Sunday, March 27, 2011

Keterkaitan Marga Dengan Upakara (Sesajen)

Salam Kasih


Tujuan agama Hindu untuk mendapatkan kesejahteraan di dunia dan moksa. Jadi dua hal ini adalah sebenarnya saling berbeda tetapi berkaitan, sebagaimana halnya tubuh manusia yang terdiri dari benda-benda lahiriah dan benda-benda rohaniah, kita harus memelihara keduanya itu agar mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin, di dunia dan di suniya. Seseorang tidak boleh mengabaikan tubuhnya, karena mereka mengetahui bahwa tujuan akhirnya adalah moksa, sebab tanpa melalui kelahiran orang tidak bisa mencapai moksa, dan kelahiran tidak bisa tanpa tubuh. Dewa pun turun kedunia (reinkarnasi) agar bisa moksa.

Dunia seumpama sekolah tempat untuk naik tingkat, ujiannya adalah Panca Maha Bhuta yang menjelma menjadi tubuh manusia, jawabannya adalah subharkarma (karma baik) dan asubha karma (karma jelek).

Kelahiran kita di dunia sama dengan kita bersekolah, kita tidak bisa menghindarkan diri dari ujian kalau ingin untuk naik kelas, sebab itu jawablah tantangan panca maha bhuta yang berujud bahan ujian dengan baik agar kita dapat lulus dan naik tingkat. Lawanlah panca maha bhuta itu dengan gigih tetapi jangan ia dibenci, karena dia membantu untuk naik tingkat. Dalam Brahma Purana (228,45) disebutkan :
“ Dharmartakamamokshanam cariram sadhanam -Tubuh adalah alat untuk mendapat dharma, artha, kama dan moksa. Tanpa melalui kelahiran dharma artha kama dan moksha itu tidak dapat dicapai”.

Demikian pula disebutkan dalam kitab Sarasamuscaya (14) disebutkan :
“Ikang dharma ngaran ika
Hetuning mara ring swarga ika
Kadi gatining parahu
An hetuning banyaga entasing tasik”

“Adapun yang disebut agama itu (dharma itu)
Adalah jalan untuk mencapai sorgalah itu
Sebagai ibarat perahu
Untuk menyeberangi lautan “

Jadi dalam Sarasamuscaya kita akan dapati bahwa dharma itu diumpamakan sebagai jalan atau alat bahkan diibaratkan sebagai perahu (alat untuk menyeberang) dari dunia yang tidak kekal ini kepulau harapan yaitu sorga. Tujuan agama adalah sorga, guna dari agama adalah alat atau jalan agar jangan kita sampai sesat menuju tujuan itu, sebab itulan ajaran-ajaran agama mengandung nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk, apa yang harus dan baik kita buat di dunia ini, dan apa pula yang harus kita hindari agar jangan terperosok di jalan.

Boleh diumpamakan agama adalah jalan lengkap dengan papan-papan petunjuk jalannya, yang menuntun umat manusia ke arah yang benar. Tanpa tuntunan agama mungkin manusia akan sesat, dan tidak tahu arah, sehingga akhirnya tujuan tidak tercapai. Catur Marga adalah empat buah jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan moksartham jagathita. Keempatnya ini sama utamanya, yang disebut Catur Marga itu adalah : Bhakti Marga, Karma Marga, Jnana Marga dan Raja Marga. Setiap orang bebas memilih salah satu dari keempat jalan ini sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing, tidaklah mesti orang harus berpegangan pada salah satu marga saja, bahkan keempatnya itu hendaknya digerakkan secara harmonis seperti halnya seekor burung. Kalau kami umpamakan sayap kiri dari burung adalah Jnana Marga, maka sayap kanannya adalah Bhakti Marga, sedangkan ekornya burung adalah Raja Marga dan kekuatan mendorongnya adalah Karma Marga. Seekor burung akan bisa terbang dengan baik kalau sayap kiri dan kanan seimbang. Burung tidak akan bisa mencapai tujuan yang dikehendaki kalau tidak memiliki daya dorong yang kuat. Kemudian sayap ekor yang berfungsi sebagai kemudi mengarahkan sebaik-baiknya supaya jangan terbangnya menyimpang dari tujuan.

1. Bhakti Marga

Bhakti Marga artinya cinata kasih. Istilah bhakti itu digunakan untuk pernyataan cinta kepada sesuatu yang lebih dihormati, misalnya kehadapan Hyang Widhi, kepada Negara, ataupun pribadi-pribadi yang dihormati. Bhakti dibagi atas dua tingkat yaitu Apara bhakti dan Parabhakti. Aparabhakti adalah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan dipraktekkan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kerohanian yang tinggi. Sedangkan Parabhakti adalah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan kerohaniannya sudah meningkat.

Ajaran Bhakti Marga adalah ajaran yang langsung dan rill mencari Tuhan, ajaran yang alamiah, ajaran yang mudah diterima dan dilaksanakan oleh orang awam, ajaran yang sejak dari permulaan, pertengan dan akhir tetap bergerak di dalam getaran cinta kasih. Ajaran bhakti adalah ajaran yang mudah dilaksanakan oleh segala tingkat dan sifat manusia, baik orang miskin maupun orang kaya, orang pandai maupun kurang pengetahuan, petani, pedagang, maupun penjabat pemerintahan semuanya bisa menempuh jalan ini. Karena itu Bhakti Marga langsung menikmati buahnya agama, dimana cinta sebagai alat dan cinta juga sebagai tujuan. Seorang Bhakta (penganut Bhakti Marga) adalah orang yang penuh cinta kasih, cinta kepada Tuhan, cinta kepada alam semesta sebagai ciptaan tuhan.

Bagi seorang Bhakta tidak perlu tahu apakah Tuhan itu baik atau buruk, apakah Tuhan itu kecil/besar, kuasa atau tidak kuasa, yang penting bagi mereka Tuhan itu ada dan Tuhan itu adalah yang dicintai. Seorang bhakti mencintai Tuhan bukan karena ingin mendapatkan imbalan supaya masuk sorga ataupun moksa, karena bagi mereka kebahagian tertinggi itu adalah bercinta dengan Tuhan. Bhakti Marga menggunakan rasa sebagai sarana, cinta yang alamiah tetapi meluap-luap, rasa cinta yang mengalir seperti aliran sungai yang bergerak dengan deras karena rindunya bertemu dengan lautan. Dapat pula diumpamakan seperti tumbuh-tumbuhan merambat yang lemah yang melilit dan setianya pada kayu besar dari bawah sampai ke puncak, begitu pulalah seorang bhakti marga yang melekatkan diri pada Tuhan tidak pernah melepaskan diri sekejappun. Walaupun sebagai manusia awam yang tidak tahu apa-apa, tetapi dengan bhakti mereka menyatakan diri dengan Tuhan. Orang tidak terpelajarpun dapat melaksanakan bhakti, jalan bhakti tidak menggunakan akal, orang terpelajar pun kalau menempuh bhakti marga dia melepaskan akalnya. Kalau tidak demikian maka akalnya ini akan bisa menjadi penghalang peningkatan rasa mereka. Contohnya jika seorang terpelajar sembahyang di Pura dimana dia melihat patung kayu yang harus dia puja, maka jika akal mereka ikut bicara mereka akan menjadi ragu akan kebenaran Tuhan yang ada di patung kayu itu (pratima), akibatnya rasa bhakti pun tidak mantap. Hampir semua agama-agama besar yang ada didunia adalah berdasarkan cinta kasih atau bhakti marga, jalan ini di samping mudah wajar juga bagi semua lapisan bisa melaksanakannya dan bahayanya pun kurang. Adapun gejala-gejala bhakti dalam kehidupan sehari-hari adalah :
a. Kerinduan untuk bertemu.
Sebagaimana halnya orang yang jatuh cinta maka setiap saat rasanya dia ingin mengunjungi kekasihnya, dia rindu untuk bertemu menyampaikan rasa hatinya. Di dalam agama keinginan untuk bertemu itu diwujudkan dengan sembahyang. Demikianlah rang yang sudah tergetar dengan cinta (bhakti) kepada Tuhan akan melaksanakan persembahyangan dengan taat, dan setiap saat sembahyang tiba dia merasakan kerinduan yang mendesak. Itulah tanda-tanda seorang yang sudah memulai bhakti marga. Sebelum rasa yang demikian dirasakan maka secara jujur belum bolehlah seseorang menyebut dirinya bhakti, meskipun mereka sembahyang seribu kali sehari. Sembahyang tanpa dorongan kerinduan walaupun seratus kali sehari dilakukan, tidak akan banyak memberikan manfaat, apalagi sembahyang sekedar ikut-ikutan atau terpaksa, adalah perbuatan yang sia-sia. Kesungguhan dan kemantapan adalah dasar utama untuk dapat merealisasikan, Tuhan dalam pikiran.

b. Keinginan untuk berkorban
Rasa bhakti atau rasa cintalah yang melahirkan suatu keiklasan untuk berkorban. Sebagaimana halnya seorang pemuda yang sedang jatuh cinta pada seorang gadis, di samping rindu ingin bertemu juga igin memberikan sesuatu, baik berbentuk materi maupun tenaga. Inginlah dia menyerahkan segala harta miliknya meskipun kekasihnya belum memintanya. Demikian pula kita lihat di masyarakat Hindu. Meskipun mereka tidak memiliki uang, mereka tidak segan-segan untuk meminjam kepada teman mereka demi agar mereka dapat mempersembahkan sajen pada waktu upacara. Dengan upacara rasa bhakti mereka menjadi mantap. Upacara penting untuk menyucikan diri asal dilakukan dengan penuh keiklasan berkorban dan bebas dari pamrih seperti disebutkan dalam Bhagavadgita. XVIII 5-6 sebagai berikut :
“ Yajna dana tapah karma
Na tyajyam karyam eva tat
Yajno danam chai va
Pavanani manishinam “

“Mengadakan upacara, sedekah dan tapabrata jangan diabaikan melainkan harus dilakukan sebab upacara sedekah serta tapabrata adalah pesucian bagi orang arif bijaksana”

“ Etany api tu karmani
Sangam tyaktva phalani cha
Kartavyani ti me partha
Nischitam matam uttamam “

“Tetapi kegiatan ini pun dilakukan dengan jalan melepaskan ikatan dan keinginan akan phalanya. Inilah wahai parta keyakinanku yang tetap dan mulia”

Demi bhakti kehadapan Tuhan umat Hindu ikhlas membeli buah-buahan untuk membuat gebongan, memotong ayam, melengkapi dengan telur, kacang-kacangan dan sebagainya yang bisa menghabiskan uang puluhan ribu rupiah. Kalau tidak karena alasan upacara agama, belumtentu mereka rela akan membeli buah ataupun daging walaupun semuanya itu bisa memberikan manfaat kesehatan bagi seluruh anggota keluarganya.

Bahkan andai kata mereka punya kebun pisang yang berbuah masak, mereka lebih suka menjualnya agar dapat uang, paling banyak disisakan hanya “kitutnya” (sisanya yang kecil-kecil) untuk diberikan kepada anak-anaknya. Mereka masih lebih mencintai uang daripada alasan kesehatan. Tetapi sebaliknya kalau ada keperluan upacara, mereka rela untuk mengeluarkan uang demi upacara, rela membeli buah-buahan dan lain-lainnya. Inilah ciri dari orang bhakti, keinginan dalam mempersembahkan segala sesuatu yang mereka miliki demi bhakti.

Dalam melaksanakan upacara, ada pantangan-pantangan (berata) yang harus ditaati, seperti tidak boleh marah, tetap memegang kesucian dan kejujuran. Seorang bhakta tidak kenal payah, pura-pura yang di puncak gunung maupun di tepi laut mereka kunjungi, pekerjaan-pekerjaan yang berupa persiapan upacara yang memerlukan tenaga berhari-hari mereka laksanakan dengan senang karena bhakti. Kalau seseorang belum memiliki rasa ikhlas yang demikian itu maka mereka belum patut menyebutkan diri sebagai bhakta. Pengorbanan seorang bhakta adalah pengorbanan tanpa pamrih, pengorbanan tanpa memikirkan diri sendiri demi Tuhan yang dikasihi.

c. Keinginan untuk mewujudkan Tuhan
Apakah Tuhan agama Hindu itu mempunyai wujud ?.Apakah Tuhan agama Hindu itu sama seperti manusia sehingga kepadaNya dipersembahkan sajen-sajen yang terdiri dari bermacam-macam makanan?. Kalau tidak mengapa umat hindu membuat patung-patung, membuat sajen-sajen dan sebagainya ?. Untuk memahami ini marilah kami ajak anda jangan melihat pada filsafatnya saja, tetapi juga hendaknya memahami bagaimana cara-cara penghayatan dari umat Hindu yang awam. Tuhan dalam agama Hindu seperti disebutkan dalam Veda bahwa Tuhan tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan dipikiranpun tidak (Monotheisme Transendent). Tetapi kenyataannya kalau ada orang sembahyang tidak menggambarkan bentuk yang disembahyangkannya itu, maka konsentrasi tidak akan sempurna. Meskipun tidak berwujud patung, orang yang sembahyang tentu menggambarkan Tuhan itu di dalam hatinya, minimal dalam bentuk pikiran. Monapun adalah sebuah simbol. Namun baru ada, kalau ada bentuk. Walaupun bentuk yang bersifat abstrak. Istilah Tuhan (Hyang Widhi) dan sebagainya adalah simbol untuk menemani bentuk pikiran yang tidak dapat dilukiskan karena abstraknya ( Monotheisme Imanent). Kecenderungan ingin melukiskan Tuhan dalam bentuk patung adalah suatu cetusan rasa cinta (bhakti). Sebagaimana halnya jika seorang pemuda jatuh cinta kepada kekasihnya, sampai ketingkat madness (tergila-gila) maka bantal gulingnya dipeluknya erat-erat diumpamakan kekasihnya.

d. Persembahan
Jika kita melihat umat Hindu membawa sajen ke Pura penuh dengan buah-buahan dan makanan yang lezat, tentu orang akan berpikir apakah Tuhan umat Hindu seperti manusia, suka makanan yang enak-enak. Demikian juga jika Pura dihias dan diukir demikian indah, mungkin orang berpikir, Tuhan umat Hindu suka dengan seni, dan suka pula menonton tari-tarian. Secara filosofis kita bisa mengatakan bahwa Tuhan maha besar. Beliau mengadakan semua makanan dan Beliau menciptakan semua keindahan . beliau tidak akan kelaparan jika kita tidak mempersembahkan sajen. Apakah artinya persembahan kita yang sekecil ini di mata Tuhan, sedangkan beliau memiliki alam semesta ini semua. Tuhan tidak memerlukan semua ini, hanya manusialah yang menganggap ini perlu, semua sajen dan kesenian ini hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan rasa bhakti dan cintanya kepada Tuhan. Dalam hati orang bercinta ingin dia memberikan segalanya apa yang dia miliki, bahkan jiwanya pun sedia dikorbankan demi untuk yang dicinta. Seperti seorang ibu yang mencintai anaknya yang berumur tiga bulan. Si ibu membuatkan kalung emas untuk bayinya ini, padahal si bayi tidak pernah meminta, bahkan tidak mengerti apa arti dari kalung dan baju yang bagus itu. Demikianlah dengan sajen dan kesenian yang disuguhkan pada waktu upacara agama umat Hindu, secara spiritual memberikan kebahagian kepada orang yang melaksanakannya karena dengan semua alat ini, mereka bisa mencurahkan rasa bhakti atau cinta kasihnya. Tuhan tidak minta dipuja, tetapi manusialah yang ingin mencurahkan rasa bhaktinya. Tuhan tidak menikmati makanan tetapi Tuhan menikmati rasa bhakti yang mendasari persembahan itu. Bagi orang awam, persembahan sajen itu diyakini akan membikin Tuhan akan menjadi senang. Seperti halnya Si Ibu, dia yakin dengan memberi bayinya baju yang bagus, maka bayi itu akan senang. Cetusan rasa cinta yang suci terwujud dalam keinginan untuk memberi dan berkorban. Cara yang paling mudah dan paling indah untuk mendekati Tuhan adalah melalui rasa. Untuk membangkitkan rasa agama, rasa cinta kepada Tuhan maka diperlukan suatu kondisi tertentu, kondisi yang bisa menggiring agar rasa ke-Tuhanan muncul dan bergelora dengan mantap. Hal inilah yang menyebabkan umat Hindu membuat Pura mereka di tempat-tempat yang indah-indah, tempat-tempat bersejarah atau tempat-tempat yang bisa membangkitkan kekaguman akan kebesaran Tuhan di samping dekat dan mudah dicapai oleh umatnya. Contoh Pura-Pura Sad Khayangan yang ada di Bali seperti Pura Besakih, Batur, Lempuyang, uluwatu, Watukaru dan sebagainya.

e. Bhakti melahirkan rasa seni
Keinginan untuk menggambarkan Tuhan dan menghias Tuhan yang dicintai itu seperti menghias anaknya yang dikasihi, Pura-Pura yang dibangun selalu diukir dengan indah, sedangkan untuk bangunan rumah belum tentu akan diperbuat sedemikian rupa. Jajan untuk sajen akan berwarna-warni, dan jenisnya lebih dari seratus tetapi jajan untuk makanan sehari-hari paling banyaknya sepuluh macam. Hiasan seni janur yang beraneka ragam, penjor lamak dan perlengkapan lainnya adalah mengandung simbol dan penuh dengan kreasi seni. Seni pahat dan seni ukir dapat diselamatkan dan di Bali karena agama Hindu yang dipeluk adalah bhakti marga. Seni tari pun bisa bertahan dan hidup berkembang karena agama Hindu. Cinta melahirkan simbol-simbol atau perlambang yang memiliki makna kias. Besarnya dorongan cinta memacu berkembangnya imajinasi sehingga lahirlah berbagai bentuk seni. Hubungan seni dengan bhakti marga sangat erat sekali, dia saling mengisi dan saling menguatkan, serta saling memperkaya karena dasarnya satu yaitu rasa.

2. Jnana Marga

Veda menurut sifat dan isinya dibagi dalam bagian yaitu : Mantra, Brahmana (karma kanda) dan Upanisad (jnana kanda). Dalam memberikan jnana marga maka kita akan banyak mengambil sumber dari Upanisad dan Tattva. Apakah bedanya antara Veda, Upanisad, Tattva?. Veda adalah sumber, tetapi Veda sangat sukar untuk dimengerti, oleh karena itu maka Veda dijelaskan secara filosofis dan penjelasan itulah disebut Upanisad. Tattva adalah inti agama, dia tidak merupakan teori lagi tetapi sepenuhnya harus dipercaya. Nama-nama yang dipergunakan adalah nama Dewa yang dipuja.

Demikianlah Brahmana dalam Upanisad disebut Paramasiva atau Hyang Widhi dalam Tattva, istilah Samsara dalam Upanisad disebut neraka di dalam Tattva. Kalau kami umpamakan Upanisad menyebut zat cair itu H2O maka Tattva menyebutkan dengan nama air. Pada hakekatnya air dengan H2O itu sama, hanya saja yang pertama itu berbau teori dan bersifat analisis, sedangkan yang kedua (air) bersifat kongkret dan praktis. Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak pernah menyebutnya minum H2O melainkan meminum air, demikian pula dalam agama Hindu orang tidak pernah memuja prakerti dan Brahman melainkan Dewi Uma dan Paramasiva. Dalam Tattva Brahman dipersonofikasikan dengan nama Siva (di Bali disebut Ida Sanghyang Widhi). Siva mempunyai tiga nama lagi sesuai dengan sifat, fungsi dan aktifitasnya sebagai akibat yang timbul oleh ada tidaknya atau sedikit banyaknya pengaruh maya sehingga dibedakan sebagai berikut :.

3. Karma Marga
Karma Marga adalah ajaran yang menekankan pada pengabdian yang berwujud kerja tanpa pamrih untuk kepentingan diri sendiri. Hidup manusia di dunia ini dibelenggu oleh hukum kerja seperti disebutkan di dalam Bhagavadgita III. 5 dan III. 8 sebagai berikut :
Nahi kascit ksanam api jatu tisthaty akarmakrit,
karyate hyavasah karmasarvah prakritijair gunaih.

Walau sesaat jua tidak seorang pun untuk tidak berbuat, karena manusia dibuat tidak berdaya oleh hukum alam yang memaksa bertindak.

Niyatam kuru karma tvam karma jyayo hy akarmanah,
sarira yatra pi ca te na prasidhyed akarmanah.

Bekerjalah seperti yang telah ditentukan, sebab berbuat lebih dari pada tidak berbuat, dan bahkan tubuhpun tidak akan berhasil terpelihara tanpa berkarya.

Kenyataannya memanglah benar demikian, tidak ada orang yang bisa menghindari diri untuk tidak bekerja walaupun waktu tidur, karena jantung tetap berdetak, darah selalu mengalir, dan nafas selalu bekerja walaupun kita tidak menyadari. Pikiran yang menjadi motivasi dari kerja menentukan hasil suka duka dalam karma. Sebab berpikir saja sudah melahirkan karma, lebih-lebih lagi kalau buah pikirannya itu dituangkan dalam bentuk ucapan atau perbuatan maka sempurnalah karma dalam bentuk ucapan atau perbuatan maka sempurnalah karma yang dibuatnya. Supaya hidup yang singkat ini tidak sia-sia dan banyak waktu tidak dapat dimanfaatkan, maka bekerjalah dengan giat, “sebab berbuat lebih baik dari pada tidak berbuat apa-apa”.
Jangan takut keliru atau salah asal jangan sengaja membuat kesalahan. Kekeliruan dan kesalahan akan memberi hikmah, kesalahan adalah guru bagi kita, kalau orang tidak berani mencoba karena takut salah, tidak bedanya halnya seperti anak kecil yang takut mencoba berjalan karena khawatir akan jatuh akibatnya selamanya dia tidak akan bisa berjalan. Sebab itu jangan takut coba terus biar jatuh, akhirnya si anak akan berlari sendiri. Kesalahan dan kegagalan mengajar orang agar tahu apa yang disebut benar. Kerja adalah simbol hidup, dengan bekerja pikiran kita diasah dan ditantang sehingga kita bisa menjadi bertambah cerdas dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman.

Kegagalan merupakan cemeti bagi orang optimis untuk maju. Secara fisik kerja menghancurkan lemak-lemak yang berlebihan dalam tubuh kita dan memperlancar proses metabolisme. Walaupun demikian bagi kita yang mempunyai kemampuan terbatas perlu bekerja dengan efisien (tepat guna). Dalam hal ini agama Hindu telah mengajarkan Catur Warna, Catur Asrama dan Catur Marga. Catur Warna telah membagi manusia atas profesi atau keahliannya masing-masing : Golongan Brahmana adalah mereka yang bergerak dibidang rohani dan pikiran tugasnya adalah selalu memikirkan dan mengajarkan cara-cara untuk mendapatkan kesejahteraan rohani dan jasmani dari masyarakat, baik yang berbentuk ajaran-ajaran agama, maupun ilmu-ilmu pengetahuan yang bisa mempermudah hidup manusia. Veda membuat bukan saja cara untuk mendapatkan moksa, tetapi juga cara untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia (moksartham jagadhita). Itu pula sebabnya Brahman dikatakan lahir dari bagian kepala dari Dewa Brahma, yang sebenarnya mengandung kias bahwa dari kepalalah lahir pikiran yang menyebabkab kita tahu, ilmu mengatasi hidup. Golongan Ksatria adalah mereka yang bergerak dibidang pemerintahan dan keamanan (pegawai dan ABRI), tugasnya mengabdi kepada masyarakat dan Negara dengan tidak mementingkan diri sendiri, mengusahakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Secara simbolik dilukiskan sebagai tangan dan bahu yang bertugas memikul dan menggerakkan roda pemerintahan.

Diceritakannya golongan Ksatria lahir dari tangan dan bahunya Dewa Brahma. Golongan Vesya adalah mereka yang bergerak dibidang usaha baik pertanian maupun perdagangan, mengatur produksi untuk mencukupi dan melayani kebutuhan masyarakat. Karena itu pulalah golongan Vesya dikatakan lahir dari perut Deva Brahma. Golongan Sudra adalah mereka yang tidak punya tanah, tetapi punya tenaga siap diabdikan kepada siapa saja yang memerlukan tenaganya, mereka ini bisa kita samakan dengan golongan buruh sekarang. Golongan Sudra dikatakan lahir dari kaki Deva Brahma. Di seluruh dunia dan sepanjang jaman, pembagian atas empat golongan ini ada, baik di Negara Komunis maupun Negara Liberalis. Untuk jangan terlalu sempit menafsirkannya, perlu kami kemukakan bahwa yang disebut Brahmana pada jaman dahulu, adalah mereka yang bergerak di bidang ilmu sebagai pemikir dan pengajar (acarya atau guru) demikian pula yang diajarkan bukan doa agama saja tetapi berjenis-jenis ilmu pengetahuan, ilmu perbintangan, obat-obatan dan segala rahasia alam.

Thursday, March 17, 2011

Apa Itu Spiritual.....??

Oleh: I Wayan Sudarma

Salam Kasih


Spiritual membahas hal-hal yang berhubungan dengan kejiwaan; rohani; bathin; mental; moral. Spiritualisasi adalah pembentukan jiwa; penjiwaan. Spiritualisme adalah aliran filsafat yang mengutamakan kerohanian; ia menumpahkan perhatian kepada ilmu-ilmu gaib seperti mistik dan spiritisme. Spiritisme adalah pemujaan kepada roh; kepercayaan bahwa roh dapat berhubungan dengan manusia yang masih hidup; ajaran dan cara-cara memanggil roh.

Spiritual dalam pengertian yang lebih luas menyatakan kebijaksanaan yang berhubungan dengan kesadaran kecerdasan abadi dan tertinggi yang mendasari serta mencerahi segala fenomena alam semesta raya ini. Dalam pembicaraan tentang peningkatan dan pemuliaan masalah spiritual, sering sekali istilah semacam filosofi, agama, mistik, metafisika, kebijaksanaan Timur, idealisme, tradisi, dan sebagainya dipergunakan sebagai persamaan arti spiritual, tetapi tidak semua istilah ini dapat dianggap sepenuhnya identik dengan spiritual karena pertama; spiritual meliputi seluruh bidang pengetahuan tentang manusia, ciptaan dan sang pencipta dan yang didasarkan pada pengalaman langsung yang berbeda dengan spekulasi teologi ataupun filsafat. Itulah sebabnya disebut kebijaksanaan untuk membatasinya dengan semua sistem pengetahuan lain; sehingga karya-karya India Kuno yang mengandung pengetahuan spiritual secara bersama-sama disebut Vedanta, yaitu: berkas-berkas ilmu pengetahuan pencerahan akhir, dan bila setelah mengetahuinya selanjutnya tak ada lagi yang perlu diketahui. Bagi kita di India, yang dimaksud spiritual adalah Vedanta dan Vedanta maksudnya adalah masalah spiritual.

Jadi spiritual adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pemahaman yang jelas dan sempurna kedalam keberadaan manusia; hubungannya dengan alam semesta sekelilingnya pada satu pihak dan terhadap sang Pencipta di lain pihak, melalui realitas tertinggi dari kesadaran kecerdasan abadi yang mempersatukan semuanya itu.



Ilmu Spiritual adalah pengetahuan tentang kemampuan melebihi manusia pada umumnya, yang mana sebab-sebab kemampuan itu berasal dari meta energi yang tidak tampak kasat mata. Seperti energi listrik, meta energi hanya bisa dibuktikan dengan gejala-gejala yang ditimbulkan atau dengan pengamatan mata batin. Dalam prakteknya, Ilmu Spiritual sering digabungkan dengan keyakinan agama atau kebudayaan masyarakat setempat dimana Ilmu Spiritual itu berkembang.

Dalam bahasa keseharian orang indonesia, Ilmu Spiritual disebut dengan berbagai istilah. Berikut ini kami jelaskan beberapa istilah dan alasan digunakan istilah itu untuk menyebut Ilmu Spritual.

Ilmu Gaib, dikatakan gaib karena memperlajari energi dan makhluk gaib. Kata "Gaib" atau lebih tepatnya "Ghoib" berasal dari bahasa arab yang artinya tidak terlihat. Selain alasan itu, disebut Ilmu Gaib juga karena sesuai filsafat Ilmu Spiritual yang seharusnya tidak diperlihatkan, alias harus disembunyikan, jangan sampai dipamerkan kepada orang lain untuk kesombongan. Istilah yang hampir sama artinya dengan Ilmu Gaib adalah Ilmu Kebatinan, dari kata "batin" yang bisa berarti hanya dapat dirasakan oleh orang yang mengalaminya.

Ilmu Metafisika, hampir sama dengan istilah ilmu gaib diatas, istilah meta-fisika digunakan karena dalam Ilmu Spiritual dipelajari energi dan kejadian yang tidak terlihat secara fisik dan tidak sesuai dengan hukum fisika. Sebenarnya asumsi bahwa Ilmu Spiritual adalah meta-fisika tidaklah benar 100%.

Ilmu Hikmah, digunakan untuk menyebut Ilmu Spiritual yang berkembang dikalangan umat islam. Ilmu Hikmah punya ciri khas yaitu amalan yang digunakan adalah doa khusus berbahasa arab, dzikir kalimat tertentu dan ayat suci Al-Quran yang diyakini bisa menjadi wasilah atau perantara terkabulnya sebuah doa.

Ilmu Supranatural, dikatakan supra-natural karena pemilik ilmu spiritual secara otomatis mempunyai kemampuan melebihi kemampuan alami manusia pada umumnya. Misalnya kemampuan mengobati tanpa mengetahui ilmu kedokteran, ketahanan kulit dari serangan senjata tajam, tahan terhadap racun, api dan sebagainya.

Ilmu Kasepuhan, istilah ini dipakai oleh orang jawa untuk menyebut Ilmu Spiritual karena pada zaman dulu Ilmu Spiritual hanya diajarkan kapada orang sepuh yang artinya orang usia tua atau orang yang spiritualitasnya sudah mapan. Digunakan sepuh sebagai patokan dikarenakan jika Ilmu Spiritual dipelajari sembarang orang, maka bisa menyebabkan penyalahgunaan untuk kejahatan.

Beberapa kalangan menganggap Ilmu Spiritual sebagai hal yang sakral, keramat serta terlalu memuliakan orang yang memilikinya, bahkan ada yang dianggap Wali. perlu kami terangkan, bahwa keajaiban atau karomah yang ada pada Wali (orang suci kekasih Allah) tidak sama dengan Ilmu Spiritual yang sedang kita pelajari. Wali Tuhan tidak pernah mengberharapkan kemampuan supranatural tersebut. Karomah itu datang atas kehendak Allah karena mereka adalah orang yang sangat saleh, ikhlas dan rendah hati. Sementara kita adalah orang yang memohon kepada Tuhan dengan penuh harapan agar Tuhan melimpahakan karunianya berupa kemampuan supranatural.

Sebagian golongan orang juga ada yang menganggap bahwa Ilmu Spiritual adalah praktek kemusyirikan, menyekutukan Tuhan, dan menyembah Jin yang mana itu adalah dosa besar. Anggapan ini tidaklah sepenuhnya benar. Kita harus bisa membedakan mana Ilmu Spiritual dan Ilmu Sihir yang dikerjakan oleh setan.

Ciri- ciri seseorang yang dapat dikatakan telah memiliki tingkat kehidupan spiritualisme yang tinggi dan mantap dapat diketahui dari hal sebagai berikut:
1. Senantiasa dapat mengendalikan pikirannya hanya terhadap hal-hal yang dapat mengarahkannya menemukan pencerahan.
2. Seluruh indriyanya terkendali, karena Panca Indriya dapat memberikan pencitraan terhadap pola prilaku seseorang.
3. Dapat mengendalikan keinginan yang berlebihan dari obyek-obyek material dan sensual.
4. Ia senantiasa dapat mengendalikan diri dan selalu sabar dalam menghadapi tantangan hidup dalam kehidupannya.
5. Pikirannya selalu terpusat kepada tujuan tertinggi, yaitu terbebas dari belenggu samsara.
6. Setiap hari senantiasa menjaga kemurnian diri dengan selalu hidup bersih baik secara fisik maupun mental spiritual.
7. Memiliki perasaan welas asih terhadap semua mahluk, tanpa ada pembedaan di antara mereka.
8. Hidup tenang, tidak terpengaruh oleh pasang–surutnya gelombang kehidupan.
9. Hidup tentram karena telah dapat menciptakan kedamaian dalam hidupnya.


Salam Rahayu
*Dari Berbagai Sumber*

Wednesday, March 16, 2011

Adilkah Tuhan…???

Salam Kasih



Mengapa, oh, mengapa?
Ada yang terlahir cacat, ada yang rupawan....
Ada anak idiot, ada anak ajaib....
Ada yang terlahir di keluarga kaya,
Ada yang terlahir di keluarga miskin.
Anak kembar identik punya
bakat & sifat yang berbeda.
Kebaikan/kejahatan puluhan tahun
diganjar surga/neraka abadi....

HUKUM KARMA & KELAHIRAN BERULANG
Adalah Satu-satunya penjelasan yang logis dan konsisten mengenai ketidakadilan di antara mahluk hidup, yang memuaskan para pemikir yang objektif. Doktrin Kelahiran Berulang bukanlah teori semata, tetapi kenyataan yang dapat dibuktikan dengan ilmiah.

Rahayu
Percakapan di atas sepeda motor dengan keponakan menuju Bandara Ngurah Rai, 15-03-2011
~ I Wayan Sudarma