali, dan segala ajian ampuh, demikian pula hakikat hidup dan mati, serta hakikat kekuatan sabda, itulah permintaan hamba kepadamu Bhatari Nini!" Kemudian Hyang Nini berkata: "Wahai sang Budha-
Halaman 4a
kecapi, sekarang aku akan memberimu anugrah, baiklah, cepatlah julurkan lidahmu keluar, aku mau me-rajah1 lidahmu dengan mantera Om nama siwaya. Satu persatu mulai dengan Om, na untuk hidungmu, ma untuk mulutmu, si untuk matamu, wa untuk tubuhmu, ya untuk telingamu. Demikian pula makna Sanghyang Omkara, seperti windu, nadha, ardhacandra yang berada dalam tubuh, yang dinamakan asal mula Sanghyang Candra Raditya. Yang berada di mata kanan adalah Sanghyang Raditya, yang berada di mata kiri adalah Sanghyang Candra. Wahai sang Budhakecapi semoga kau paham tentang tatacara mencapai moksa karena lidahmu telah dirasuki kekuatan tulisan gaib, yang merupakan anugrahku, Hyang Nini Dalem, kepadamu! Inilah yang dinamakan tempat Sanghyang Omkara Sumungsang yakni di pangkal lidah,
Halaman 4b
batu manikam, tempat pertemuan Sanghyang Saraswati, di lidah. Ini merupakan pemberi kekuatan gaib kepada batin, sangat utama, jangan sembrono, kau tidak akan berhasil (jika sembarangan). Inilah mantera kumpulan sumber kekuatan: "Om lep rem, ngagwa rem, papare, dewataning bayu pramana". Inilah menjadi persemayaman Sanghyang Saraswati, sebagai tulisan ajaib di lidah sang Budhakecapi, dan inilah doa untuk tempat aksaranya, yakni Om Sanghyang Kedep di pangkal lidahmu, Sanghyang Mandiswara di ujung lidahmu, Sanghyang Mandimanik di tengah lidahmu, Sanghyang Nagaresi di dalam otot lidahmu, Sanghyang Manikastagina di kulit lidahmu, dewanya adalah Bhatara Siwa, sebagai pemberi kekuatan hidup adalah Hyang Brahma Wisnu Iswara, sorganya adalah di hati, di empedu, di jantung,
Halaman 5a
inilah persebaran tempat beliau Sanghyang Tiga, yakni Ang di hati, Ung di empedu, Mang di jantung. Inilah ajian Sanghyang Triaksara yang patut diingat, manteranya Om Ang Mang. Ajian ini sangat utama, jangan sembrono, memusatkan kekuatan batin, semoga kau sang Budhakecapi dapat memahami ajian Nitiaksara Sari, serta hakikat arti Sanghyang Pancaksara yang berada di alam, yang mana tempatnya, yang mana pula lambang aksara sucinya, inilah yang harus kau ingat wahai sang Budhakecapi, semoga kau paham, tinggalah kau di sini, aku akan pulang kembali menuju Kahyangan Cungkub!" Lalu segera sang Budhakecapi menghormat kepada Hyang Bhatari Nini, dengan mantera: "Om niratma ditempatkan di leher, atyatma di antara kedua alis, niskalatma di pusat telapak tangan, sunyatma di pusat kepala, alam dewata yang kokoh". Setelah Hyang Nini terbang melesat,
Halaman 5b
menuju Kanghyangan Cungkub. Ceritanya dihentikan sebentar. Cerita berganti, dikisahkan sang Budhakecapi, sangat terkenal ke seluruh masyarakat, sangat kuat dan sempurna, pandai dan ampuh dalam berucap, segala ragam bahasa, mahir dalam doa pemujaan, bertempat tinggal di kuburan, sangat tekun, demikianlah kisah sang Budhakecapi dihentikan dulu. Kini cerita berganti, adalah dua dukun laki-laki, bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, tinggal di satu desa, yakni Lemah Tulis. Mereka sangat terkenal sakti, mahir mengobati, dan tidak pernah terkalahkan oleh segala jenis penyakit, dan sang Klimosadi tidak pernah terkalahkan oleh bisa dan obat racun, tetapi
Halaman 6a
ada kekurangannya, ia tidak tahu mendeteksi (meramal) penyakit, hanya berpegang teguh pada keyakinan dan memaksakan, mencari orang sakit dan yang menyakiti, hanya sebegitu saja kepandaiannya. Dihentikan dulu kisah sang Klimosadha. Kini diceritakan ada orang sakit bernama Sri Hastaka. Ia sangat menderita kesusahan, maksudnya hanya mencari sang Klimosadha. Kemudian ia datang ke rumah sang Klimosadha. Baru saja ia tiba di rumah sang Klimosadha, dengan cepat sang Klimosadha menyapa: "Wahai, Tuan dari mana? Apa maksud kedatanganmu ke mari?" Si pencari dukun menyahut: "Hamba mengundang Tuan, maksud hamba menemui Tuan adalah hamba memohon keselamatan, semoga Tuan berbelas kasihan kepada hamba,
Halaman 6b
semoga Tuan berkenan datang ke rumah hamba, untuk memeriksa kakak hamba, yang menderita penyakit!" Sang Klimosadha berkata: "Aku menuruti permintaanmu!" Tidak diceritakan (panjang lebar), ia telah tiba di rumah si pasien. Sang Klimosadha tanpa sepatah katapun memperhatikan dengan saksama si pasien, serta memegang tubuh bagian bawah dan bagian atas si pasien, segala kondisi si pasien juga diperhatikan dengan saksama. Setelah itu, lalu sang Klimosadha duduk. Kini si pencari dukun tadi bertanya: "Baiklah, hamba berkaul kepadamu, jika nyawa kakakku bisa diselamatkan, hamba tidak takut memberi upah dan hadiah yang sepantasnya. Jika ia akan mati, dimanakah kesulitan mendeteksinya?" Sang Klimosadha menjawab: "Menurutku, jika aku memegangnya, orang ini tidak akan mati, janganlah kau sedih, tenangkanlah hatimu, carilah ramuan obat minum dan ramuan bedak serta ramuan untuk obat semburan!"
Halaman 7a
Orang yang disuruh mencari ramuan segera berangkat. "Dulu, aku sering menyembuhkan penyakit semacam ini, tidak pernah sampai dua kali aku memberikan-nya obat, hanya sekali saja sudah sembuh, sangat mudah aku menangani penyakit seperti ini!" Orang yang disuruh mencari bahan obat segera datang, serta dengan cepat pula telah matang. Lalu sang Klimosadha segera meracik obat. Setelah memberi obat minum, bedak, dan obat semburan, sang Klimosadha duduk. Jika bisa sembuh, tentu banyak orang akan merasa ikut berbahagia. Tiba-tiba saja sang Klimosadha lupa memeriksa nyawa si pasien, sehingga si pasien pun mati. Sang Klimosadha sangat malu. Semua orang yang berada di sana berwajah curiga, sebab baru saja diberi obat minum, bedak, dan obat semburan, si pasien kemudian mati, dan juga sang Klimosadha telah mengatakan bahwa si pasien tidak akan mati, namun kini mati.
Halaman 7b
Sang Klimosadha sangat malu dalam hatinya, akhirnya ia pergi tanpa pamit menuju rumahnya. Setelah tiba di rumahnya, ia tidak enak makan dan minum, siang malam, sang Klimosadha sangat malu. Cerita sang Klimosadha dihentikan sejenak. Kini dikisahkan sang Klimosadhi, termashur dalam mengobati pasien yang terserang bisa dan racun. Diceritakan seorang wanita bernama Sridhani, yang sudah berusia cukup tua, tertimpa penyakit kronis, sangat sukar menangani penyakitnya. Si pencari dukun datang ke rumah sang Klimosadhi. "Wahai Ibu, darimana asalmu? Apa maksud kedatanganmu ke mari?" Si pencari dukun itu menjawab: "Hamba minta tolong, hamba menangani orang sakit. Jika Tuan berbelas kasih kepadaku, sudilah Tuan datang ke
Halaman 8a
rumahku, agar Tuan mengetahui si pasien!" Sang Klimosadhi menjawab: "Jika begitu, aku menurutimu!" Setelah datang di rumah si pasien, lalu sang Klimosadha memeriksa si pasien, dipegangnya bagian bawah dan bagian atas tubuh si pasien. Setelah itu, lalu sang Klimosadhi berkata: "Ini orang sakit terserang racun, ia terkena racun yang diracik orang. Sekali saja, sangat gampang menyembuhkan penyakit ini. Aku sering menyembuhkan penyakit seperti ini. Tidak usah dua kali, cukup sekali saja sudah sembuh, sangat mudah menolong orang sakit semacam ini!" Orang yang punya pasien bergegas membuat sesajen hadiah. Lalu sang Klimosadhi merapalkan mantera untuk membuat obat, bedak, dan obat semburan. Setelah itu, lalu sang Klimosadhi mengunyah daun sirih, dan memberikan sepahnya kepada si pasien, serta menyandangnya
Halaman 8b
Setelah itu, tiba-tiba si pasien pusing, tidak sadarkan diri hingga malam hari, dan dadanya sesak, kerongkongannya seperti tersumbat!" Si pencari dukun berkata: "Mengapa bisa begini? Lalu apa yang dapat dilakukan, apakah obatnya perlu diganti? Hamba minta tolong dengan sangat agar ipar hamba ini bisa sembuh. Hamba tidak takut kepada upah, maupun hadiah!" Lalu sang Klimosadhi mengganti obat. Setelah obat itu diminum, tetap saja si pasien pusing tidak sadarkan diri, tidak bisa makan, lalu akut. Kemudian dengan cepat sang Klimosadhi mengeluarkan mantera, melalui ubun-ubun, telinga, hingga sang Klimosadhi kehabisan akal, memusatkan batin bersemadi bertumpu satu kaki. Si pasien semakin tidak sadarkan diri. Lalu sang Klimosadhi berkata:
Halaman 9a
"Ah, jika demikian keadaan si pasien, aku yang salah memberi obat!" Tiba-tiba sang Klimosadhi pergi, ia sangat merasa malu, bertolak pulang. Setelah tiba di rumahnya, muncul niat sang Klimosadhi, bermaksud berguru kepada sang Klimosadha. Segera sang Klimosadhi pergi ke rumah sang Klimosadha. Begitu ia tiba, sang Klimosadha menyapanya: "Wahai adikku, sang Klimosadhi, selamat datang di rumahku, apakah maksud kedatanganmu, adikku?" Sang Klimosadhi menjawab: "Aku bermaksud berguru kepadamu, kakak!" Sang Klimosadha berkata: "Mengapa kau ingin berguru kepadaku? Jika begitu, adikku, kau tidak akan mendapat apa-apa. Kakak juga tidak ingin mengangkat murid. Apa sebabnya, katakanlah, wahai adikku!" Sang Klimosa-
Halaman 9b
dhi menjawab: "Beginilah asal mulanya. Aku mengobati seorang wanita, yang bernama Sridhani. Ia terserang penyakit kronis. Di situlah aku kalah, aku sangat malu, itulah sebabnya aku hendak berguru kepada kakak!" "Jika begitu, kau sia-sia saja, kakak juga ingin berguru, sebabnya adalah kakak mengobati orang sakit bernama Sri Hastaka, seorang lelaki, di situ kakak kalah!" Sang Klimosadhi berkata: "Jika begitu, marilah kita melakukan semadi, aku menurutimu, jika kakak mendapat wahyu, aku minta tolong kepadamu, jika aku mendapat wahyu, aku akan menolongmu, demikianlah maksudku!" Lalu sang Klimosadha berkata: "Jika begitu, sulit rasanya, adikku.
Halaman 10a
Jika kau setuju denganku, marilah bersama-sama denganku, aku ingin berguru kepada sang Budhakecapi, sebab sang Budhakecapi mendapat anugrah dari Hyang Nini!" Sang Klimosadhi menyahut: "Jika begitu, baiklah, aku setuju denganmu, kakak!" Akhirnya, segera mereka berangkat menuju kuburan tempat pembakaran mayat. Setelah tiba di tempat sang Budhakecapi, lalu mereka berdua disapa oleh sang Budhakecapi: "Wahai Tuan berdua, apa maksud Tuan datang ke mari, begitu tergesa-gesa, berdua, silakan katakan agar aku mengetahui!" Sang Klimosadha dan sang Klimosadhi menjawab: "Hamba ini berasal dari Lemah Tulis, hamba sedesa, demi-
Halaman 10b
kianlah Tuan, hamba berdua bernama sang Klimosadha mwang sang Klimosadhi!" Lalu sang Budhakecapi berkata: "Baiklah, aku ingin bertanya kepada kalian berdua, aku mendengar berita orang yang bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, terkenal mahir dalam pengobatan, begitulah konon!" Segera mereka berdua menjawab: "Hamba memang begitu, (namun) hamba ingin berguru kepada Tuan, jika Tuan berkenan kepada hamba berdua, hamba menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuan, disertai dengan permohonan maaf hamba!" "Wahai, adikku berdua, agar aku dapat mengetahuimu, apa sebabnya kau ingin berguru kepadaku? Katakanlah dengan sejujurnya kepadaku agar aku paham!" Sang Klimosadha menjawab: "Sebabnya hamba berniat keras berguru karena hamba pernah mengobati.
Om Santih Santih Santih Om

 ~ I Wayan Sudarma
Lontar milik: Universitas Udayana - Fakultas Sastra

USADA DALEM (Transkrip Huruf Latin dan Terjemahan Bahasa Indonesia)

Salam Kasih

Selesai ditranskrip ke dalam huruf Latin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
Oleh: I Wayan Sudarma (Jro Mangku Danu), Budha Cemeng Ukir, 21 Januari 2009



(1b) Ong Awighnāmāstu. Patngëran tlas ring kapatin, iti wariga dalëm, ning nghājñanā, hana pūrwwā bhumi ring bwanālit, apan hanājñanāntāgring tan kawaśa tinggal, tlas sanghyang urip wus atinggal. Malih yan wus karaśā tëtngëran mwang ngacicidrā, ikā druwā wwang mangkanā. Iti lwir rikang hoṣadhi. Nihan patngëraning wiṣya, lwirnyā, yen tan pabhayu, upas tahunan kaglarani, śa, wah jruk, gulā, hisin rong, pipis patiwyā hinum. Yen kuning kukunya, kërikan gangśa glarani, śa,
(1b) Ya Tuhan Semoga terhindar dari segala rintangan. Tanda- tanda kematian pada orang yang akan meninggal, ini Wariga Dalem , (bersumber) dari pengetahuan sejati, tersebut sejak semula dalam tubuh manusia terdapat kandungan alam semesta, sebab sumber penyakit senantiasa melekat, setelah Sanghyang Atma meninggalkan badan baru dia akan pergi. Dan lagi jika sudah merasakan dan memahami tanda-tanda (tentang) penyakit , itu hendaknya diketahui oleh manusia. Ini di antaranya ilmu tentang pengobatan. Inilah tanda-tanda tentang penyakit, di antaranya, jika nafas hampir meninggalkan raga, upas tahunan menyakiti, sarana, buah jeruk, gula, isinrong (rempah-rempah), dilumat, airnya diminum. Jika kukunya (tampak) kuning, krikan gangsa , (sumber) penyakitnya, sarana,

(2a) ëñcah bebek, kunir warangan, tahap. Yen jnar śocanyā asa bāng, upas dewek kaglaranin, śa, carmmān poh hijo, lunak tanëk, wenya bayëm puring, inum. Yen matrā kukunya karawat bang, upasing hyang nglaranin, śa, jukut raṣṭi, adas, bawang tambus, inum. Maka bāng, kadi mtu, kawaśa uyang, pipilingan kadi cinlëk, kuku bhirū u-pas manglarā, tawarën. Tluntu yogah agatël, knā warangan ika, kukurah indening yeh angët, gumigil tan pantarā turra wa –
(2a) air kencing itik, kunyit warangan , di minum. Jika matanya kuning kemerah-merahan, upas dewek yang menyakiti, sarana, kulit mangga hijau, asam yang direbus, air bayam puring , diminum. Jika mata kukunya tampak kemerahan, upas Hyang yang menyakiti, sarana, akar paku nasi, adas, bawang yang dipanggang, diminum. Mata merah, seakan hendak keluar, senantiasa gelisah, pelipis mata bagai ditusuk, kuku (tampak) biru, racun yang menyebabkan, hendaknya diobati. Gigi goyah dan gatal, itu terkena racun warangan , dikumur dengan air hangat, menggigil kedinginan, dan batuk

(2b) _tuk tan pantarā, kna raratus, śa, rwan pucuk putih tan patlak saka wit, hinum, japan dening mantran panawar, wdaknyā rwa ning katepeng, tutuhnyā wdak dahuti, kasisat putih, sari kuning, kalëmbak kāsturi, puhhaknā. Yan gumtër paglaning tanganyā, knā ctik ika, pūhhaknā, wnang tinawar. Yan kna, cṭik upasmat, śa, candāna, hasat ring dulang dulang dulangan, tain ñlati, cārmman bëngkël, cārmman këndal, sami panggang haywā winālik, pipis, we bayu wenyā, hinūm, ma, Ong hayu gumi, kewu hana janma manuṣā,
(2b) yang terus menerus, terkena raratus (campuran racun), sarana, daun kembang sepatu putih termasuk akar, daun dan kulitnya, diminum, dimantrai dengan mantra penawar, borehnya daun ketepeng, ditetesi boreh dahuti , kasisat putih, sari kuning, klembak, kasturi , teteskan, jika pergelangan tangannya terasa gemetar, itu terkena cetik (racun), teteskan, hendaknya diobati. Jika terkena cetik (racun) upasmat , sarana, cendana digosokkan pada dulang, tahi nylati (sari-sari tanah), kulit pohon bengkel , kulit pohon kendal , semua dipanggang tanpa dibalik, dilumatkan, air saringan airnya, diminum, mantra , Ong hayu gumi, kewu hana janma manusa,(Ya dunia sejahtera, ada manusia, ada sinar dunia, ada sinar manusia, Bhatara ada manusia, mencari kesaktian, mantraku ampuh dan berhasil)

(3a) tejā bhūmi hana teja manūṣā, bhatara hana manūṣā, amlaku kaśakten, makāsiddhā siddhi mandi mantranku. Gring angrintik ring jro wtëng kadi siwul, knā upas ika, glisang tawar, yan masih angrintik, gringnyā, knā upas bantën ika, śa, mbutan gdang tambus, uyah arëng, takap dusdhus dening gumpang kāng ngagring upasing kbo ingël anglarani, tan dadyāngucap mingel kewalā, śa lënghārungan, bawang pṭak tunggal, padang lëpas, ma, ong bëngkëk. Ta, kna wiṣyā, śa, rwaning
(3a) teja bhumi hana teja manusa, bhatara hana manusa, amlaku kasakten, makasiddha siddhi mandi mantranku , Sakit melilit di dalam perut seperti lembam, itu terkena upas (racun), cepat diobati, jika masih melilit, sakitnya, itu terkena upas banten , sarana, buah pepaya muda dipanggang, arang dapur, ditutupi dengan asap dari dedak padi terhadap orang yang terkena sakit, upas kbo ingel yang menyakiti, tiada dapat berkata senantiasa diam, sarana, minyak arungan , sebiji bawang putih, padang lepas, mantra, ong bengkek (Ya cebol). Obat, terkena racun, sarana, daun –

(3b) dapdap, rwaning tingkoh ne ngūddha, who tingkih, bawang, tmu tis, urapaknā. Malih, śa, mbungnging dapdap tis, santen, ktan gajih, adas, ma, Ong cṭik tiwang galūghā atal putih, cṭik tiwang sawari putih, mantrā śaliwah putih, takëp cṭik tiwang śaliwah putih, mantrā kaddhi arëp, manik, śa, babakan pule, santën, gintën, sāri, kasuna jangū, pipis patinya inum, ma, Ong cṭik tiwang galugā, cṭik tiwang macan punah, cṭik tiwang kbo putih punah, cṭikti bhūtha ya punah, gsëng sira gsëng, campa tebah cabar. Ta, knā upas sanghyang, śa, paya puwuh, klapa, kunir
(3b) dadap, daun kemiri yang masih muda, buah tingkih , bawang, temu tis , diborehi. Lagi , sarana daun muda dadap tis (yang tidak berduri), santan, ketan gajih , adas, mantra, ong ctik tiwang galuga atal putih, ctik tiwang sawari putih, mantra saliwah putih, (Ya racun tiwang galuga, racun tiwang sawari putih, mantra saliwah putih), diminum. Cetik tiwang saliwah putih , mantranya seperti tersebut di atas. Lagi, sarana, kulit pohon pule , santan, ginten , sari , bawang putih dan jangu (jerangau), dilumatkan perasannya diminum, mantra, ong ctik tiwang galuga, ctik tiwang macan punah, ctik tiwang kbo putih punah, ctik bhuta ya punah, gseng sira gseng , campa tebah cabar (Ya racun tiwang galuga, racun tiwang macan punah, racun tiwang kebo putih punah, cetik Bhuta juga punah, bakar ia bakar, agar tidak berguna lagi). Obat, terkena upas Sanghyang, sarana, paya puwuh (peria yang buahnya kecil-kecil), kelapa, kunyit-

(4a) warangan, adas, pipis inum, ma, Ong awuning karuyu kahlā, amadëmi wong, wruh aku ring kamulanmu tka tawar, 3, awu ning kbo gule amadëmi wong, wruh aku ring kamulānku, tka tawar, 3, awuning kbo dungkul kule, amadëmi wong, wruh aku ring kamulanku, tkā tawar, 3, awuning upas sanghyang, amadëmi wong, wruh aku ring kamulanku, tka tawar, 3, siḍdhi mantranku. Ta. Knā wisya, śa, rwa ning kwañji, yeh bras, bawang, pulasahi, patinya tahap. Malih, śa, lublub tingkih, candanā ingasab, santën kane, isinrong, maja kane, tahap. Malih, śa, akah dapdap, rwaning sëmbung, kuwud kumruk, wdak ring kulaknya wong kabeh, gagam-bi –
(4a) warnanya kemerahan, adas, di lumat kemudian diminum, mantra, ong awuning karuyu kahla, amademi wong, wruh aku ring kamulanmu tka tawar, 3 x, awuning upas sanghyang, amademi wong, wruh aku ring kamulanku, tka tawar, 3x, siddhi mantranku (Ya abunya karuyu ditelan, mematikan manusia, aku tahu dari asalmu datang, jadilah tawar,3x, abunya racun Sanghyang, mematikan manusia, aku tahu dari asalku, jadilah tawar,3x, demikian pula abu racun kebo gule, kebo dungkul kule, ampuhlah mantraku). Obat, terkena racun, sarana, daun terung kuanji , air beras, bawang, pulasari, perasannya diminum. Lagi, sarana, lublub tingkih (kerikan pada tangkai pohon kemiri), air gosokan cendana, santan kane (parutan kelapa tanpa diisi air / santan kental), isinrong (rempah-rempah), majakane (sejenis buah maja), diminum. Lagi, sarana, akar pohon dadap, daun sembung, buah kelapa muda, diborehkan pada keseluruhan badan, gagambi-

(4b) - ran, patinya tahap Upas ring rambat denyānglara, panas mauyangayingan, śa, tbu, yeh bwah, bakūng, kasunā, patinya inum. Ta, mtu nanah gtih sapanangkanyā, śa, inan kunyit, warangan, ckuh, gamongan, isen, rwaning truk nyanyah, patinyā tahap, worana sari lungid. Lamun amangan, carmman campakā pinanggāng, mantrāning mantran tuju. Ta, mtu nanah sapanangkanyā, śa, wwaning tuju mūkṣā, sëmbung, isen, sāri ingid, santë, inūm. Ta, mtu rah saking bagā, śa, gamongan këdis, yeh nyonyo, tmu tis, waluh pait, wwe cukā, tahap. Ta, ngamdalang rah
(4b) ran (rempah), perasannya diminum. Racun / upas rambat yang mematikan, panas menggelisahkan, sarana, tebu, air buah pinang, bakung, bawang putih , perasannya diminum. Obat, keluar nanah dan darah di berbagai tempat pada badan, sarana, inan kunyit warangan (kunyit yang sudah tua), kencur, lempuyang, lengkuas, daun jeruk yang disangrai , perasannya diminum, di campurkan sari lungid , jika hendak dimakan, kulit pohon cempaka dipanggang, dimantrai dengan mantra tuju (rematik). Obat, keluar nanah di berbagai tempat pada badan, sarana, daun tuju musna , sembung , lengkuas, sari lungid , santan, diminum. Obat keluar darah dari vagina, sarana, gamongan kedis (lempuyang yang umbinya kecil-kecil), air susu ibu, temu tis , labu pahit, air cuka, diminum. Obat, mengeluarkan darah

(5a) buuk, śa, jruk purut, inūmaknā. Ta, rare, mdalakën rah, śa, toktokan nyuh sari, pulāsahi, inum. Ta, mtu rah, śa, lunak tanëk, palit uyah, santën kane, gulā inūm. Ta, anguyah rah, śa, isin rong, kapūr, madhū, kayu manis, carmman aśokā natar, patinyā inum. Ta, nguyah rah, śa, micā, rwaning uyah - uyah, pule, asëm taun, bawang adas, tahapaknā. Manih, śa, yanyākaya taji - tajin rupa ning rah inguyah, maka sadanā, pupusing pisang warangan, samuṣṭi da
(5a) kotor, sarana, jeruk purut, diminumkan. Obat, anak yang mengeluarkan darah, sarana, toktokan nyuh sari (kulit akar kelapa hijau), pulasari, diminum. Obat, mengeluarkan darah, sarana, lunak tanek (asam rebusan), palit uyah (garam yang mengkristal), santan kane (perasan kelapa diparut tanpa air/ santan kental), gula, diminum. Obat, pendarahan, sarana, isinrong (rempah), kapur, madu, kayu manis, kulit pohon asoka, perasannya diminum. Obat, pendarahan, sarana, merica, daun uyah-uyah, pule , asam tahun (asam yang diawetkan), bawang, adas, perasannya diminum. Lagi, sarana, pangkal daun andong yang berwarna keputihan, adas, diminumkan. Lagi, sarana, jika banyak mengeluarkan darah dan tidak putus-putusnya, maka sarananya, jantung buah pisang warangan (yang kemerahan) seibujari pan –

(5b) wanyā, rajah, i i, yenyā amucang, laris pinangan, waras denyā. Ta, drasānguyah sarupanyā, śa, wwaning pulët, akah silāguwi, sari lungid, majakane, majakling, tañjung raab, uyah arëng, patinya tahap. Ta, tuju raṣā, bngang, mtu gtih nanah sapanangkanyā, śa, carmman klampwak ptak, isen, candana, sarin pucuk, majakane, inūm manih, śa, carman karesek, carman kalëpu, sëmbung bëndā, murëmëk daging, gintën, mahmah patinya tahap. Ta, manguyuh rah bngang, mwang raṣā, śa, akah ñuh bang, jarak bāng, micā, 9, bsik, sārin padi, katu –
(5b) jangnya, dirajah, jika dipetik, kemudian dimakan, sembuh karenanya. Obat, mengeluarkan darah segar dan sejenisnya, sarana, daun pulet , akar sidaguri , sarilungid , majakane , majakeling , tanjung raab , arang dapur, perasannya diminum. Obat, tuju raja bengang, keluar nanah dan darah di mana-mana, sarana, kulit pohon jambu kalampwak putih, lengkuas, cendana, sari kembang sepatu, majakane , diminum. Lagi, sarana, kulit pohon karesek , kulit pohon kalepu , sembung benda , semua diremas isinya, ginten , dikunyah, perasannya diminum. Obat, pendarahan kritis, dan rasa, sarana, akar kelapa merah ( nyuh udang), pohon jarak merah, merica, 9, butir, sari padi, ketum-

(6a) - mbah babolong, bras bāng, wjakaknā. manih, śa, wwaning antawas, gintën, dresan, sārin padi, urapaknā. Ta, añangañangan, śa, rwaning tasikan, 21, bidang, rwan bayëm luhur, 21, bidang, rwan kaliki, binakar, rwaning pule, 21, bidang, patinya tahap. Manih, śa, isen kapur, tingkih isinrong, inum, ampase urapaknā, waras denyā. Ta, beser, śa, kambo - kambo, kuñit, urap sikṣikanyā. Manih, śa, kuñit madhū, tinakëh, inum, arapa wnang. Manih, śa, gamongan, 7, iris, micā, 7, bsik,
(6a) bar, beras merah, diaduk (dicampur). Lagi, sarana, daun antawas , ginten , dresan, sari padi, diborehkan. Obat, anyang-anyangan (sebentar-sebentar kencing), sarana, daun uyah-uyah , 21 lembar, daun bayam luhur , 21 lembar, daun kaliki , dipanggang, daun pule , 21 lembar, perasannya diminum. Lagi, sarana, lengkuas kapur, kemiri, rempah-rempah ( isinrong ), diminum, ampasnya dilulurkan, sembuh akibatnya. Obat, beser (kencing tanpa mengenal waktu : mimpi basah), sarana, kambo-kambo , kunyit, dilulurkan pada sekitar bawah pusar. Lagi, sarana, kunyit, madu, takarannya sama, diminum, dilulurkan juga dapat. Lagi, sarana, lempuyang, 7, iris, merica, 7, butir

(6b) uku -uku, yeh angët, inūm. Ta, karangan, śa, wwaning ñuh, wwan unhusilit, tka ning rwanyā, wwaning rāja tangi, limo bali, wenyā, inum. Ta, nggarëgës, anguyuhakën rah, śa, carmmān dapdap tis, mwang lublubnyā, micā, 1, yeh aron - aron, tahap. Ta, ngrëgës anglampuyöng, śa, panggaga, tëbu, katimayā, tain we, bañu, ma, ong kita upas baruwang, ki ingundurakën, dening katimayā, apan panangkāntā saking nūṣā kling, undur ta salutapa lungha ṣanūtangin tahap. Ta, ngrëgës alëtih, śa, lunggahing kayu jok, linmëng, palapah
(6b) uku-uku (lampes , ruku-ruku ) , air hangat, diminum. Obat, karangan, sarana, daun kelapa, daun unhusilit , sampai pada daunnya, daun raja tangi , limau bali , airnya , diminum. Obat , badan kurus, mengeluarkan darah, sarana, kulit pohon dadap tis , dan kerikannya, merica, 1, air aron-aron (air kukusan nasi), diminum. Obat, kurus kepala pusing, sarana, panggaga , tebu, katimaya, tain we (kotoran yang mengendap di dasar sungai berwarna kuning), air, mantra, ong kita upas baruwang, ki ingunduraken, dening katimaya, apan panangkanta saking nusa kling, undur ta salutapa lunga sanutangin (Ya engkau racun baruwang, Ki mengundurkannya, oleh katinaya, karena asalmu dari Nusa Kling, mundurlah Salutapa, pergi mengikuti angin). Diminum. Obat, kurus lesu, sarana, cabang kayu jok , direndam, dengan

(7a) nyā isen, pāsuk tahap. Ta, tuju bok mwang bngāng, śa, lampëni putih, sakawit, nyu tunu, bawang tambus, adas, ma, ong bolaning wong, bol mëngkëm, nañëh mnöng, pramaṇā mantram, 3. Ta, mising nanah, śa, carmman twi bāng, ligundi, kusambi, ampo, yeh angët, inūm. Ta, mising, śa, asaban iñjin, adas, tahap. Manih, śa, carmman twi bāng, pulan gulā, panggang haywā winalik, inum. Ta, malolos, śa, muñcuk simbukan, bangle, 3, iris, gintën cmöng, tahap. Ta, mjen, śa, gu –
(7a) air lengkuas, diminum. Obat tuju bok dan bengang , sarana, lampeni putih, lengkap dengan kulit dan akarnya, kelapa di bakar, bawang di peps, adas, mantra, ong bolaning wong, bol mengkem, naneh mnong, pramana mantram, 3x (Ya duburnya manusia, dubur sembunyi, dan diam, mantra pramana,3x). Obat berak nanah, kulit pohon tui bang, ligundi, kusambi, ampo, air hangat, diminum. Obat mencret, sarana, rendaman injin (ketan hitam), adas, diminum. Lagi, sarana, kulit pohon tui bang , sari gula, dipanggang jangan dibalik, minum. Obat, loyo, sarana, pucuk simbukan, bangle , 3, irisan, ginten hitam, diminum, Obat, mien (dysentery), sarana, gu-

(7b) - lā, nyuh, bras agëmël, pangan. Malih, śa, yeh bayu, inūm, ma, ong barah mintar, bañu mintār, bañu saking sāgarā, tkā sirëp bañu agung, siddhi mantranku. Ta, lëlëngëdan, śa, bangsing waringin, tëbu cmëng, santën gulā, inum, ma, ong pjen angamuk sakwehing lara ring jro wtöng, padha ngamūk puput dening hyang tayā, wars, 3. Ta, mising lëlëdan, swe tan waras, śa, kulit bwah dalimā, rëb kaya samsam, ñañah den ratöng, brañañah ratëngāng, woring sāwaṭarā, dhuhing toyā, ñañah den ratöng, brañañah ratëngang, woring sāwaṭarā, dhuhing toyā, yopok ning pāyuk yoyuh
(7b) -la, kelapa, segenggam beras, dimakan, lagi, sarana, yeh bayu (air saringan) , diminum, mantra, ong barah mintar, banu mintar, banu saking sagara, tka sirep banu agung, siddhi mantranku (Ya barah pergi, air pergi, air dari laut, datang tidurlah air besar, ampuh mantraku). Obat, mengeluarkan darah dan nanah, sarana, akar gantung pohon beringin, tebu hitam, santan , gula, diminum, mantra, ong pjen angamuk sakwehing lara ring jro wtong, padha ngamuk puput dening hyang taya, wars, 3x (Ya sembelit mengamuk segala sakit di dalam perut, pada mengamuk diselesaikan oleh Hyang Taya, sembuh,3x). Obat mencret mengeluarkan darah dan nanah, lama tidak sembuh, sarana, kulit buah delima, cincang seperti samsam , disangrai hingga matang, setelah disangrai sampai matang, dicampur dan diaduk-aduk, dengan air hangat, kemudian lulurkan

(8a) anya, tkeng wangkonge. Ta, mawatuk ngutah rah, śa, wwaning susukup, wwan tampak liman, patinya inūm. Ta, ckëkën, biyaknyā gtih mawor nanah, śa, akah këndal, wwan kasine, wwaning warū, gula, gintën, kulabët, tmu, lunak bau plut, wenya inūm. Ta, mokan malëpus, bungah mambahang, mokan lëplëp, nga, śa, carmman jwet, cārmman kusambi, tain ñulati, wor pipisaknā, lepaknā. Ta, mokan ring jro, muñi mëtu sërëg, śa, isen, kapur, cārmma buu, bras bāng, 21, bṣik, dui wrak, lepaknā.
(8a) sampai pada pinggang. Obat batuk muntah darah, sarana, daun susukup , daun tapakliman , perasannya di minum. Obat batuk kronis ,bercampur darah dan nanah, sarana, akar pohon kendal, daun kasiden (pohon sampat-sampat), daun pohon waru, gula, ginten , kulabet, temu , asam yang baru dikelupas, airnya diminum. Obat bengkak di mana-mana, bungah mambahang , mokan leplep , namanya, sarana, kulit pohon juwet, kulit pohon kusambi, sarin tanah, dicampur dan dilumatkan, dilulurkan. Obat, bengkak dalam perut, suara keluar serak, sarana, lengkuas, kapur, kulit pohon buu , beras merah, 21, butir, duri wrak , dilulurkan.

(8b) Ta, mokan lëplëp, śa, juet sakawit, kālëpu sakawit, kayu sangkā, kuñit warangan, isen kapūr, sari podi, taning wangkong, katumbah, tingkih, trikātukā, cārmmān kusambi babakar haywā winalik, urapaknā. Ta, mokan ring jro, mokan bañu, nga, śa, bun ptingan, bangsing waringin, uyah - uyah macanggah, rwan tuju musnā, patinya tahap. Ta, mokan bësëh mangurëkurëk, mokan kakipi, nga, śa, mpuning tmu tis, katumbah, añjung raab, śa, trikātukā, sari podhi, tahap, së –
(8b) Obat, bengkak ( mokan leplep ), sarana, pohon juwet lengkap dengan akan dan kulitnya, kalepu lengkap dengan akar dan kulitnya, kayu sangka , kunyit warangan , lengkuas kapur, sari podi, dilulurkan pada pinggang, ketumbar, kemiri, bawang merah bawang putih dan jerangan, kulit pohon kusambi, dipanggang jangan dibalik, dilulurkan. Obat , mokan ring jro, mokan nanu , namanya, sarana, akar ptingan , akar atas pohon beringin, uyah-uyah bercabang, daun tuju musna , perasannya diminum. Obat, mokan beseh mangrekurek , mokan kakipi , namanya, sarana, temu tis yang sudah tua, ketumbar, tanjung raab , sarana, bawang merah bawang putih dan jerangan / trikatuka , sari podi , diminum, disemburkan

(9a) - mbar. Ta, mokan ring jro, ckëh - ckëh, mtu nanah, śa, kunir warangan, dui jruk linglang, makā tambā, tahap. Ta, mokan ring jro, mtu nanah, śa, kunir warangan, cārmmān pule, kayu batu, maswi, tumukus, 3, katumbah, lënga wijen, tahap, sëmbarnyā rwan tingkih dumlā, candana, lungid, maswi, tingkih. Ta, sakaluiraning mokan, antukën rah, ring cangkëm, ring irung, ring socā, ring purus, ring bhagā, ring silit, śa, rwan kasune, candanā, tanah ring tunggak, ampo, kulabët, gulā, gintën irëng, santën,
(9a) Obat, bengkak dalam perut, batuk-batuk, keluar nanah, sarana, kunyit warangan , duri jeruk nipis, sebagai obat, diminum. Obat, bengkak dalam perut, keluar nanah, sarana kunyit warangan , kulit pohon pule , kayu batu, maswi, tumukus , 3, ketumbar, minyak kelapa, diminum, disemburkan dengan daun kemiri muda, cendana, pohon kembang sepatu, maswi , kemiri. Obat, segala jenis bengkak, keluar darah dari mulut, hidung, mata, penis, vagina, dubur, sarana, daun kesuna (dasun ), cendana, tanah pada bekas tebangan kayu, ampo kulabet , gula, ginten hitam, santan,

(9b) lungid, patinyā tahap. Ta, wtöng, larāyan mokan ring jro, śa, kapkap, atin gamongan, isen kapūr, micā, bras utuh, sëmbarraknā. Ta, panas tis, śa, gamongan, lëngis tanūsan, pipis wdaknā. Manih, śa, jëbuggarūm, we ktan gajih, wdaknā. Ta, awak panas, śa, buah base, bras bāng, wdakaknā. Ta, panas marapah, śa, ñuh, adas, jruk linglāng, bloñokaknā. Ta, panas tis, śa, gamongan, tingkih, bawang, adas, pipis, përës, dadah, blonyohaknā.
(9b) pohon kembang sepatu, perasannya diminum. Obat, perut, sakitnya bengkak di dalam, sarana, kapkap , ati lempuyang, lengkuas kapur, merica, beras yang utuh, disemburkan. Obat panas dingin (demam), sarana, lempuyang, minyak kelapa, dilumatkan kemudian dilulurkan. Lagi, sarana, jebuggarum , rendaman air ketan gajih , dilulurkan. Obat, badan panas, sarana, buah sirih, beras merah, dilulurkan. Obat, panas biasa, sarana, kelapa, adas, jeruk nipis, dilumatkan. Obat, demam, sarana, lengkuas, kemiri, bawang, adas, dilumatkan, diperas, panggang hasil pelumatannya.

(10a) Ta, tan mtu pluh, śa, rwan pole, trikātukā, santënkane, kinla, bloñohaknā. Grah uyang, śa, papasan, padang lëpas, lunak tanëk, adas, dadah wdakanā. Ta, uyang ngulasah, buka panggang, śa, pule, bawang, adas, wwe jruk linglang, tahap. Ta, jampi agung, laranyā, mamëngkā, ring wtöng kaku, ring ulun ati sada ngangah, mwang nëk, makokokan tan pgat ṣada tngal, śa, akah kutat kdis, akah ñuh mulung ne ngūda, lublubuhu, kaworrin tasik, bawang matambus, bhālulang kbo, winasuhan da-
(10a) Obat, tidak mengeluarkan keringat, sarana, daun pohon pule , bawang merah bawang putih dan jerangan, santan kental, panggang, dilumatkan. Panas gelisah, sarana, papasan , padang lepas, asam rebusan, adas, panggang kemudian dilulurkan. Obat, gelisah kebingungan, seperti kepanasan, sarana, pule , bawang, adas, air jeruk nipis, diminum. Obat jampi agung (sariawan panas dalam), sakitnya membengkak atau kaku, pada perut terasa kaku, pada hulu hati terasa perih, dan nek, batuk tiada henti dan kering, sarana, akar kutat kedis , akar kelapa hijau yang masih muda, dikerik, dicampur dengan garam, bawang yang dipepes, kulit kerbau dicuci dan

(10b) -na brëśih, pes peṇdëm, tahap. Sëmbar ring waduk, mwang hulun ati, śa, babakan pule, ñuh matunu, tmu tis, katumbah, babolong. Ta, basang bëngkā, mwang warang, śa, mëmëniran, sumanggi gunung, cārmmān pule, wwe këtan gajih, tahap. Ta, larā wtöng, śa, asaban candanā, tingkih, bawang tambus, tahap. Manih, śa, jëbuggarum, cāndanā, ktan gajih, patinyā tahap. Ta, arak atakëh, madhu atakëh, cukā satakëh, imeh rahinā, sing lara wtöng, waras denyā. Ta, pamali, larā a-
(10b) dibersihkan, dipanggang, diminum. Disemburkan pada perut, dan hulu hati, sarana, kulit pohon pule , kelapa yang dipanggang, temu tis , ketumbar, babolong . Obat, perut bengkak, dan kemerahan, sarana daun kemenir, semanggi gunung, kulit pohon pule , air ketan gajih , diminum. Obat, penyakit perut, sarana, gosokan air cendana, kemiri, bawang yang dipepes / panggang, diminum. Lagi, sarana, jebuggarum , cendana, ketan gajih , perasannya diminum. Obat, arak secukupnya, madu secukupnya, cuka secukupnya, dibiarkan sehari, yang sakit perut, sembuh karenanya. Obat, pemali (karena melanggar pantangan), sakit me-

(11a) - ngulët, ring wtöng, ring ati, awak pati pacëki, tan kwaśa mambëkan, śa, asaban cāndanā, tingkih, bawang tambus, tahap. Manih, śa, jëbuggārum, trikātukā, bantënang ring sëndining jinöng, mula lor wwetan, sembar gringe den aratā. Manih, śa, ron kasiden, ulung ngandon dadap, isen, kunir, tingkih, isindrong gnëp, sëmbar gënahing gring. Manih, śa, ulungan dapdap, gamongan, kunir, tingkih, bawang, sëmbar. Yenyāmacëk ring gigir,mwang ring dada, tūr manunggek, mwang mangrintih, tiwang pamali papasangan, nga, śa, carmmān, pule, tmu tis,
(11a) -lilit, pada perut, pada hati, tubuh seperti ditusuk, tiada kuasa menahannya, sarana, gosokan air cendana, kemiri, bawang yang di bakar, minum. Lagi, sarana, jebuggarum, trikatuka , dihaturkan pada telapak kaki (sandi) pada lumbung, menghadap ke timur laut, semburkan pada tempat sakit dengan merata. Lagi, sarana, daun kasiden, daun dadap yang sudah jatuh ke tanah, lengkuas, kunyit, kemiri, rempah-rempah lengkap ( isinrong jangkep), semburkan pada tempat yang sakit. Lagi, sarana, daun dadap yang sudah jatuh ke tanah, lempuyang, kunyit, kemiri, bawang, semburkan. Jika menusuk pada bagian punggung, dan pada dada, dan jika bernafas terasa sakit, lagi melilit, tiwang pamali pepasangan , namanya, sarana, kulit pohon pule , temu tis ,

(11b) tingkih, ñuh matunu, sëmbar tahapaknā. Yan maśih yāgring, tiwang pamāli knā moro, nga, śa, bras, cabe krusuk, kasunā jangū, sëmbaraknā. Ta, pjën, śa, woning dmung, wan pucuk putih, bawang tambus, bañun bras, inūmaknā. Ta, śa, bangsing waringin, wwan siddhaguri, bawang, patinyā inūm. Ta, larā pjën, rwan sanggālangit, adas, tahap. Manih, śa, rwan katepeng, adas. Tambā, angising rah, śa, roning kapas sagëgëm, atin isen, atining ckuh, sëpet - sëpët.
(11b) kemiri, kelapa di panggang, semburkan dan lulurkan. Jika masih terasa sakit, tiwang pamali kna moro, namanya, sarana, beras, cabai yang dipanggang, kesuna jangu, semburkan. Obat, pjen , sarana, cabang dadap yang muda, daun kembang sepatu putih, bawang yang di bakar, air beras, diminumkan. Obat, sarana, akar atas ( bangsing ) pohon beringin, daun siddhaguri , bawang, perasannya diminum. Obat, sakit pjen , daun sanggalangit , adas, minum. Lagi, sarana, daun ketepeng, adas. Obat, mencret darah, sarana, daun kapas segenggam, isi lengkuas yang paling tengah (ati), ati kencur, sepet-sepet.

(12a) Ta, wdak salwirraning tuju, śa, wwan kucubung kasyan, wwan campakā kuning, bangle, trikatukā, ulig. Ta, pamupug knā gunā, śa, kalëmbak kasturi, bayëm warak, candana jënggi, wwe tuli, isindrong, pipis den alëmbat, tingkah akāryyā, tngah ngwe bnër, pūhaknā irunge, mwang tatereknā. Ta, rah mtu ring ngirung, tan pgat, śa, rwaning wadharā guṇung, gajih yuyu kuningnyā, wwe jruk linglāng, patinyā inūmnyā. Ta, tuju ngamdalang nanah, saking bhāga, saking purus, śa, rwan kapā - kapā, tmu, gintën, sari lungid, patinyā
(12a) Obat, lulur segala penyakit tuju, sarana, daun kecubung kasyan, daun cempaka kuning, bangle , trikatuka , digerus. Obat, penyucian (panglukatan) terkena guna-guna, kulit pohon kasturi, tulang badak, cendana jenggi, air pada kayu berlubang (we tuli), rempah-rempah (isinrong), digerus sampai halus, cara membuatnya, tengah malam ditambahkan air, diteteskan pada hidung, dan diborehkan. Obat, darah keluar pada hidung, terus menerus, sarana, daun wadhara gunung, sari-sari kepiting berwarna kuning, air jeruk nipis, perasannya diminumkan. Obat, tuju mengeluarkan nanah (darah putih), dari vagina, penis, sarana, daun apa-apa, temu , ginten , sari lungid, perasannya di-

(12b) - num. Arappa tunggal, sarine norā milu, kinlā rumuhun. Ta, larā wtöng, mwang barah, śa, sömbung, pule, ñuh, sami bakār, sari, pulāsahi, adas, taluh siap añar, kuningnyā, ma, ong barah jampi, budëng kalingsih, tetemudan, yan barah jampi, budëng kalingsih antëga guruning śabdā, pupug punah, talu warsa. Ta, barah wus mangëndas, śa, babakan kusambi, candanā, gulā, santën, inūm. Ta, badaśā, śa, rwan kasimbukan, yeh angët, isen, ñuh, gintën
(12b) -minum, yang satu diborehkan, bagian sarinya tidak diikutkan, di panggang terlebih dahulu. Obat, sakit perut, dan panas, sembung, pule , kelapa, semua di bakar, sari, pulasari, adas, telur ayam baru menetas, kuningnya telur, mantra, ong barah jampi, budeng kalingsih, tetemudan, yan barah jampi, budeng kalingsih antega guruning sabda, pupug punah, talu warsa (Ya barah jampi, budeng kalinggih, tetemudan, jika barah jampi, budeng kalingsih berguru pada suara, hancurkan dan punah). Obat bengkak yang sudah keluar sumber sakitnya (nanah, darah dll), sarana, kulit pohon kusambi, cendana, gula, santan, diminum. Obat, bengkak, sarana, daun simbukan, air hangat, lengkuas, kelapa, ginten,

(13a) sari, lungid, sëmbar, ma, ëmbah api ëmbah , biyas, lës kuliwës mampët, 3. Ta, sakit angūyuh, śa, rwaning ghgā sari, uyah arëng, giling, tahap. Ta, ngamdalang rah, ring śarirā, tuju būh putra, nga, śa, blimbing bulūh sakawit, woning taru mangūhut, yeh bungkak ñuh mulung, raginyā, marrëmëk daging, tahap. Ta, macëk - macëk, śa, isen candana kikih, bwang, bras putih, sëmbar. Ta, lara macëk, bungkil gdhang sabhā , lunak, santën kane, trasi bhang, ma, ong kaki komarā siddhi, añaluk tatambā macëk angërës amu
(13a) sari, lungid (sari-sari kembang sepatu), semburkan, mantra, embah api embah , biyas, les kuliwes mampet, 3x (mengalir api mengalir, pasir tumpah tersumbat,3x). Obat sakit kencing tiada henti, sarana, daun nagasari, garam dapur, digerus, minum. Obat mengeluarkan darah, pada bagian tubuh, tuju buh putra, namanya, sarana, buah belimbing buluh lengkap dengan akar kulit dan daunnya, daun pohon manguhut, air kelapa muda (bungkak) kelapa hijau (mulung), campurannya, rempah-rempah, diminum. Obat ditusuk-tusuk, sarana, lengkuas, cendana, dikikir, bawang, beras putih, semburkan. Obat, akar pisang sabha, asam, santan kental, terasi merah, mantra, ong kaki komara siddhi, anjaluk tatamba macek angeres amu- (Ya Kaki Komara Sidhi, memohon obat kesedihan dan penderitaan, Kaki Komara Gana, mengobati semua penyakit, sembuh)

(13b) - lës larāti, buyanati, kaki komara gaṇā, anamba danā lara waras. Manih, śa, rwaning lirang kang anom, mpuning kunir, tingkih, jëntung, candanā, sëmbar. Ta, ngañcukring dada gigir, śa, tmu tis, dong bwang, glam, sëmbar. Ta, daging otot mangëñcöng, śa, ndungū, adas, sëmbar. Ta, edan doyan mangan, śa, paidhuh, sulaśih cmöng, ma, ong, arāh śipini, sārwwa, graha wini swahā. Ta, edan doyan mangan rahhinā wngi, tan warëg, śa, jruk linglang, rinajah sangkan paran, pūhaknā. Ta, edan mangigël, śa, mya –
(13b) les larati, buyanati, kaki komara gana, anamba dana lara waras. Lagi, sarana, daun lirang yang masih muda, air kunyit, kemiri jentung , cendana, semburkan. Obat, menusuk-tusuk pada punggung dan dada, sarana, temu tis , daun bawang, glam, semburkan. Obat, daging dan otot kaku, sarana, ndungu , adas, semburkan. Obat, gila suka makan, sarana, daun paiduh, sulasih hitam, mantra, ong, arah sipini, sarwwa, graha wini swaha (Ya arah sipini, segala yang diterima dapat menyembuhkan). Obat, gila suka makan siang malam, tiada pernah kenyang, sarana, jeruk nipis, dirajah sangka n paran, ditutuhkan. Obat, gila menari, sarana, daun mya –

(14a) - na irëng, sulaśih, kundang kāsih, pëhaknā, ping, 7, waras denyā. Ta, edan angidūng, amañjang akakawin, angūcap dewa, śa, wong warangas, pëkhanā. Ta, edan angūcap dewā, śa, duwëgan, adas, pëhaknā, tahap wanang. Ta, edan angawe, anangis rahinā wngi, śa, wwaning duwëgan ijo, tahap, pūh wnang. Ta, edan, śa, isen, taining kbo cmöng, gamongan, pet wwenyā, rajah tunggang mnöng, ma, ong bhaṭāri dūrggā ingsun añjaluk atambā edan, sapatakāng anglarani iku pun anu, pukulun aja walangnghati, apan iku wa –
(14a) na hitam, sulasih, kundang kasih, ditutuhkan, sebanyak, 7, sembuh karenanya. Obat, gila berkidung, dan berkekawin lama-lama, menyebut nama dewa, sarana, wong / jamur warangas, tutuhkan. Obat, gila menyebut nama dewa, sarana, kelapa muda, adas, tutuhkan, diminumkan juga boleh. Obat, gila bertingkah laku, menangis siang malam, sarana, daun kelapa muda hijau, minumkan, ditutuhkan juga boleh. Obat, gila, sarana, lengkuas, kotoran kerbau hitam, lempuyang, ambil airnya, rajah tunggang mnong , mantra, ong bhatari durgga ingsun anjaluk atamba edan, sapatakang anglarani iku pun anu, pukulun aja walanghati, apan iku wa- (Ya Dewi Durga hamba mohon obat sakit gila, siapa yang menyakiti itu akan terbakar, paduka jangan ragu-ragu, karena itu pemberitahuan yang ampuh seperkataanku)

(14b) - ra siddhi saujarku, pëhanā. Ta, edan anglalawang, śa, sasawi, kamarunggi, trikātukā, ma, ong asta asta halā - halā, ārwgangna widi swahā, aha astu. Ta, edan guyon, śa, kasturi, wijining kamarunggi, liligundi, wwan mimbā, trikātukā, ma, ong ena enala nama swahā, pūhaknā. Ta, edan anggāmlali tai uyuh, widdhakakën, śa, sulaśih, myanā irëng, papare, mamah, pëhaknā. Ta, edan kalawas, śa, sigugu cmöng, kumring wruk, sawngi, esuk apuh
(14b) -ra siddhi saujarku , tutuhkan. Obat, gila suka berkeliaran, sarana, sasawi, kamarunggi, trikatuka , mantra, ong asta asta hala-hala, arwgangna widi swaha, aha astu (Ya asta-asta dan segala penyakit, kumohon pada Tuhan untuk penyembuhan). Obat, gila suka bercanda (tertawa), sarana, kasturi, biji kamarunggi , liligundi, daun intaran, trikatuka , mantra, ong ena enala nama swaha, puhakna (Ya ena-enala, hancurkanlah). Obat, gila, lupa diri buang air dan kencing, diborehkan, sarana, sulasih, myana hitam, papare, mamah, tutuhkan. Obat, gila yang sudah lama, sarana, sigugu hitam, kumring wruk, didiamkan semalam, besok ditutuhkan.

(15a) - aknā. Ta, edan klar aturu, śa, twak warahan, pëhaknā. Ta, edan, amalā awaknyā, śa, sasawi, ñamaruggi, adas, trikatukā, ma, ong astu hala - hala, sārwwa grahā widi swāhā. Ta, edan gumuyu, śa, wijining kamaruggi, liliguṇdhi, wwan mimbā, trikatukā, ma, ong age - age ati - ati, sārwwa yuwadi bhasa swahā. Ta, edan, anëmbang, śa, kajanti, daringon, bwang pṭak, micā, bangle, gamongan, jahe, tmu irëng, sindrong, bañu tuli, pūhaknā, astwakën. Ta, edan, śa, gamongan, daringon, bwang pṭak, pëhaknā, ma, ong sang bhaga pu –
(15a) Obat, gila sering tidur, sarana, tuak warahan, tutuhkan. Obat, gila, ada tanda tertentu pada tubuhnya, sarana, sasawi, kamarunggi, adas, trikatuka , mantra, ong astu hala-hala, sarwwa graha widi swaha (Ya selamatlah dari segala penyakit, segala yang diterima dapat menyembuhkan). Obat, gila suka bercanda, sarana, biji kamarunggi, liligundi, daun intaran, trikatuka , mantra, ong age-age ati-ati, sarwwa yuwadi bhasa swaha (Ya anjing tanah berpikir, segala yang muda dan lain-lain) . Obat, gila, suka menyanyi, sarana, kajanti, daringon (simbukan), bawang merah, merica, bangle , lempuyang, jahe, temu hitam, rempah-rempah (isinrong), air yang berasal dari lubang pohon (we tuli), tutuhkan, mantrakan. Obat, gila, sarana, lempuyang, daringon (simbukan), bawang merah, tutuhkan, mantra, ong sang bhaga pu (Ya Sang Bhagapurusa, beliau yang menyakiti Bhagapurusa, aku tahu asalmu dahulu, sebagai kanan Sanghyang Raditya, kiri Sanghyang Ratih, byar terang-benderang,3x)

(15b) - ruṣā, sira sanganglarani bhaga puruṣā, sira amarasi, wruh aku mulanta ngūni, makatngën sanghyang raditya, maka kiwa sanghyang ratih, kadi pangadangane sanghyang radityā, mangkanā padang mataning hulun, byang cliring, 3. Mangkanā mantrānyā. Rajahing gamongan, kayeki bhaga lawan puruṣā. Ta, edan, awor ayan, śa, këmbang kalëlëngan, pet haywa kamayan, pūhaknā, waras denyā. Ta, edan anguyuh, śa, rwan waduri, gagaritan pipis kabeh, wwenyā tahap, pëhaknā, urapakën sari - sari. Ta, edan, malalung, śa, rwa
(15b) rusa, sira sanganglarani bhaga purusa, sira amaras, wruh aku mulanta nguni, makatngen sanghyang raditya, maka kiwa sanghyang ratih, kadi pangadangane sanghyang raditya, mangcana padang mataning hulun, byang cliring, 3x. Demikian mantranya, rajahkan pada lengkuas seperti ini, vagina bersama dengan penis. Obat, gila, bercampur penyakit ayan (sawan), sarana, bunga kalelengan, ambil jangan diremas, tutuhkan, sembuh karenanya. Obat, gila, kencing, sarana, daun widuri, ggaritan, dilumatkan semua, airnya diminum, tutuhkan, dan lulurkan setiap saat. Obat, gila, tanpa busana, sarana, daun.

(16a) - n sasawi, 3, bidang, rwan kamarunggi, kamaligi pusuh, pëhaknā. Ta, edan, hana buh wtëng, śa, wwadhing liliguṇdhi, bratawali, ma, atutur ya namah swahā, pëhaknā. Ta, edan, aturu, śa, sdah tmu rose, 7, bidang, rajah sangkan paran, tahap, pūhaknā. Ta, edan angame anangis rahinā wngi, śa, duwgan ijo, kameri lanang kang anom, adās, tahap, waneh pëhaknā, waras denyā. Ta, edan, amala wong, śa, sdah tmu rose, rajah rupā kangagring, meghā mëṇdung, singgulaknā, pëh warasnyā. Ta, edan, ngame wong, śa, santën
(16a) sasawi, 3 lembar, daun kamarunggi, kamaligi yang kuncup, tutuhkan. Obat, gila, perut kadang-kadang bengkak, sarana, akar liligundi, bratawali, mantra, atutur ya namah swaha (bercerita ya keselamatan), tutuhkan. Obat, gila, suka tidur, sarana, daun sirih yang uratnya sama-sama ketemu, 7 lembar, rajah sangkan paran , minum, tutuhkan. Obat, gila senantiasa menangis siang malam, sarana, kelapa muda hijau, kameri laki dan muda, adas, minum, boleh juga ditutuhkan, sembuh karenanya. Obat, gila, pada tubuhnya terdapat tanda tertentu, sarana, daun sirih yang uratnya sama-sama ketemu, rajahkan wajah si sakit, sangga langit (mega mendung), dilumatkan, tutuhkan, sembuh karenanya. Obat, gila, menyebut nama orang, sarana, santan

(16b) ñuh ijo, santën tingkih, adas, pëhaknā. Ta, edan tahun, śa, gamongan, rinajah tunggāng mnöng, dukut sewu, pet wwenyā, ma, ong bhaṭāri dūrggā ingsun añjaluk tambā edan samā ta kānglaran iku pun anu, ah walanghati apan iku waras siddha saujarku. Ta, edan, śa, amprun celeng, walirang, ginangśā ring tambaga, pëhaknā matërung. Manih, śa, uyah asëm, ma, sanghyang kalā dora kalā, apan aku kalā, pupuraknā. Ta, edan, śa, rwaning jënggi, 7, punggël, bwang pṭak, wwenyā uyuh ing rare, pëhaknā. Manih pupuh e –
(16b) kelapa hijau, santan kemiri, adas, tutuhkan. Obat gila menahun (lama), sarana, lempuyang, dirajah tunggang mnong, dukut sewu, ambil airnya, mantra, ong bhatari durgga ingsun anjaluk tamba edan same ta kanglaran iku pun anu, ah walanghati apan iku waras siddha saujarku (Ya Dewi Durga hamba mohon obat sakit gila bersama yang menyakitinya, ah tenang karena itu akan sembuh seperti perkataanku). Obat, gila, sarana, empedu babi, belerang, digosokkan pada tembaga, tutuhkan. Lagi, sarana, garam, asam, mantra, sanghyang kala dora kala, apan aku kala (Sanghyang Kala dora Kala, karena aku Kala), dilulurkan. Obat, gila, sarana, daun jenggi , 7 lembar, bawang merah, airnya air kencing anak kecil, tutuhkan. Lagi, tutuhkan-

(17a) - dan, śa, rwan myanā cmöng, kasunā tunggal, daringon, kabeh rinajah bajrā mokṣālā, wus rinajah pipis kabeh, ma, ong kaki citra gotrā, kaki pañarikān, ingsun añjaluk supuhane si anū, hana si pupuh edan brantā ñapñap, śa, myanā cmöng, bawang pṭak tunggal, daringon, palëbūrana rare, daśamalane siyanū, trimayā, kaki tungtung bhūwanā, wastu hilang, ong ong nama swahā. Wus minantran, pūhaknā irung sang ngagring. Ta, kārṇnā larā, śa, rwan sigugu, kapūr, we añar, puhaknā kārṇnanyā. Manih, śa, rwan śulaśih, burāt manis, tagi –
(17a) pada si sakit gila, sarana, daun myana hitam, kesuna (dasun) sebiji, daringon (simbukan), semua dirajah bajra moksala , sesudah dirajah, digerus semua, mantra, ong kaki citra gotra, kaki panarikan, ingsun anjaluk supuhana si anu, hana si pupuh edan branta napnap, us, myana cmeng, bawang ptak tunggal, daringon, paleburana rare, dasamalane siyanu, trimaya, kaki tungtung bhuwana, wastu hilang, ong ong nama swaha (Ya kaki Citra Gotra dan Penyarikan, hamba mohon kesembuhannya si anu, sakit gila dengan ciri tidak pernah tenang, sembuhkanlah sakitnya si anu). Setelah dimantrai, ditutuhkan pada hidung si sakit. Obat, sakit telinga, sarana, daun sigugu, lengkuas (kapur), air bersih, ditutuhkan pada telinganya. Lagi, sarana, daun sulasih, burat manis, garam

(17b) - k alit, yeh bayu, pūhaknā kang kārṇnā. Manih, śa, rwan bayëm luhur, adas, pūh kang kārṇnā. Manih, śa, rwan kamārunggi, kuñit, uyah, lëngis, wus, klā, pūhhaning kārṇnā. Ta, tuli mapruk, śa, trikatukā, pipis tetesin lëngis, klëring krang, pūh kārṇnānyā. Ta, tuli curëk, śa, rwan susuruh lanah, panggang den sdëng - sdëng, pūh kārṇnānyā. Ta, mata ulëran, śa, gtih warak, ñalin kidang, pūh kneng socā. Ta, mata gatël, śa, carmmān kapuṇdung putih, tkaning rwane, uyah, lunak, pūhaknā. Ta, mata
(17b) sedikit, berikut air bersih, teteskan di telinga. Ada lagi ramuan daun bayam luhur dan adas dipakai obat tetes telinga. Atau daun kamarunggi , kunyit, garam, minyak kelapa, setelah dimasak dipakai obat tetes telinga. Untuk ketulian yang parah, gunakan trikatuka , dipipis, ditetesi minyak kelapa, digoreng pakai kerang, kemudian teteskan ke telinga. Untuk tuli yang memproduksi cairan busuk (curek), ambil daun sirih lanang, panggang sampai setengah lunak, kemudian peras untuk menetesi telinga. Kalau mata meradang, berikan darah badak dan empedu kijang, teteskan di mata. Untuk mata gatal, berikan kulit kepundung putih berikut daunnya, garam, asam, teteskan di mata. Obat mata belok

(18a) pceh, śa, jruk purut, matunū, ñali syap biying, pūhaknā. Ta, mataknā tumangwan, śa, tmu kuñit, rajah bulan matan ai, pipisaknā. Ta, mata karogan, kneng tuju rambat, śa rwan kayu dlëg, sulañjaṇā, adas, yeh susu, we tuli, ma, ong aja kola nāta kolā. Ta, mataknā tuju, puhaknā sabran wngi, mehaturu wngi. Ta, mata mlëtus, śa, tingkih jëntung, lunak, yeh susu, uyah uku, pëhakneng socā. Ta, mata saputan, śa, bwah pti, yeh bwah ngūdā, tambus, pūh kang soca. Ta, mata saputan mwang tuju, śa, bwah samañjahi, kang nganom,
(18a) bertahi, pakai jeruk purut dipanggang, berikut empedu dari ayam berbulu merah, teteskan. Untuk mata dengan bercak-bercak putih pada bagian hitamnya, berikan temu kunyit yang diberi rajahan bulan matahari kemudian digerus. Untuk mata yang rabun karena kena tuju rambat , berikan daun kayu dleg, sulanjana, adas , air susu ibu, air dari lubang pohon, kemudian bacakan mantra: ong aja kola nata kola (Ya, jangan hamba tunduk). Untuk mata yang kena tuju , teteskan tiap malam sebelum tidur. Obat untuk mata terbelalak ialah kemiri jentung, asam, air susu ibu, garam butiran, untuk menetesi mata. Untuk mata katarak gunakan buah pti , buah pinang yang muda, dilayukan dalam abu panas, airnya teteskan di mata. Untuk mata katarak karena kena rematik, pakai buah samanjahi , yang muda,

(18b) tkaning kulitnyā, palit ambëngan, pulāsahi bali, pipis. Ta, arip, śa, mica, woning tki, bwang lanang, sipataknā. Pupuh sangkaning tangen, śa, rwan twi, uyah lënga wijwn, puhhaknā. Ta, busul, śa, kapokopokan mabulu, wwe jruk linglāng, trikatukā, inum. Ta, smutan, śa, landaning kpah, uyah uku, urutaknā sing larā. Ta, btël, śa, lalarì, kararasing gdhang sabā, rwan jarak aking, sami ginsëng, rok pipis, ragi trikatukā, wdaknā. Tan mtu pluh, śa, rwan pule, bangle, trikatukā, bloñohaknā, nghing dadah rumuhun.
(18b) berikut kulitnya, daun alang-alang muda, pulasari bali, digerus. Untuk mata yang selalu kantuk, berikan merica, rumput teki, bawang lanang, oleskan pada alis. Pupukkan dari sebelah kanan, pergunakan daun turi, garam, minyak wijen, oleskan. Untuk bisul, gunakan kapokopokan berbulu, air jeruk nipis, trikatuka , minumkan. Untuk kesemutan, berikan kulit pohon kepah, garam butiran, urutkan pada bagian yang sakit. Untuk cedera otot, terkilir, berikan lalari, pelepah dan daun pisang Saba yang sudah kering, daun jarak yang kering, dibakar kemudian digerus dan bubuhkan trikatuka , untuk dibedakkan. Kalau tidak dapat berkeringat, gunakan ramuan dari daun pule, bangle dan trikatuka untuk digosokkan, asalkan di masak dahulu.

(19a) Ta, puruh, śa, tingkih jëntung, iris, ma, sapagëlo, yen meh rene patambaning anglëmpuyëng, den waras, 3, pilisaknā. Manih, śa, jahe, rajah kayeki,________ , daringo, gamongan, ma, ong kayalāka kapaluh kaya lā ring smā, tanangëlu, tëndase si anu, siddhi mandi mantranku. Manih, śa, gamongan, bawang bāng, 3, bṣik, rwan katang - katang, bidang, pipis pinilisaknā, ma, rëng lërë lëngkā nakaning socca, lahli waras. Manih, śa, rwan papare ambulungan, bwang bāng, tmu, tingkih, adas, pipis papilisaknā. Ta, jampi mamëngkā, śa, wwaning
(19a) Obat pusing, berikan kemiri jentung, potong sambil bermantra: sapagelo, yen meh rene patambaning anglempuyeng, den waras (siapa yang gila, jika demikian berikan obat sakit kepala agar sembuh), ucapkan 3 kali, dipupukkan di dahi. Demikian pula ramuan jahe, dirajah seperti ini,______ , daringo, gamongan , dengan mengucap: ong kayalaka kapaluh kaya la ring sma, tanangelu, tendase si anu, siddhi mandi mantranku (Ya, kayalaka singkirkan penyakit itu ke kuburan, agar tidak ada keluhan di kepalanya si anu, ampuhlah mantraku). Dapat juga ramuan gamongan , bawang merah, 3 biji, selembar daun katang-katang , dipipis kemudian pupukkan di dahi sambil membaca mantra, reng lere lengka nakaning socca, lahli waras . Ada lagi, daun ramuan pare ambulungan , bawang merah, temu , kemiri, adas, dipupukkan di dahi. Untuk obat amengka , ramuan daun

(19b) dhapdap tis, wwan silāguwi, dumlan duwëgan ijo, wus ratëng, ëmbanyā sari, lungid, balulang kbo tinunū, rok ring tambā, inūm. Ta, bëngkā, śa, rwan kasimbukan, śulaśih, bangle, bwah jëbug, pipis den alëmbat, urapakning wtöng. Ta, bëngkā, tan knā ngising anguyuh, śa, bañuning lunak tanëk, warirang, bangkët kunir, santën, tahap. Ta, awak lupā, śa, wwan kayu puring, ingasab, wwe angët, makā wwenyā, wdaknā. Ta, lupā, śa, pulāsahi, ckuh, bras tambus, pipis wdaknā. Ta, wtöng mangkak, śa, rwan timaha, cëkweh, gëntën,
(19b) dadap tis , daun sidaguri , kelapa muda hijau, sesudah di masak, dicampur dengan, sari, lungid, kulit kerbau yang dipanggang, dicampur sebagai obat, diminum. Obat, bengkak, sarana, daun simbukan, sulasih, bangle , buah jeug , digerus sampai halus, dilulurkan pada perut. Obat, bengkak, tidak dapat berak dan kencing, sarana, air lunak rebusan, belerang, air kunyit, santan, minum. Obat, sakit pada badan, daun kayu puring, digosok, dengan air hangat, sebagai airnya, dilulurkan. Obat, lupa, sarana, pulasari, kencur, beras yang dipanggang, digerus lalu dilulurkan. Obat, perut bengkak, sarana, daun timaha, cekweh, genten,

(20a) rokabeh, pipis, inūm arap wtöngnyā. Nyan tambā tiwang brahmā, śa, wwaning bungkak samsam, trikatukā, bras akidik, yen laranyā maluwang, mandëlik socanyā, tiwang bangke, nga, śa, kakap, trikatukā, sëmbaraknā. Mwang yan kukul tangan mwang sukunyā, tiwang guritthā, nga, śa, rwan madhuri kang jnar, trikatukā, arapaknā. Yanyā mutah - mutah, tiwang balubur, nga, śa, kakap tang jnar, 7, lëmbar, ulungan rwan jruk linglang, 7, lëmbar, trikatukā, ma, ong ki tiwang blabūr, tumbëng baher mantrangku. Tahap. Iti tumbal tiwang, śa, batun kapas, ungkun dening rwan awar –
(20a) dicampur semua, dilumatkan, minum dan lulurkan pada perut. Ini obat tiwang brahma, sarana, daun kelapa muda yang dicincang, trikatuka , sedikit beras, jika sakitnya kaku, matanya mendelik, tiwang bangke, namanya, sarana, kapkap, trikatuka , semburkan. Lagi jika genggaman tangan dan kakinya, tiwang gurittha, namanya, sarana, daun meduri yang kuning, trikatuka , dilulurkan. Jika muntah-muntah, tiwang balabur, namanya, sarana, kapkap yang kuning, 7 lembar, daun jeruk nipis yang sudah jatuh, 7 lembar, trikatuka , mantra, ong ki tiwang balabur, tumbeng baher mantranku (Ya, Ki Tiwang Balabur, tumbanglah oleh keampuhan mantraku), diminum. Ini tumbal tiwang, sarana, batun kapas (batu kapas)campur dengan daun awar –

(20b) awar, tanëm arëping lawang kang agring, ma, jambe urung, urung tunggal, wurung kabeh, urung pande pti upang ajì, pangumik, pangalah, pañawang, pangalah tan pasasaput, tan pasasabuk. Mwah mantra ning ananëm, ma, nini tangar, kaki tangar, kaki kmitanā nghulun, da mambahang leyake mai, 3. Ta, tiwang babai, mwah tiwang gombeng, śa, cabe krusuk, trikatuka, bras bang, pipis arapaknā. Manih, śa, kunir, trikatukā, apuh bubuk, pipis urapknā. Ta, tiwang ayan pëdëm bangunang, tur mandëlik, tiwang tojos, nga, śa, rwaning kampinis, bwang bāng, ngatut akah, puh i –
(20b) awar, tanam di depan pintu orang yang sakit, mantra, jambe urung, urung tunggal, wurung kabeh, urung pande pti upang aji, pangumik, pangalah, panawang, pangalah tan pasasaput, tan pasasabuk (jambe urung dan urung tunggal, semuanya batal, semua kalah tanpa selimut, dan tanpa sabuk). Dilanjutkan dengan mantra pada waktu menanam, mantra, nini tangar, kaki tangar, kaki kmitana nghulun, da mambahang leyake mai, 3x (Kaki dan Nini Tangar, jagalah hamba, jangan memberi jalan desti itu kemari, 3x). Obat , tiwang babahi, dan tiwang gombeng, sarana cabai yang dipanggang, trikatuka, beras merah, digerus kemudian dilulurkan. Lagi, sarana, kunyit, trikatuka, apuh bubuk (bubuk pamor), digerus dilulurkan. Obat, tiwang ayan diselingi bangun dan tidur, dan mendelik, tiwang tojos, namanya, sarana, daun kampinis, bawang merah, sampai ke akarnya, tutuh hi-

(21a) _- rungnyā, inūmnyā, śa, rwaning mimba, cārmman kamanduk, cukā tahun, arak, kabang kakawā ring tembok, mantrani dening mantran tiwang. Yanyā pdëm bangunang, tiwang utara, nga, ta, śa, tain sekṣek, ati gamongan, trikatukā, arap dadanyā. Yanyā larā ring pusër, tiwang kënul, nga, ta, śa, micā, 1, bṣik, rwaning samañjahi, trikatuka, tampëlaknā pusërnyā. Tiwang tkā lemöng, mangurëkurëk, tiwang mong, nga, śa, babakan bila, kulit wohnyā kawaṣā, raab dañuh, sami gsöng, trikatukā, pipis, dwi idubāng, urapaknā. Ratu mañja –
(21a) -dungnya, diminumkan, sarana, daun intaran, kulit pohon kamanduh, air cuka yang sudah lama, arak, abang kakawa (sarang labah-labah) yang ada di tembok, dimantrai dengan menggunakan mantra tiwang. Jika bangun tidur, tiwang utara, namanya, obat, sarana, serbuk kayu dipan yang dimakan rayap, ati / inti lempuyang, trikatuka , lulurkan pada dadanya. Jika sakitnya pada pusar, tiwang kenul, namanya, obat, sarana, merica, 1, butir, daun samanjai, trikatuka, tempelkan pada pusarnya. Tiwang atau sakit yang datangnya tengah malam, melilit-lilit, tiwang mong, namanya, sarana, kulit pohon bila, kulit buahnya juga dapat dipakai, atap dari daun kelapa yang sudah tua, semua dibakar, trikatuka, dilumatkan, air indubang (ludah merah), diborehkan. Ratu manja-

(21b) ya manggawe tiwang, mangëtor awaknyā nora glëm, tiwang linūh, nga, ta, śa, umbin paspasan, umbin kaṣā, batu këmbung, sampar wantu, mica, katumbah, lëmbātaknā, ma, idhëp wiṣṇu aturu, mulih ring dagingku sidhëm ya namah śwahā. Yan këbus awaknyā nora glëm tur mangëtor, tiwang angin, nga, ta, salwiring kayu tongosin kabāng, cārmmane toktok, luhun dadah ëngsut di kabangnge, jëbugarum, gintën cmöng, wdaknā, ma, ah sirā, 3, ring
(21b) -ya yang sumber penyakitnya (tiwang), menggigil tubuhnya tetapi tidak seperti orang sakit, tiwang linuh, namanya, obat, sarana, umbi paspasan, umbi kasa, batu kambing yang ada di parit, samparwantu, merica, ketumbar, dilumatkan, mantra, idhep wuku aturu, mulih ring dagingku sidhem ya namah swaha (pikiran wuku tidur, kembalilah pada dagingku). Jika panas tubuhnya tetapi tidak sakit dan menggigil, tiwang angin, namanya, obat, segala kayu yang terdapat sarang labah-labah, kulitnya di toktok atau iris, sampah daun yang sudah kering dan menyangkut pada sarang labah-labah, jebuggarum , ginten hitam, dilulurkan, mantra, ah sira, 3x (ah, beliau, 3x), pada

(22a) bayu gnahnyā, ma, sadpadha angūmbāng sarì śakti, tka lukat raṣa ning yeh ñom, 3, jöng yan mangënëk ulun angën, tūr mamëpët, tiwang sindurāja, nga, ta, krikan kau, dwan tabu, palit uyah, micā, 7, bṣik, sëmbarraknā, ma, sūkṣmā pada, raṣa paddhā, ah uh, 3. Yan bṣëh kñāng ototnyā kaukauk, tiwang baruwang, nga, ta, we jruk linglāng, nggen papërës, ma, samalahin, idā mayoghā hi mahin, tkā ngëb, jöng, 3, marajā waṇna, kita angakita angaki ngraṣā, angakit wiṣṇu, angakit lëh, arëbi śakti, jöng, 3. Yan masambat - sambat wtëngnyā, tiwang guritthā, nga, ta, muñcuk
(22a) nafas tempatnya, mantra, sadpadha angumbang sari sakti, tka lukat rasa ning yeh nyom, 3x, jong (kumbang terbang menghisap sari kesaktian, datang membersihkan rasanya air dingin, 3x). Jika terasa nek pada hulu hati, dan sesak, tiwang sinduraja , namanya, obat, kerikan batok kelapa, daun tebu, garam yang mengkristal, merica, 7, butir, semburkan, mantra, suksma pada, rasa paddha, ah uh, 3x (gaiblah semua, rasa sama-sama, ah, uh, 3x). Jika sembab atau bengkak dan otot terasa kaku disertai rintihan, tiwang baruwang, namanya, obat, air jeruk nipis, dibuatkan perasannya, mantra, samalahin, ida mayogha hi mahin, tka ngeb, jong, 3x, maraja wanna, kita angakita angaki ngrasa, angakit wisnu, angakit leh, arebi sakti, jong, 3x (samalahin, beliau beryoga, datang dan sembuh, beraja hutan, engkau merakit rasa, Wisnu, leh dan sakti, 3x). Jika perutnya bersuara-suara, tiwang gurittha , namanya, obat, pucuk

(22b) sëmbung, mban lawang, we jëruk linglāng, tahap, panglëbūrraning lara wighnā ring wtëng, ma, aja mandilak ikang bwaṇnā ya nama swahā, lukat kawah, lukat ātma, jöng, 3, yah. Carutcut - carutcut ring jro wtöng, tiwang rakaṭa, nga, ta, bungan awon, mica, ulig, we cukā, ma, idpaku puṣpāta wang, mulih kita ring batu macpak, ah uh, mnöng, jöng, lepaknā. Yan maluwang mangañcakañcuk, malulunan, tiwang sindu rājā, nga, ta, jru trikatuka, ma, ong atma jilihah, tkā kërët, jöng, 3, wdaknā, ta, salwir ring tuju. Gnit awaknyā kadi bulenan, knā rājā panulah, ta, bangle, cabe
(22b) daun sembung, mban lawang, air jeruk nipis, diminum, pembersihan kotoran (segala penyakit) pada perut, mantra, aja mandilak ikang bwanna ya nama swaha, lukat kawah, lukat atma, jong, 3x, yah (jangan melihat dunia itu, bersihkan kawah, bersihkan manusia, 3x). Berjalan melilit-lilit pada perut, tiwang rakata , namanya, obat, abu dapur (bungan awon), merica, digerus, air cuka, mantra, idpaku puspata wang, mulih kita ring batu macpak, ah uh, mnong, jong (pikiranku bernama manusia, pulanglah engkau ke batu macpak, ah, uh, diam), dilulurkan. Jika kaku terasa menusuk-tusuk, berjalan / berputar, tiwang sinduraja, namanya, obat, jruju trikatuka, mantra, ong atma jilihah, tka keret, jong, 3x (Ya, atma jililah, datang ikat dengan kuat, jong, 3x), urapkan, Obat untuk segala penyakit tuju. Gatal tubuhnya seperti bulenan (pada kulit muncul lingkaran putih dan tebal), terkena raja panulah (kutukan), obat, bangle , cabai-

(23a) bungkut, tampuyak, miñcid wot bagatul, ma, ong jula julitā, aja nglaranin, gilahin, tkā luwar, 3, pipis wdaknā. Mandus yeh angët, palapahnyā rwan tinghulun, katëmpūr sami ṣeśa, ma, sari gtih urip, sari ātmā urip, jöng, 3. Nunggak - nunggak awaknyā, tiwang katket, nga, ta, babakan bangyang, katumbah, bawang, sëmbaraknā. Kriyak - kriyok wtöngnyā, tiwang balabūr, nga, ta, jahe lëkak, 3, iris, sëmbaraknā. Mëpët - mëpët angkihannyā, yen meling, tiwang brare, nga, babakan kelor, masuwi, isen, 3, iris, wdaknā ulu-
(23a) plirut, tampuyak, dedak, mantra, ong jula julita, aja nglaranin, gilahin, tka luwar, 3x (Ya, Jula Julita, jangan menyakiti, pergi dan enyahlah), digerus lalu diborehkan. Mandi dengan air hangat, campurannya daun tingulun, lebur semua sampai bekas-bekasnya, mantra, sari gtih urip, sari atma urip, jong, 3x (sari darah hidup, sari atma hidup, jong, 3x). Jika bernafas sakit ditusuk-tusuk tubuhnya, tiwang ketket, namanya, obat, kulit pohon bangyang, ketumbar, bawang, semburkan. Merintih-rintih (kriyak-kriyok) perutnya, tiwang balabur, namanya, obat, jahe pahit, 3, irisan, semburkan. Sesak nafas, jika ingat, tiwang brare, namanya, kulit pohon kelor, masuwi, lengkuas, 3, irisan, diborehkan. Hulu-

(23b) - n hati mambatu, tan eling, tiwang angin, nga, ta, tabya bungkut, bangle, kunir warangan, sëmbaraknā. Yan bahag awaknyā, socānyā kuning, tiwang brāhmā. Nga, ta, śa, babakān jëpun, jahe, 3, iris, sëmbarraknā. Yan këbus awaknyā pluh pidit, basang malulunan, sring amalaku toyā, tiwang ghni, nga, ta, babakan nangkā, trikatukā, sëmbarraknā. Yan bṣëh wtöngnyā, mëpët ulun hati nora meling, tiwang bahi, nga, ta, śarana, babakan buu, uyah mañañah, sëm-barraknā. Nunggek nunggek awaknyā, tiwang lele, nga, ta, śa, baba –
(23b) hati terasa bengkak, tidak sadarkan diri, tiwang angin, namanya, obat, cabai plirut, bangle , kunyit warangan , semburkan. Jika merah badannya, matanya kuning, tiwang brahma, namanya, obat, sarana, kulit pohon kamboja, jahe, 3, iris, semburkan. Jika tubuhnya panas dan keringatnya bercucuran, perut melilit, sering meminum air, tiwang ghni, namanya, obat, kulit pohon nangka, trikatuka , semburkan. Jika perutnya sembab atau bengkak, hulu hati terasa sesak dan tidak ingatkan diri, tiwang bahi, namanya, sarana, kulit pohon buu, garam disangrai, semburkan. Menusuk-tusuk tubuhnya, tiwang lele, namanya, obat, sarana, kulit –

(24a) - kan tinghulun, isen kapur, kunir, padha ma, 3, iris, nūli sëmbar. Yan bësöh wtöngnyā, mëpët uluh hati nora meling, tiwang bawi, nga, ta, śa, babakan buu, uyah mañañah, sëmbarraknā. Yan curut - curut mamëpët, tiwang tikut, nga, ta, śa, trikatukā, sëmbarrang. Yan ngabëtbët awaknyā, tiwang asu, nga, ta, śa, babakan ahā, iñjin, bras barak, sëmbaraknā. Yan gënit awaknyā, tiwang jawat, nga, ta, śa, babakan kananggā, kacupit waru, 7, muñcuk, sëmbarraknā. Këbus awaknyā pakāñëtñët, mwang pakañëtñët, tuju ghni, nga,______ ta, śa, baba –
(24a) -t pohon tingulun, lengkuas kapur, kunyit, masing-masing , 3 iris, kemudian semburkan. Jika bengkak atau sembab perutnya, hulu hati terasa sesak dan tidak ingatkan diri, tiwang bawi, namanya, obat, sarana, kulit pohon buu, garam yang disangrai, semburkan. Jika berputar / berjalan-jalan dan terasa sesak, tiwang tikus, namanya, obat, sarana, trikatuka , semburkan. Jika berdenyut-denyut tubuhnya, tiwang asu, namanya, obat, sarana, kulit pohon aa, ketan hitam, beras merah, semburkan. Jika terasa gatal tubuhnya, tiwang jawat, namanya, obat, sarana, kulit pohon kenanga, tunas pohon waru, 7, pucuk, semburkan. Panas tubuhnya menggigit-gigit, dan menusuk-tusuk, tuju ghni, namanya, obat, sarana, kulit-

(24b) - kan jruk, babakan ñambu er putih, bawang, sëmbarraknā. Yan këbus awake makā ukud, tuju gumi, nga, ta, śa, akah pucuk putih, akah ikuh lutung putih, ckuh, adas, sömbarrang. Ta, bawong juwëh, śa, akah dauśa, akah bëkul, akah gangyang, trikatukā, urapaknā. Ta, bangkyang juwëh, śa, kunir warangan, jbugarūm, arapaknā. Manih, śa, gamongan, pulāsahi, urapaknā. Ta, buh ring jro mambarah, jampi siṣyā kunang, śa, pañcarsoṇā, atin langkwas, ckuh, gulā, santën kane, sindrong śadharaṇā, bangkëtmu, tahap, mwang lepaknā.
(24b) -t jeruk, kulit pohon jambu air putih, bawang, semburkan. Jika tubuh panas semuanya, tuju gumi, namanya, obat, sarana, akar kembang sepatu putih, akar ikuh lutung putih, kencur, adas, semburkan. Obat, leher terasa kaku, sarana, akar dausa, akar bekul, akar gangyang, trikatuka , dilulurkan. Obat, pinggang terasa kaku, sarana, kunyit warangan , jebuggarum , dilulurkan. Lagi, sarana, lempuyang, pulasari, dilulurkan. Obat, perut kembung dan panas, jampi wisya penyakitnya, sarana, pancarsona, hati lengkuas, kencur, gula, santan kental, isinrong secukupnya, air temu , diminum, kemudian dilulurkan.

(25a) yan barah batu ring jro, ta, śa, mamëniran, kakang api, cabe, bangle, we idubāng, ma, kbëlang- kbëling, mamukaling - mamukaling, buh balada, lampah tambā, tkā surud, tkā, singgah, mandi akal kita, ah, 3. Ta, barah ring jro, idu drës mijil tan pgat, śa, tmu tis, rwan pañcarsoṇā, gintën, yan arëp angët, gintën dena kweh, yan arëp atis, kdik gintënyā, tahap. Ta, awakka panas, śa, rwan dhauṣā kling, trikātukā, lunak, sëmbarrakna. Manih, śa, rwan pucuk bhāng, dauṣā kling, bañuning sajöng, wdaknā. Manih, śa, rwan kayu puring, bangkët kunir,
(25a) jika perut membengkak kaku, obat, sarana, daun kemenir, kerikan abu mamah Pon (Bali : mulut dapur tempat memasak), cabai, bangle , air indubang (ludah merah), mantra, kbelang- kbeling, mamukaling-mamukaling, buh balada, lampah tamba, tka surud, tka, singgah, mandi akal kita, ah, 3x (Kbelang kbeling, manukaling, sakit perut membesar, perjalanan obet hancurkanlah dan sembuhlah, 3x). Obat, Bengkak di dalam perut, ludah terus keluar tiada henti, sarana, temu tis , daun pancarsona, ginten , jika diinginkan yang hangat, perbanyak ginten nya, untuk mendapatkan yang dingin, kurangi ginten nya, diminum. Obat, tubuh terasa panas, sarana, daun dausa kling , air arak, dilulurkan. Lagi, sarana, daun kayu puring, air kunyit,

(25b) patining lunak, cuka tahun, wdhaknā. Ta, awak panas, śa, rwaning sëmbung, ñuh tunu, pipis dena lëmbat, lepaknā. Ta, panas tis, śa, gamongan, lëngā tanūsan, pipis wdhaknā. Manih, śa, jëbugarum, we ktan gajih, wdhaknā. Ta, awaknyā panas, śa, bwah base, bras bāng, pipis wdhaknā. Ta, panas marapuh, śa, ñuh adas, jruk linglāng, bloñohaknā. Ta, panas tis, śa, gamongan, tingkih, bawang adas, pipis prës dadah bloñohaknā. Ta, tan mtu pluh, śa, rwan pule, trikatukā, santën kane, kinla,
(25b) ditambahkan asam, cuka yang sudah lama, dilulurkan. Obat, tubuh terasa panas, sarana, daun sembung, kelapa yang dibakar, digerus sampai halus, lulurkan. Obat panas dingin, sarana, lempuyang, minyak kelapa, digerus lalu dilulurkan. Lagi, sarana, jebuggarum , air ketan gajih , dilulurkan. Obat, tubuh terasa panas, sarana, buah sirih, beras merah, digerus lalu dilulurkan. Obat panas demam, sarana, kelapa, adas, jeruk nipis, dilumatkan. Obat panas dalam, sarana, lempuyang, kemiri, bawang, adas, digerus diperas dan rebus hasil lumatannya. Obat, tidak dapat keluar keringat, sarana, daun pule , trikatuka , santan kental, rebus,

(26a) blonyohaknā. Ta, grah uyang, śa, paspasan, padhang lëpas, lunak tanëk, adas, dadah, wdhaknā. Ta, uyang, balasah, buka panggang, śa, pule, bawang, adas, wwe jruk linglāng, tahap. Ta, panas uyang ngayingan, śa, kayu tulak, kayu sāngkā, dauṣā kling, caṇdanā, we limo, wdhaknā. Ta, panas karaṣā ring jro, śa, mëmëniran, paspasan, adas, sarì, dadah, bloñohaknā, sëmbar kawaṣā. Ta, panës ring jro, śa, wwan sidagwih, dhuhi santën, inūm. Manih, śa, sumanggi gunung, adas, duhi santën,
(26a) dilumatkan. Obat, panas pusing, sarana, paspasan, padang lepas, lunak hasil rebusan, adas, rebus, lulurkan. Obat, bingung, tidak dapat tidur, seperti kepanasan, sarana, pule , bawang, adas, air jeruk nipis, diminum. Obat, panas kebingungan, sarana, kayu tulak , kayu sangka , dausa kling , cendana, air limau, lulurkan. Obat, terasa panas dalam perut, sarana, daun kemenir, paspasan, adas, sari, rebus, lumatkan, juga dapat disemburkan. Obat, panas di dalam perut, sarana, daun sidaguri, dicampur dengan santan, diminum. Lagi, sarana, semanggi gunung, adas, ditambah santan,

(26b) tahap. Manih, śa, tambo kutuh, tombong, bakar, ktan gajih, bwang tambus, puhaknā irūngnyā. Ta, ëngëd lawas tan warās, śa, gintën, ji, 5, lunak tanëk, śrë bāng, uyah, cuka tahun, tahāp ring dadasār cmöng. Ta, gumigil, tan kwaṣā mangawe, śa, damin dapdap, pañcarsonā, sumpit pule, tum kuskus, bwang tambus, wwenyā iragan bras, tahap. Ta, jampi wangke, lara ring lambe, ring ilat, alëk ambacin, śa, wwan dapdap, wan këndal, carmman turi bāng, sulaśih mrik, tum kuskus, mbanyāgagambiran anom, adas,
(26b) diminum. Lagi, sarana, tambo kutuh, tombong / mumbang kelapa, dibakar, ketan gajih , bawang dibakar, tutuhkan pada hidungnya. Obat, dingin berkepanjangan tidak kunjung sembuh, sarana, ginten , sebanyak, 5, asam hasil rebusan, terasi merah, garam, cuka yang sudah lama, diminum dengan memakai batok kelapa hitam. Obat, menggigil, tidak mampu untuk makan, sarana, kerikan pohon dadap, pancarsona, tunas pohon pule , ditum dan dikukus, bawang dibakar, airnya rendaman / gosokan beras, diminum. Obat, jampi wangke, sakit yang terdapat pada bibir, pada lidah, sembelit, sarana, daun dadap, daun kendal, kulit pohon turi merah, sulasih yang harum, ditum dan dikukus, campurannya gegambiran muda, adas,

(27a) pulasahi, sari lūngid, bwang tambus, tahap. Ta, jampi agung, laranyā mamëngkā, ring wtöng kaku, ring ulun hati sada ngangah, mwang hnëk, makokohan tan pgat, sada tngal, śa, akah kutat këdis, akah ñuh mulung ne ngūdā, lublubuu, wor ring tasik, bwang tambus, bhālulang kbo, wiansuhan dena brëśih, pres pëṇdëm, tahap. Sëmbar ring waduk, mwang uluh hati, śa, babakān pule tbël, ñuh matunū, tmu tis, katumbah, babolong. Ta, sabaha bëngkā mwang warang, śa, mëmëniran, sumanggi gunung, cārmmān pule, wwe ktan gajih, rëmëk dhaging, tahap. Ta,
(27a) pulasari, sari lungid, bawang yang dibakar, diminum. Obat, jampi agung, sakitnya membengkak, pada perut kaku, di hulu hati terasa perih, lagi nek, batuk tiada putus, dan kering, sarana, akar kutat kedis, akar kelapa hijau yang masih muda, dikerik, dicampur dengan garam, bawang yang dipanggang, kulit kerbau, dicuci hingga bersih, perasannya diendapkan, minum. Semburkan pada perut, dan hulu hati, sarana, kulit pohon pule yang tebal, kelapa yang dibakar, temu tis , ketumbar, babolong. Obat, sabaha bengka (panas dalam bengkak) dan kemerahan (warang), sarana, daun kemenir, semanggi gunung, kulit pohon pule , air ketan gajih , isinya semua diremas, minum. Obat,

(27b) pulasahi, sari lūngid, bwang tambus, tahap. Ta, jampi agung, laranyā mamëngkā, ring wtöng kaku, ring ulun hati sada ngangah, mwang hnëk, makokohan tan pgat, sada tngal, śa, akah kutat këdis, akah ñuh mulung ne ngūdā, lublubuu, wor ring tasik, bwang tambus, bhālulang kbo, wiansuhan dena brëśih, pres pëṇdëm, tahap. Sëmbar ring waduk, mwang uluh hati, śa, babakān pule tbël, ñuh matunū, tmu tis, katumbah, babolong. Ta, sabaha bëngkā mwang warang, śa, mëmëniran, sumanggi gunung, cārmmān pule, wwe ktan gajih, rëmëk dhaging, tahap. Ta,
(27b) jampi amengka (membengkak), sarana, buah delima, daun simbukan hitam, diremas, airnya arak, diminum. Obat, sakit perut, sarana, air gosokan cendana, kemiri, bawang yang dibakar, di minum. Lagi, sarana, jebuggarum, cendana, ketan gajih , perasannya diminum. Obat, arak secukupnya, madu secukupnya, cuka secukupnya, diminum setiap hari, orang yang sakit perut sembuh karenanya. Obat, pamali, sakit melilit, pada perut, pada hati, tubuh seperti ditusuk-tusuk tiada tahan, sarana, air gosokan cendana, kemiri, bawang yang dipanggang, diminum. Lagi, sarana, jebuggarum , trikatuka, dihaturkan pada (sendi) atau telapak kaki –

(28a) ning jinöng, mulu lor wetthan, sëmbar gringnge denta. Manih, ron kasinen, ulungan dapdap, isen, kunir, tingkih, bawang, sindrong gnëp, sëmbar gnahhe agring. Manih, ulungan dapdap, gamongan, kunir, tingkih, bawang, sëmbar. Yan yā mëpët - mëpët atinyā ning luhur, budëng tatmunën ikā, ta, śa, bangkëtmu, micā, 21, bṣik, gilut. Yan masih agring, śa, patining bangle, gintën, tahap. Ta, ati hnëk, tan knā alungguh, mwang wangkongnyā larā, budëng kalingsih, nga, ta, śa, rwan kadal, binakār, muṣi sajumput, den akeh, patinyā inūm, wëdaknyā myana irëng, adas
(28a) lumbung, menghadap ke timur laut, sembur (usir) penyakit olehnya. Lagi, daun kasiden, jatuhan daun dadap, lengkuas, kunyit, kemiri, bawang, rempah-rempah lengkap (isinrong genap), semburkan pada tempat si sakit. Lagi, jatuhan daun dadap, lempuyang, kunyit, kemiri, bawang, semburkan. Jika sesak hatinya pada bagian atas, budeng ta temu tersebut , obat, sarana, air temu , merica, 21, butir, peras. Jika masih terasa sakit, perasan Bangli, ginten , minum. Obat, hati nek, tidak dapat duduk, dan punggungnya sakit, budeng kalingsih, namanya, obat, sarana, daun kadal, dibakar, musi sejumput, banyak juga bisa, perasannya diminum. Lulurannya, daun myana hitam, adas,

(28b) tingkih. Ta, puruh, śa, jahe, rajah kayeki,___________ , bawang rajah kayeki,_________ , ma, ong bhaṭārā I luh ayoga ngadëging panonku, tkā sanak, rëp siddhā mantrānku. Nihan patngërraning wiṣyā, lwirnyā, yen tan pabaya, upas tahun anglaranin, śa, weh jruk, gulā, isindrong, pipis patinya inūm. Yan kuning kukunyā, krikan gangṣā nglarani, śa, ëncëh bebek, kunir warangan, tahap. Yen jnar socanyā, asmu bāng, upas dewek anglarani, śa, carmman poh ijo, lunak tanëk, wenyā bayëm puring, inūm.
(28b) kemiri. Obat kepala pusing (puruh), sarana, jahe, rajah seperti ini,________ bawang rajah seperti ini,________ mantra, ong bhatara I luh a yoga ngadeging panonku, tka sanak, rep siddha mantranku (Ya, Bhatara I Luh beryoga berdiri mataku, ampuhlah mantraku). Inilah tanda-tanda tentang penyakit, di antaranya, jika nafas hampir meninggalkan raga, upas tahunan menyakiti, sarana, buah jeruk, gula, isinrong (rempah-rempah), dilumat, airnya diminum. Jika kukunya (tampak) kuning, krikan gangsa, (sumber) penyakitnya, sarana, air kencing bebek, kunyit warangan , di minum. Jika matanya kuning kemerah-merahan, upas dewek yang menyakiti, sarana, kulit mangga hijau, asam yang direbus, air bayam puring, diminum.

(29a) Yen matra kukunyā marawat bāng, upasing hysng nglarani, śa, dūkut kuraṣṭi, adas, bawang tambus, inum. Mata bang kadi mtu, kawaśa uyang, pipilingan kadi clëk, kuku bhirū, upas manglarā, tawarrën. Ta, untu ogah tūr gatël, knā warangan ikā, kukūrah I we angët. Gumigil, tan pantarā, turra watuk, tan papgatthan, knā raratusan, śa, rwan pucak putih, tan patlak sakawit, inum, japën panawar, wdaknyā rwaning katepeng, tutuhnyā wwan jahuti, kasisat putih, sari
(29a) Jika mata kukunya tampak kemerahan, upas hyang yang menyakiti, sarana, akar paku nasi, adas, bawang yang dipanggang, diminum. Mata merah, seakan hendak keluar, senantiasa gelisah, pelipis mata bagai ditusuk, kuku (tampak) biru, racun yang menyebabkan, hendaknya diobati. Gigi goyah dan gatal, itu terkena racun warangan , dikumur dengan air hangat, menggigil kedinginan, dan batuk yang terus menerus, terkena reratus (campuran racun), sarana, daun kembang sepatu putih termasuk akar, dan kulitnya, diminum, dimantrai dengan mantra penawar, borehnya daun ketepeng, ditetesi boreh dahuti, kasisat putih, sari –

(29b) kuning, kalëmbak kasturi, pūhaknā, yan kumtër paglangganing tangan, knā cṭik ika, pūhaknā. Wnang tinawar. Yan kënā cṭik upasmat, nga, śa, candanā, asak ring dulang dulangan. Tain ñulati, carmman bëngkël, carmman këndal, carmman waru, sami panggang, haywa winalik, pipis, we bayu wenyā, inūm, ma, ong haya gumi, kewū hana jadma manūṣā, tejā gumi hana tejā manūṣā, bhaṭārā gaṇa manūṣā, amalaku kaśakten, maka siddhyā mandi mantrangku. Ta, tan knā anguyuh, śa, bañuning bras, sindrong, gagambiran, tahap, sida mtu denyā.
(29b) kuning, klembak, kasturi, teteskan, jika pergelangan tangannya terasa gemetar, itu terkena cetik (racun), teteskan, hendaknya di obati. Jika terkena cetik (racun) upasmat , sarana, cendana digosokkan pada dulang, tahi nlati (sari-sari tanah), kulit pohon bengkel, kulit pohon kendal, semua dipanggang tanpa dibalik, dilumatkan, air saringan airnya, diminum, mantra, ong hayu gumi, kewu hana janma manusa, teja bhumi hana teja manusa, bhatara hana manusa, amlaku kasakten, siddhya mandi mantranku (Ya, damailah bumi, ada manusia, sinar bumi dan sinar manusia, Bhatara, ada manusia menggelar kesaktian, ampuhlah mantraku), Obat tidak bisa kencing, sarana, air beras, isinrong gegambiran, minum, berhasil lancar karenanya.

(30a) Ta, tan knā angising anguyuh, tai buritan, nga, śa, kakap, pulasahi, bawang, adas, uyah, sëmbar sikṣikannyā. Maka arap silit katak, śa, āmbën canging, akah jaruju, pulāsahi, bawang adas. Maka inūmnyā, śa, lëngis tānūsan, atakëh, wwe jruk linglāng, atakëh, uyah uku, tahap. Manih, śa, babakan tingkih, we cukā, tahap. Ta, tan knā ngising, śa rwaning kaliki ne dumlā, winjëk, lunak, santën, bawang goreng antuk muluk celeng, tahap. Ta, btëg, śa, inan kūñit warangan, babakañ canigarā, babakan tingulun, wdhakaknā. I
(30a) Obat, tidak dapat berak dan kencing, tai buritan, namanya, sarana, kapkap, pulasari, bawang adas, garam, semburkan pada bagian bawah pusarnya. Sebagai lulurannya pada bagian bawah punggung, sarana, akar pohon canging, akar jaruju, pulasari, bawang adas. Sebagai minumannya, sarana, minyak kelapa, secukupnya, air jeruk nipis, secukupnya, air garam laut, minum. Lagi, sarana, kulit pohon kemiri, air cuka, diminum. Obat, tidak dapat berak, sarana, daun jarak muda, diremas, asam, santan, bawang yang digoreng dengan lemak babi, minum. Obat, bengkak-bengkak (bteg), kunyit warangan yang sudah tua, kulit pohon canigara, kulit pohon tingulun, diurapkan. I-

(30b) - ki tëngran wong mati, yan kajumput carmānyā wong agring, raris, lëslësaknā, kari kadi kajumput uni carmmanyā, pjah wang mangkānā. Malih yan tinhën nakanyā ring kuku wus tinhën, yan tan asmu abāng, pjah wang mangkanā. Ta, awak panas, śa, kakap gantung, sësëb mangde agal, bjëk antuk uyah arëng, wus mabjëk, mdhaging isen makikih, gamongan makikih samā ring isen, katumbah, babolong, damök antuk toyañ canaṇā, ingasab, raris kus-kus, sāmpun ratöng, sëmbaraknā kabeh. Makā harëp, ring buku - buku, śa, babakan nagasari, ckuh, pulāsahi. Ta, rare awa –
(30b) -ni tanda-tanda orang meninggal, jika kulit orang yang sakit tampak keriput, kemudian terasa putus-putus, masih seperti tadi keriput kulitnya, orang tersebut dapat dikatakan mati. Lagi jika ditekan kukunya pada kuku (yang memeriksa) setelah ditekan, jika tiada tanda kemerahan, orang tersebut dikatakan mati. Obat, tubuh terasa panas, sarana, kapkap gantung, cincang supaya halus, diremas dengan garam dapur, setelah diremas, ditambahkan lengkuas yang dikikir, lempuyang yang dikikir sama dengan lengkuas, ketumbar, babolong, di aduk dengan air cendana, bekas gosokan, kemudian dikukus, setelah masak, disemburkan semua. Pada setiap bagian tubuh, sarana, kulit nagasari, kencur, pulasari. Obat, anak__ yang badan-

(31a) - k panas, śa, rwan gëntawas, bjëk antuk uyah, urab antukl apā kinikih, pes tambus, wus ratöng, sëmbarraknā awak kabeh. Ta, pamëñcah mwang bṣëh ring wtöng, śa, tibah sumëntal, sindrong jangkëp, we ñah kinlā, wus ratëng, tahapaknā. Makā panampël ring ulun ati mwang ring wtöng bṣëh, śa, wong kilas clagi, misi lunak tanëk, sindrong wayah, demök ring santën kana, alëdin dawun tibah, rinajah garuddhā, tampëlaknā. Ta, salwirring tilas, śa, rwaning kangkang yuyu, bwah përon, tawan, sindrong wayah, lënga tanusan, ikā anggen gino –
(31a) -nya panas, sarana, daun gentawas, diremas dengan garam, di campur dengan kelapa yang dikikir, dipepes, setelah matang, semburkan pada seluruh badan. Obat, memecahkan dan perut yang bengkak, sarana, mengkudu yang mentah, rempah-rempah lengkap (isinrong jangkep), limbah air garam, direbus, setelah matang, diminumkan. Sebagai obat menempelkan pada hulu hati dan pada perut yang membengkak, sarana, wong / jamur kilas clagi, berisi asam yang direbus, rempah-rempah (isinrong wayah), dicampur dengan santan kental, dialasi dengan daun mengkudu, di rajah garuda, tempelkan. Obat, segala tilas (penyakit kulit), daun kangkang yuyu, buah peron, tawas, rempah-rempah (isinrong wayah), minyak kelapa, itu digunakan dan digo-

(31b) - reng, wus ratöng, wolesaknā. Malih makā pamasëh, śa, isen atënggëk manuk, rwan dapdap, pinipis, amet prësanña, nggen mamasöh. Malih makā panëtël, śa, klungah sinluh ring ñambuk, binakār, sāmpun karaṣā angët tëtëlaknā. Ta, pañampi wtöng kanin ring jro, śa, isen, candanā, padha ingasab, ginawe toya wedang, sāpun umuluh luwabanñane, tibaning prapatthan, ring madhyā ning prapatthan, patining asaban candanā, asaban isen, sendok ping tlu, tahap. Ta, gring ka –
(31b) -reng, setelah masak, dioleskan. Lagi sebagai sarana membersihkan, sarana, lengkuas atenggek manuk, daun dadap, digerus, ambil perasannya, dipakai untuk membersihkan. Lagi sebagai penekan dengan halus berkali-kali, sarana, buah kelapa muda diambil bersama dengan serabutnya, dibakar, sesudah dirasa hangat ditekan-tekan dengan halus. Obat, penawar luka perut di dalam, sarana, lengkuas, cendana, sama-sama digosok, dibuatkan air seduhan, sesudah mendidih airnya, seperempat, dengan setengah perempat, air gosokan cendana, gosokan lengkuas, disendok tiga kali, minum. Obat, sakit men-

(32a) dadak, ngutah mising, mwang malolongan, upas bngāng denyānglarani, śa, akah nāmbu er, akah padang blulang, bras bāng, ktan gajih, bawang tambus, pipis prësaring, tahapaknā. Haji montong, śa, waning ambulu, waning karuk, mica, pipis dena lëmbat, asaban timbrah, winehan madhu, urapaknā ring paṣṭā, sakarëptā siddha, bratanya tan katmu ring istri, 3, rahinā. Pamagöng paṣṭa, śa, pijër cihnā, damār selā, pipis, dhuhing madhu, tahap marëp mangetthan, sidā pañjang denyā. Ta, panglanang, bubur ktan gajih, bañu ning sajëng manis, bëbëhin micā,
(32a) mendadak, muntah berak, dan keras, upas bengang yang menyakiti, sarana, akar pohon jambu air, akar padang blulang, beras merah, ketan gajih , bawang yang dibakar, digerus, diperas disaring, diminumkan. Haji montong, sarana, daun ambulu , daun karuk , merica, digerus sampai halus, gosokan air ketumbar, ditambahkan madu, dioleskan/ diurapkan pada penis, sebisanya, pantangannya tidak bersenggama dengan istri, 3, hari. Memperbesar penis, sarana, pijer cihna, damar sela, digerus, dicampur madu, minum menghadap ke timur, dapat panjang karenanya. Obat supaya kuat (panglanang), bubur ketan gajih , air tuak manis, dibubuhi merica,

(32b) nganën. Ta, rahasyā, śa, limo purut, pipis, wdhaknā rahasyā. Nyan pamaenak bāga, śa, ghajihing tikus, ghajihing dadali, sinama bagi, urutaknā bagantā, kanyā mwah denyā. Manih, śa, lënga uduking kacapā, lënga uduking tikus, sinama bagi, urutaknā baggā sari - sari. Manih, śa, babakan gintungngan, mpuning kunir, mricā, phalā, madhū kalupā, gtih angśaṇā, pipis, tahap. Manih, śa, isen kapur, limo purut, wdaknā ring bagghā, byaktā suraṣā denyā. Manih, śa, lawo –
(32b) manjur. Obat, rahasia (kemaluan), sarana, limau purut, digerus, dilulurkan pada tempat rahasia (kemaluan). Ini merapatkan vagina, sarana, gajihing tikus, gajihing dadali, sama-sama takarannya, dilulurkan / diurutkan pada vaginanya, kembali muda / rapat karenanya. Lagi, sarana, minyak uduking kacapa, minyak uduking tikus, sama-sama takarannya, diurutkan pada vagina setiap hari. Lagi, sarana, kulit gintungan, air kunyit, merica, pala, madu, kalupa, getah angsana, dilumatkan, diminum. Lagi, sarana, lengkuas, kapur (lengkuas) , limau purut, diborehkan pada vagina, senantiasa terasa (bergairah) olehnya. Lagi, sarana, lawos-

(33a) - s, lampuyang, mpuning kunir, katumbah , lungid, pipis, urapaknā ring bagghā. Ta, puputihan, śa, kamubugan, sakawit, daringo, jasu pṭak tunggal, uyah arëng, tahap mangetthan. Ta, yan arëping wong istrì, śa, bubūr ktan gajih, wus ratöng bëbëhhin micā, 21, bṣik, antiganing sawung añar mëntah, 1, duhing santënyā, klapā ijo, panganaknā. Panglanang, śa, majā kling palā, lungid, jruk purut, waning cungor, pipis kabeh, kcirrin lëngā, urapaknā ring paṣṭā, suwe denyā mangkas. Pangundang kamā, śa, këmbang jaruju, jasun pṭak tunggal, gi –
(33a) -s, Lempuyang, air kunyit, ketumbar, sari-sari kembang sepatu__ (lungid), digerus, di lulurkan pada vagina. Obat keputihan, sarana, kamubugan, bersama dengan akar kulit dan daun, daringo (simbukan), jasu merah satu, garam dapur, minum menghadap ke timur. Obat, bersenggama dengan perempuan, sarana, bubur ketan gajih , sesudah masak, dibubuhi merica, 21, butir, telur ayam mentah yang baru, 1, dicampur dengan santan, kelapa hijau, dimakan. Supaya kuat, sarana, maja kling pala, lungid (sari-sari kembang sepatu) jeruk purut, daun cungor, digerus semua, ditambahkan minyak, dioleskan / dilulurkan pada penis, lama beraksinya. Meningkatkan gairah sex, sarana, bunga jaruju, jasun putih sebiji,

(33b) - lutaknā. Pangurip kamā, duwëgan ijo, kang kamruk, kinlā makṣih ring cangkoke, wus kinlā tinwun madhū, panganaknā. Puput kasurat, antuk Ida Bagus Ktut Gdhe Ëngkëg, ring Griya Taṇdëg Batur Rëning, Prabëkëlan Mambal, Distrik Abiansmal, dinā, ca, pwa, wara ugu, titi, pang, ping, 14, śaśih, kapat, I Śakā warṣā ni lokā, 1883, masehi, 1961
(33b) dilumatkan. Menghidupkan gairah sex, kelapa muda hijau, yang dikikir, dipanggang, dibakar, sebuah tempat, setelah dipanggang / rebus, dicampur dengan madu, bisa dimakan. Selesai disalin, oleh Ida Bagus Ktut Gdhe Engkeg, berasal dari Grya Tandeg Batur Rening, Prabekelan Mambal, Distrik Abiansemal, pada hari, coma, Pon, wuku Ugu, titi (tanggal) , panglong (tilem / purwani) hari ke 14, bulan, ke Empat, I Saka Warsa, 1883, tahun Masehi, 1961.

(34a) (puput)
(34a) (selesai)