Wednesday, December 29, 2010

Pengabdi Sejati

Salam Kasih

Oleh: I Wayan Sudarma

Pengabdi Tuhan yang sejati tidak mengenal sifat buruk seperti kebencian, irihati, amarah, dan ketagihan. Bila sifat-sifat ini (benci, irihati, marah,dan ketagihan,dsb) memasuki diri kita, sifat-sifat semacam ini akan menjadi hambatan utma bagi pengabdian. Kita harus menumbuhkan rasa kesatuan dengan setiap orang dan juga alam semesta. Bila kita benci kepada seseorang, berarti kita membenci Tuhan sendiri yang kita puja. Karena rasa keakuan dan keangkuhan maka kita bertindak terhadap orang lain yang sekaligus menimbulkan kebencian, kedengkian, dan kemarahan.Karena itu, peringatan penting yang diberikan dalam Bhagavadgita adalah "Adveshta sarva bhutanam" - jangan membenci sesama mahluk.

Tanpa menyiangi rumput di ladang dan menyiapkan tanahnya untuk ditanami, benih yang ditebarkan tidak akan menghasilkanpanen yang baik. Demikian pula tanpa menghilangkan "rerumputan liar egoisme" dari dalam diri ini, segala usaha pengamalan spiritual dapat menjadi sia-sia. Hal penting yang dapat dipelajari dari Bhakti Yoga ialah bahwa: "kita jangan hanya mencintai Tuhan, tetapi juga semua mahluk, dan memperlakukansetiap orang sebagai Tuhan, "Visvha viraat svaruupa"- semua mahluk adalah perwujudan kosmis dari Tuhan.

Jika kita memuja Tuhan disatu pihak, tetapi di lain pihak merugikan atau menyakiti mahluk lain, tindakan semacam ini tidak bisa dikatakan sebagai "pengabdian" Hal ini hanya akan menunjukkan kedunguan kita. Dan orang semacam ini tidak akan pernah maju dalam bidang spiritual.

Dalam Shrimad Bhagavatam (Kitab kebaktian yangmulia), menjadikan Prahlada: seorang putra raja Raksasa,dinyatakan sebagai abdi Tuhan yang ideal karena ia memiliki semua sifat-sifat luhur. Ketika par raksasamenyusahkan Prahlada, ia tidak pernah merasa sakit hati, apapun juga cobaan atau kesulitan yang harus dihadapinya. Ia hanya terus menyebut nama Tuhan (Narayana) berulang-ulang, berlindung kepadaNya, pembela dan juru selamatnya. Ia tidak pernah mengeluarkan air mata setetes pun dalam kesulitan ini. Karena itu,Prahlada digambarkan sebagai seorang yang telah sempurna dalam yoga atau manunggal dengan Tuhan. Meskipun iahidup dalam dunia yang fana dan mempunyai wujud, ia tidak mengijinkan keinginan atau keterikatan duniawi menguasai batinnya. Masih banyak contoh yang kita bisa tauladani.....misalnya seperti pengabdian Hanoman kepada Rama dan Sita, dan yang lainnya.


Kata Kunci:

* Adveshta sarva bhutanam - jangan membenci sesama mahluk.
* Visvha viraat svaruupa - semua mahluk adalah perwujudan kosmis dari Tuhan.
* Isvara sarva bhutanam - Tuhan meresapi semua mahluk
* Vasudhaiva kutumbhakam - kita adalah bersauda

Rahasia Pikiran

Salam Kasih

Semua bermula dari pikiran

Pikiran yang jernih dan hati yang bening akan mengantarkan kita kepada pusat kesadaran (episentrum)

Pengalaman = perbuatan + perbuatan.

Perbuatan = Keinginan+ keinginan.

Keinginan = Pikiran + pikiran

Jika anda mengawalinya dengan pikiran yang baik makan reaksi pikiran akan mengantar anda kepada tangga kebaikan berikutnya yakni keinginan


Rahayu

Dari Catatan pinggir Jalan, by: I Wayan Sudarma, 29 Desember 2010

Mengetahui Tuhan

Salam Kasih

Apa motif kita hendak menemui Tuhan?
Mengapa kita menyebut berbagai nama Tuhan?
Mengapa kita membaca buku-buku tentang Tuhan?
Apa yang mendorong kita membaca buku mengenai Tuhan Yang Maha?
Apa hubungan kita dengan inkuiri seperti ini?
Apakah kita hanya terdorong semata-mata oleh rasa keingintahuan apa realitas seperti ini benar eksis?
Seberapa banyak kita ingin mengetahui realitas seperti ini?

Kita akan berbicara mengenai Tuhan Yang Maha Esa nanti.
Sekarang marilah kita bicarakan mengenai diri kita sendiri.
Berapa banyak kita ingin mengetahui realitas ini?
Apakah kita sungguh-sungguh ingin mengetahuinya?
Jika begitu, kita perlu memutar semua saluran zat hidup ini sedemikian rupa ,sedemikian arah

Sehingga semua tindakan dan sensasi kita akan menjadi alat atau sarana untuk merealisasikan kebenaran itu.

Tidak mungkin mengetahui Tuhan Yang Maha Esa tanpa pencelupan yang bersifat totalitas.
Kita tidak bisa setengah berada di dunia maya ini dan setengah lagi di dunia Tuhan.
Tuhan itu adalah suatu totalitas.
Tuhan itu absolutisme.

Apapun totalitas dan kemutlakan itu sebelum kita mencelupkan diri secara totalitas dalam inkuiri terhadap Tuhan
Maka tidak akan ada jalan untuk mengetahuiNya.


Bila....
Setiap kerinduan dalam kehidupan kita
Adalah kerinduan untuk mengetahui kebenaran,
Bila setiap pengalaman dengan ujung-ujung jari diinterpretasikan dalam kaitannya dengan Tuhan,
Bila setiap suap makanan yang anda masukan ke mulut diinterpretasikan sebagai persembahan kepada Tuhan,
Bila setiap pelukan kepada orang lain dalam pikiranmu seolah-olah dipersembahkan kepada Tuhan,
Bila setiap kita belok kiri dan belok kanan menuju Tuhan,
Bila setiap kita naik dan turun juga menuju Tuhan,
Bila kita secara sempurna mencelupkan diri dalam inkuiri ini,

Maka baru ada harapan bagi kita untuk mengetahuiNya.
Sebelum semua hal ini bisa kita lakukan
Maka inkuiri kita terhadap Tuhan tidak akan terwujud.
Kita hanya main-main dengan kilasan pikiran sebagai manusia yang sangat terbatas dalam ruang, waktu dan kausasi.

Jika kita mengira nama Tuhan Yang Maha Esa itu hanya terdiri lima rangkaian huruf T-U-H-A-N atau huruf yang lainnya?
Sebenarnya tidak ada nama seperti itu.
Dalam pengalaman dengan Tuhan maka tidak akan ada nama- nama,
Tidak akan ada kata-kata yang dapat melukiskanNya.


Karena itu......
Jika Anda berpikir bahwa kata Tuhan adalah Tuhan Yang Maha,
Maka dengan mengucapkan kata gula...gula......gula.....
Kita tentu akan dapat merasakan rasa manis di mulut atau bibir ini
Dan tentunya tidak perlu lagi membubuhkan gula pada teh yang hendak kita minum.

Jika hanya dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa berulang kali,
Kita berpikir akan menemui Tuhan Yang Maha Esa,
Tentu kita juga tidak perlu mengisi garam pada sup kegemaran kita,
Sebab dengan mengucapkan kata garam,kita akan mampu menjadikan sup itu terasa asin?


Mereka yang telah mengenal Tuhan Yang Maha Esa
Karena mereka sudah mengenaliNya lewat pencelupan yang totalitas.
Keheningan dalam kata-kata dan keheningan dalam pikiran.
Bila pikiran kita hening secara totalitas itulah nama Tuhan Yang Maha Esa.

Jika dalam pikiran tidak ada keinsyafan akan benda-benda, orang, pengalaman, relasi, memori, kesan yang terbatas dalam waktu, ruang dan sikuensi
Bila pikiran secara totalitas dan mutlak terbebas,
Tak terkontaminasi dari semua hal ini,
Maka keadaan seperti itu tak bernama,
Tanpa bentuk,
Tanpa kata-kata
Tidak dapat dilukiskan
Itulah nama Tuhan Yang Maha Esa.

Rahayu

Friday, December 24, 2010

MENGAPA MENGENAL LELUHUR

Salam Kasih

Seseorang teman pernah menginap di kampung saya.Ia ingin melihat tradisi odalan yang berlangsung di Pura Panti saya.Ia mengaku senang melihat tradisi yang tidak pernah ia lihat di kota (namun lantaran berbagai pertimbangan,saya tidak tulis tradisi itu). Nah,pada saat melakukan acara muspa, teman saya tidak ikut serta.

“Mengapa tidak ikut muspa?” Tanya saya beberapa menit seusai muspa.
“Soroh saya kan berbeda dengan soroh Anda.“jawabnya.“Kalau saya ikut muspa,itu berarti saya menyembah roh leluhur orang lain.“

Saat minum kopi,saya pun menyuguhkan buah dan jajan,lungsuran dari persembahan tadi. "Maaf,saya tidak boleh makan lunsuran dari pura orang lain.” Saya tidak menjawab.Saya kemudian mengambil roti tawar dan mentega lalu menawarkan kepada dia. Suguhan itu ia terima dengan baik.

Suatu hari, giliran saya menginap di kampungnya,juga dengan tujuan ingin melihat tradisi odalan yang berlangsung di merajannya. Saat acara muspa, saya ikut muspa. Ketika acara santai minum kopi, teman saya itu menyuguhkan pisang goreng yang yang baru dibeli di warung. “Kok saya disuguhi pisan goreng. Kau kan punya jajan lungsuran?” “Wah kalau mau,jajannya banyak,” kata teman saya itu bergegas mengambil bermacam-macam jajan,seperti sirat,talin kereta, matahari,roti kukus, gipang, apem, bantal, dan sesisir pisang.Saya pun menyikat suguhan itu dan teman saya itu tampak senang. “Jadi kau memang berani makan lungsuran,di pura orang lain lagi?,“ Tanya teman saya itu.

"Lungsuran adalah makanan yang kita mohon setelah dipersembahkan. Bahasa lainnya disebut prasadam. Prasadam adalah makanan suci karena diberikan anugerah, disucikan, dan direstui oleh Yang Maha Suci,“ Kata saya berlagak seorang guru. "Tapi kan dari pura orang lain?“ Tanya teman saya.

"Di puramu, atau di pura mana saja Tuhan kan sama.Itu pula sebabnya saya mau muspa.Kita kan dengar, bunyi mantramnya sama yang berarti Tuhan yang dipuja sama, misalnya kepada Siwa Aditya,kepada Istadewata atau Samodhaya, Mohon Waranugraha, dan mantram yang lainnya".

"Tapi kan ada roh leluhurku yang berbeda dengan leluhurmu?"
teman ini bertanya kembali

"Agama mengajarkan,kita hendaknya kasih mengasihi,hormat menghormati.Orangtuamu yang masih hidup saja say hormati apa lagi yang telah malinggih (disthanakan lalu di puja) di Merajan yang telah menjadi Dewa Pitra. Apa salahnya aku menghormati roh leluhur orang lain dengan cara menyembah mereka? Bukankah ajaran Tat Twam Asi berarti Saya dan Kamu adalah DIA (Tuhan, sehingga satu sama lain mesti sama-sama dihormati?Maaf,ini hanya keyakinanku dan aku tidak memaksakan kamu memiliki kepercayaan serupa.“ Saya pun melontarkan hasil keputusan dan ketetapan Parisada yang antara lain menyatakan bahwa yang dapat disembah adalah: Ida Hyang Widhi Wasa, para Dewa,para Resi,Bhatara/Leluhur, Manusa dan Bhuta.Saya merasa perlu melontarkan itu,lantaran saya pernah mendengar ucapan seseorang (bahkan banyak yang sudah bergelar sarjana)bahwa manusia itu tidak perlu disembah.“Kok manusia disembah? Apa kau sudah gila,“ kata seseorang teman suatu kali.

__________
KAPAN persisnya saya menginap di rumah teman saya itu, saya sudah betul-betul lupa. Namun saya tidak pernah lupa pada sebait kekawin Ramayana ini:
Gunamanta Sang Dasarata
Wruh sira ring Weda bhakti ring Dewa
Tar malupeng pitra puja
Masih ta sireng swagotra kabeh

Sebait kekawin itu rupanya cukup memberikan gambaran kepada kita,bahwa Sang Dasarata adalah seorang tokoh panutan di segala zaman. Raja Ayodhya itu disebutkan ahli Weda,seorang bhakta(pemuja Tuhan yang taat),tidak pernah lupa memuja roh leluhur serta sangat kasih kepada semua keluarga dan rakyatnya.Lantaran kualitas Dasarata itu, mungkin itu pulalah sebabnya Dewa Wisnu memilih raja Ayodhya itu sebagai "bapak“-nya di dunia ini seperti disebutkan dalam Kekawin Ramayana,“Sira ta triwikramapita/Pinaka bapa Bharata Wisnu mangjanma.“

Dalam Hindu ada disebutkan,bahwa kita memiliki hutang kepada Leluhur yang disebut Pitra Rna.Mengapa berhutang,karena dari Beliaulah kita lahir dan dibesarkan.Hutang tersebut kemudian dibayar dengan Pitra Yadnya.Dalam arti sempit,Pitra Yadnya sering disamakan dengan upacara Ngaben atau upacara yang berkenaan dengan kematian.Namun dalam arti luas, Pitra Yadnya berarti juga menghormati para orang tua, menghormati para pahlawan yang telah berjasa bagi negara dan bangsa, dan setiap pemujaan kepada roh leluhur.

Nah,agar dapat memuja roh leluhur dengan baik, maka alangkah baiknya para pemuja mengenal siapa leluhurnya itu. Seperti halnya memuja Tuhan,leluhur yang dipuja itu sebaiknya dikenal baik nama maupun riwayat hidupnya.Jika perlu sampai wajahnya dapat dibayangkan saat memuja.

Rahayu
~ I Wayan Sudarma

Menghadapi Hidup Di Kala Dilanda Krisis

Salam Kasih

Untuk memahami ajaran spiritual yang mendalam, kita harus memahami prinsip Paradoks antara baik-buruk, benar-salah, kuat-lemah (rwa bhinneda), konsep ini harus menjadi bahan renungan karena memiliki makna dan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan kita. Untuk dapat menjadikan hidup ini menarik dan menyenangkan kita harus menjadikan kehidupan ini sebagai sesuatu yang istimewa, mengalir bagaikan air sungai Gangga dan mengalir sesuai dengan situasi.

Hidup akan menjadi lebih baik atau tidak, semuanya tergantung pada sikap kita sendiri. Untuk itu kita harus bersikap terbuka dan siap menerima terhadap segala perubahan, karena jika tidak itu ibarat kita tidak terlindung dari bakteri, tidak memiliki kekebalan tubuh dan kekuatan batin. Dalam kehidupan ini, kita tidak dapat mempertimbangkan suatu faktor tanpa mempertimbangkan faktor yang lainnya. Idealisme harus digabungkan dengan pelaksanaan. Belajar spiritualitas sangatlah baik, namun harus dilengkapi dengan pelaksanaan kebajikan kepada semua mahluk. Karena dengan demikian kita akan dapat menghadapi dan menikmati semuanya sebagai kenyataan hidup.

Rasa takut adalah suatu keharusan, karena akan membuat kita tetap hidup. Namun kita harus dapat membedakan antara ketakutan yang berdasarkan kenyataan atau ketakutan oleh bayangan kita sendiri. Ketakutan yang tak terkendali bisa mengakibatkan orang berbuat kekerasan atau kejahatan. Pada umumnya, mereka memiliki batin yang lemah. Ketakutan cenderung membuat orang bertindak berlebihan.

Bila terjadi krisis seperti ini, kita harus bertanya, “Apa masalahnya? Apakah informasi ini benar? Atau hanya dibesar-besarkan atau informasi yang tidak tepat? Pelajarilah kemungkinan-kemungkinannya”.Bertanyalah pada diri sendiri: Apa yang bisa terjadi? Apa yang bisa kita lakukan dan mana yang di luar kemampuan kita?

Bila terjadi krisis, tenanglah!. Jangan bertindak nekad! Pikirkanlah kemungkinan yang terburuk yang bisa terjadi. Bila tidak terlalu berarti bagi kita, minum saja secangkir kopi dan nikmati hidup!

Tenanglah! Waspada! Pusatkan perhatian walau berada di bawah tekanan yang hebat. Kita tidak harus sehat sempurna, namun secara emosional dan mental kita harus kuat dan fokus. Kekuatan datang dari pengendalian diri. Uap di ruang terbuka akan tersebar ke segala penjuru. Uap yan tersimpan dalam mesin dapat menggerakkan serangkaian kereta api. Keberhasilan datang dari pemusatan pada tujuan, dan ketekunan. Yang dengan kata lain; pengendalian diri.

Azas-azas terpenting dalam menghadapi kehidupan jika kita mengalami krisis adalah dengan tidak membiarkan emosi kita terombang-ambing oleh kabar burung, krisis dan pola rencana yang manipulatif. Kuncinya adalah utamakan spiritualitas! Jangan bereaksi atau membiarkan diri kita tersedot ke dalam pusaran kekacauan, karena energi dengan kualitas yang sama akan saling tarik menarik. Cinta kasih dan kebaikan hati akan menarik cinta kasih serta kebaikan. Demikian pula kemarahan dan kebencian akan menarik kemarahan dan kebencian! Pancarkan kasih sayang serta kebaikan hati!

Heninglah ! Bermandilah dalam lautan kasih sayang dan kebahagiaan!
Bermeditasilah! Tingkatkan kesadaran sedemikian rupa, sehingga kecemasan tak dapat menyentuh kita-sang jiwa! Badai akan reda dengan sendirinya. Setelah badai, akan ada ketenangan dan kedamaian. Janganlah berkecil hati.
Janganlah merasa takut. Susunlah strategi yang baik! Agar kita dapat memelihara kedamaian dalam batin, sehingga dapat melanjutkan melaksanakan pekerjaan dengan baik dan mantap.

Rahayu
Dari Catatan pinggir Jalan

Monday, December 13, 2010

Tanpa Penderitaan, Rasa Manis Tidak Akan Timbul

Salam Kasih

Kisah ini adalah wejangan yang saya terima dari Guru Kerohanian saya, semoga bermanfaat untuk sahabat semua;

Mengawali wejangannya Beliau mulai dengan sebuah pertanyaan: "Bila mengalami penderitaan, mengapa engkau menjauhkan diri dari Tuhan? Tuhan memberimu penderitaan itu semua demi kebaikanmu, untuk kemajuan baktimu. Bila dianugerahi penderitaan, engkau mencari SANTIH-ketentraman; engkau mencari pengetahuan tentang misteri; engkau menemui sepuluh orang dan setiap orang dari mereka memberitahukan suatu aspek kebenaran kepadamu.Tanpa PENDERITAAN, rasa MANIS tidak akan timbul! Bila pada waktu menderita engkau merasa,"Tuhan bukan lagi milikku,"kemudian menjauhkan diri, Tuhan pun akan menyatakan,"Ia bukan lagi milik-Ku!" Berhati-hatilah....!!!

Dimanapun engkau berada, bila engkau merindukan NAMASKARAM-'sungkem' kepada Tuhan dengan sepenuh hati, kaki Tuhan ada di situ, di depanmu! Sarvatah pani padam-'tangan dan kaki Tuhan ada di mana-mana', demikian telah dinyatakan. Bila engkau bertanyadengan hati yang pedih,"Tuhan, tidakkah Engkau mendengar doaku?",telinga Tuhan ada di situ! Bila engkau menangis,"Tidakkah engkau melihat, oh Tuhan?",saat itu juga pandangan Tuhan ada di sana.Rama, Krshna, Siva, Ganesha, Brahma,Allah, Yesus, Mahavira, Buddha, dan perwujudan lainnya; wujud itu demikian, wujud ini demikian...mengapa engkau was-was dan bimbang seperti itu itu? Tubuhnya sama, hanya pakain yang dikenakan berbeda-beda. Jangan dikacaukan oleh orang lain.

Tuhan tidak pernah menyimpang dari perkataan Beliau; mungkin engkau mengira bahwa Tuhan bermaksud lain. Kehendak Tuhanlah yang selalu terjadi; SANGKALPA Tuhanlah yang berlangsung sepanjang waktu. Ada 3 jenis sangkalpa yang berbeda dari Tuhan:
1.Yojana sangkalpa; keputusan yang diperoleh setelah lama di pertimbangkan oleh Tuhan.
2.Manana sangkalpa; keputusan yang diambil setelah timbul keinginan untuk melakukannya, dan
3.Svasangkalpa; keinginan dan pemenuhannya seperti suara tembakan dan terkenanya sasaran, keduanya terjadi pada saat yang sama.

Demikianlah wejangannya pada hari itu, dimana ketika saya dan banyak sahabat lainnya yang hadir saat diskusi kami semua seperti disiram nektar yang melegakan dan menyejukkan hati dan pikiran kami yang kering. Pada awalnya saya menganggap bahwa saat menderita saya seolah telah dilupakan Tuhan. Ternyata pandangan dan anggapan tersebut sama sekali keliru, karena di balik semua derita ada kehidupan manis sedang menanti

Terima kasih Guruji atas semua limpahan kasihmu yang tiada tara

Rahayu
~ I Wayan Sudarma

Monday, December 6, 2010

Mekanisme Hidup

Salam Kasih

DALAM mekanisme tindakan atau perbuatan manusia, kekuatan pendorongnya adalah keinginan-keinginan yang disebabkan oleh Wasana atau sifat dasar pembawaannya. Namun manusia memiliki kemampuan yang unik untuk memilih dan menentukan tindakannya. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh mahluk-mahluk yang lain. Dengan menggunakan kemampuan ini, manusia dapat memperbaiki sifat dasar pembawaannya dan mencapai puncak kesempurnaan.

Setiap tindakan merupakan akibat keinginan manusia dan keinginan merupakan manifestasi kecendrungan kita. Jadi apabila kita berkecendrungan pada judi dan spekulasi, maka akan timbul keinginan untuk berspekulasi dan main judi, Keinginan dibantu oleh kecendrungan akan memaksa manusia untuk mengunjungi tempat-tempat perjudian dimana ia akan melampiaskan keinginannya. Kecendrungan atau sifat dasar manusia ini merupakan sebab utama segala macam keinginan dan perbuatan manusia. Ini pula yang menyebabkan kegelisahan dan ketidakpuasan dalam dirinya.

Dalam bahasa Sanskerta , Wasana berati "Wangi". Setiap individu memiliki Wasana dan kepribadian manusia ditentukan olehnya. Dalam arti lain, seorang individu sebenarnya hanya perwujudan Wasana. Kelainan dalam pribadi-pribadi manusia ditentukan oleh Wasana. Setelah melampaui Wasana, manusia tidak lagi menjadi gelisah dan ia mencapai tingkat kemuliaan. Apabila Wasana manusia telah terbakar habis ia akan sampai pada tujuannya, yaitu menyadari sifat sebenarnya, yang mulia. Hanya manusia yang dapat membebaskan dirinya dari Wasana yang merupakan sifat pembawaannya. Ia dapat menggunakan kemampuannya untuk memilih jalan yang benar. Apabila ia berupaya dan mengikuti anjuran-anjuran kitab suci, ia dapat melepaskan sifat pembawaannya dan menyadari sifat sebenarnya yang mulia itu.

Jadi apabila kita melihat ke belakang memang selama ini kita menjadi korban tindakan-tindakan kita sendiri, namun kita dapat menjadi arsitektur bagi masa depan yang gemilang. Hendaknya manusia tidak terus-terusan larut dan melihat ke belakang. Lihatlah ke depan dan gunakan segala daya upaya untuk mencapai tujuan yang mulia.

Rahayu

Wednesday, December 1, 2010

Pertapaan

Salam Kasih

Kala dirimu hendak mengenalku
Bertapalah dengan benar di dalam hati
Jadikan tubuhmu bagai gunung
Bersihkan dirimu dari ketidaksucian
Budi yang suci bagai hutan pertapaan

Pikiran itu bagai pelayanmu
Pengetahuan-pembebasan itu bagai api
Sifat tamah laksana sepotong kayu
Hati yang kukuh bagai benteng

Sang Hyang Atma bagai sanggar pemujaan
Jiwa itu bagai pilar penyanggamu
Bayu ibarat tali pengikat
Empat sakti Siwa bagai alas pemujaan

Yang diketahui bagai sari persembahan
Berbungakan hati yang mekar
Berairkan cita yang jernih
Mantra pemujaanmu bisikan hati

Kesadaran itu bagai sapu pembersihmu
Kelembutan itu bagai sifatmu
Dharma itu bagai tongkatmu
Kemuliaan itu bagai busanamu

Ucapan benar bagai pintu gerbangmu
Ketiadaan itu bagai milikmu
Persembunyianmu di dalam pikiran
Berkunci dengan teguh di dalam hati

Siang dan malam berjaga
Terus mengingat yang baik
Janganlah jahat-membunuh
Itulah yang bernama tapa

Bukan karena datang ke gunung
Menemukan moksa tanpa tujuan
Bukan karena makan sayur-sayuran
Tidak akan berhasil bila tidak tepat

Rahayu
Dharma Sunya