Friday, February 26, 2010

Bersama Dewi Sarasvati

harder & harder
Aku lahir dalam Avidya
Tiada berdaya..hanya berbalut Karma masa lalu
Tapi berkat kasihmu ...Om Hyang Widhi Yang Mahapemurah dan Penyayang
Menyinari hamba dengan Cahaya IllahiMu
Hingga lenyap basmi kebodohanku
Engkau tuntun hamba langkah demi langkah
untuk meniti kehidupan ini

Sembah sujud hamba kepada-Mu
Wahai perwujudan Mahaada, Mahatahu dan Mahakuasa
Dan sumber Pengetahuan dan Kebahagiaan (Sat Cit Ananda)

Hari ini hamba tundukkan kepala di Kaki PadmaMU
ijinkan hamba menyapaMu dengan bahasa hatiku
karena Engkau ada dalam semua bahasa

Tuhan....yang mewujud dalam Pengetahuan Illahi (Sarasvati)
Anugerahilah hamba hati yang bersinar
Pandangan dan pikiran yang seimbang
Keyakinan, bhakti dan kebijaksanaan
Berkati hamba kekuatan rohani
Untuk menahan godaan dan mengendalikan pikiran
Bebaskan hamba dari sifat egois....
Nafsu...
Keserakahan...
Kebencian...
Kemarahan dan iri hati

Isilah hati hamba dengan kebajikan Illahi
Biarkanlah hamba memandang-Mu pada semua nama & rupa-Mu
Biarkanlah hamba melayani-Mu pada semua nama & rupa-Mu
Biarkan hamba selalu mengingat-Mu
Biarkanlah hamba menyanyikan kemuliaan-Mu
Biarkanlah nama-Mu selalu melekat di bibirku
Biarkan hamba tinggal bersama-Mu selama-lamanya
Biarkan hamba agar tetap dapat mengabdi dan berbuat kebajikan
Hingga napas ini berhenti

Wahai Ibu Illahi terima kasih atas semua cambuk suka dukaMu
Yang semata-mata demi memacu semangatku menujuMu
Agar seluruh Avidyaku sirna
Dan Vidya menyapaku
Vijnana merasuki seluruh jiwa-ragaku
Ksetrajna memancar dari Padma Hrdayaku

Karena Engkau sesungguhnya mengasihi hamba
Om Shri Sarasvatyai namah
Om Shri guru bhyo namah
Harih Om

Thursday, February 25, 2010

I Will

harder & harder

I will get in touch with the field of pure potentiality
By taking time each day to be silent,
To just Be.....
I will also sit alone in silent meditation
At least twice a day for approximately
30 minutes in the morning and
30 minutes in the evening

I will take time each day to commune with nature and....
To silently witness the intelligence within every living thing
I will sit silently & watch sunset
Or listen to the sound ot the ocean
Or the stream...
Or the simply smell the scent of flower
In the ecstasy of my own silence
and by communing with nature
I will enjoy the life throb af ages
The field of pure potentiality & unbounded creativity

I will practice Non-Judgment
I will begin my day with the statement;
"Today, I shall judge nothing that occurs"
And throughout the day .....
I will remind myself not judge.

Monday, February 22, 2010

Dalam Pangkuan Ibuku.....

harder & harder
Salam Kasih

Persaingan Dalam kandungan:
Jika demikian apakah hidup itu? Hidup dimulai dari persaingan, siapa yang lebih kuat akan menjadi pemenang/penguasa kehidupan. Persaingan dimulai sejak dalam kandungan (garbhadana) dimana yang kuat akan dapat tinggal dalam hangatnya kandungan sang ibu. Setiap ibu pasti pernah bercerita kepada kita bahwa “tiada perjuangan apapun yang begitu hebat mati-matian yang menyamai dengan perjuangan untuk hidup”.

Selama 9 Bulan:
Diantara berjuta bibit/benih janin yang membuahi rahim ibu, hanya yang terbaik yang sesuai dengan karmanya dapat tinggal dalam kandungannya selama lebih kurang sembilan bulan, dan menghadapi segala sesuatu bersama-sama. Seorang ibu pasti akan berkata “Anakku, apabila engkau dewasa nanti, engkau harus kuat dan menyiapkan diri, memiliki kesabaran serta tahan terhadap persaingan maupun gejolak dalam kehidupan”. Tetapi, pada saat itu kita pasti tidak begitu tertarik atas nasehat tersebut, karena tidak percaya bahwa hidup akan kejam seperti kenyataannya.

Setelah Lahir:
Ketika kita tumbuh menjadi dewasa baru paham dan menyadari bahwa sesungguhnya hidup manusia adalah ajang pertarungan yang besar. Pemaian yang lemah akan gagal dan teraniaya selalu, tak ada panggung kosong bagi mereka yang lemah. Tak ada jalan terbuka bagi mereka yang putus semangat. Manusia sejak bangun dari tidurnya, pada saat pertama membuka mata, pikirannya telah tertuju pada peretarungan nasibnya. “ Bila engkau dewasa nanti, memiliki pengalaman, belajar lebih banyak, dan dapat melihat dunia dari berbagai sudut pandang, semua bagian dengan nyata, maka engkau akan mengerti”


Tatkala Suka-Duka:
Ketika kita dewasa, ibu tidak begitu banyak bicara, tidak sering lagi menasehati dan menunjukkan pandangan hidupnya kepada kita. Kadangkala kita perhatikan ibu ingin bicara sesuatau yang tepat dengan isi hatinya, akan tetapi beliau memilih diam. Ibu memiliki kesadaran, mungkin karena takut/sungkan akan menyinggung hati anak-anaknya yang sedang dalam perjuangan hidup. Ibu senantiasa menjaga dan merawat hati putra-putrinya semasa hidupnya. Ibu tahu dengan baik, perjuangan hidup itu selalu diwarnai kegagalan dan kemenangan.“ Pangkuan ibu adalah tempat tidur yang hangat untukmu, tidurlah kalau engkau lelah dan gagal, lengan ibu adalah sandaran yang hangat dan aman. Kembalilah!, karena tidak ada pertarungan, kebencian, suap dan kebohongan. Pangkuan ibu, sejak engkau kanak-kanak, hingga kini adalah tetap demikian, tidak pernah berubah, ibu selalu ada di sini”.“ Kemenangan sejati adalah bila engkau dapat menaklukkan dirimu sendiri.” Nasihat seorang ibu seperti ini pasti sangat menyentuh hati kita. Sering kali kita mengalami kegelisahan dan kekhawatiran karena berharap mengalahkan orang lain. Tapi bila menang, kitapun merasa gelisah dan menderita, mengapa? Penderitaan kita timbul karena takut dikalahkan oleh mereka yang pernah kita kalahkan. Tentu merekapun ingin meraih kemenangannyaa kembali. Penderitaan (duhkha) manusia tentang hal ini tidak berbeda antara orang miskin dan kaya, pria dan wanita. Manusia mempunyai kecurigaan yang sama di dalam persaingan.

Dari Hati ke Hati:
Ketika kita berbicara dengan ibu dari hati ke hati, kita pasti pernah bertanya padanya dengan perlahan,”Ibu, kapankah hidup ini berhenti dari persaingan?” Jawaban ibu yang bijaksana adalah,”Anakku! Hidup ini adalah persaingan, dan persaingan ini kan berakhir bila hidup tanpa nafas! Saat itu hidup berhenti berjalan. Bahkan ibu sendiri walaupun telah lanjut usia, masih terus berjuang dan berusaha. Berusaha agar diuri ibu tidak dikalahkan oleh keinginan rendah dan jahat”.


Harapannya:
Bersaing atau berjuang di dalam sandiwara adalah kejam dan keras, tetapi lebih kejam dan keras lagi apa yang kita temukan dalam kenyataan hidup ini. Ibu mengatakan selama hidup berlangsung kita harus berjuang, dan dengan usapan tangannya yang lembut, ibu sering membelai kepala kita dan mengatakan,”Semoga engkau anakku, memiliki kesadaran dalam setiap persaingan dan penuh dengan kesabaran dalam perjuangan mengarungi hidup ini. Walau hari ini gagal, harapan ibu semoga esok engkau dalam kemenangan”. ”Tetapi kemenangan itu haruslah kemenangan yang benar, murni dan adil!”

Renungan:
Di dalam perjuangan hidup ini sangat dibutuhkan dorongan spiritual dari seseorang. Dan bagi setiap anak tidak ada dorongan spiritual yang dapat disamakan dengan dorongan spiritual dari seorang ibu. Ibu senantiasa berusaha memberikan semangat, keteguhan dan kekuatan jiwa kep[ada putra-putinya.Hidup ibu tidak lagi bersaing dengan orang lain saat ini, tetapi beliau juga masih berjuang mengendalikan diri/batin beliau sendiri yaitu mengatasi Klesa yang timbul yaitu meliputi keserakahan (lobha), Kebencian (irihati), dan kegelapan batin (avidya). Kita mesti belajar dari hidup seorang ibu, belajar tentang melihat kenyataan dan melangkah dalam hidup ini bersama ibu. Hidup terisi penuh oleh pengalaman hidup dan pelajaran hidupp dengan beraneka ilmu, yang tidak tercatat di dalam buku apapun.

Dikisahkan oleh seorang anak yang dibesarkan oleh Ibu di tepi Danau Batur

Rahayu
~ I Wayan Sudarma

Friday, February 19, 2010

Meniru Dengan Membuta

harder & harder

Salam Kasih
Seorang pertapa tinggal di pertapaan bersama putranya. Ia biasa melakukan Puja Homa (upacara api suci) setiap hari. Ia mempunyai seekor kucing kesayangan yang suka bermain di dekat api pemujaan itu dan amat mengganggu ketika sedang melakukan upacara tersebut.

Karena itu, sang pertapa menangkap kucing tersebut dan menaruhnya di bawah keranjang sebelum ia memulai duduk melakukan upacaranya setiap hari. Putranya menyaksikan kegiatan ini selama betahun-tahun mengira bahwa menangkap kucing dan menaruhnya di bawah keranjang juga merupakan bagian yang penting di dalam upacara.

Pada suatu hari pertapa itu meninggal. Putranya harus meneruskan upacara Homa sebagai bagian dari kehidupan di ashram. Akan tetapi di mana-mana di sekitar ashram itu ia tidak menemukan kucing. Karena itu, ia bersusah payah mencari kucing agar dapat melaksanakan Homa seperti yang dilakukan ayahnya!
Sahabat...

Dari cerita ini sekiranya kita dapat pelajaran baru; Bagaimana kita seharusnya mempelajari sendiri arti di balik setiap ritual sebelum berusaha melaksanakannya. Hanya dengan demikianlah kita akan memperoleh hasil yang dharapkan. Jika tidak, mungkin kita melakukan kesalahan dengan melakukan sesuatu yang tidak ada artinya, dan akibatnya kita bisa dan akan diolok-olok orang....!?

Oleh: Shri Danu Dharma P (I W. Sudarma)

Thursday, February 18, 2010

Should We

harder & harder

Consider the birds in our forests
They praise God each in his own way
In diverse tones and fashions
Think your God is vexed by this diversity
And desires to silence discordant voices?
All the forms of being are dear to infinite Being Himself

Beaker or flagon....
Or.... bowl or jar
Clumsy or slender
Coarse or fine
However the potter may make or mar
All were made to contain the wine
Should we seek this one or that one shun
When the wine which gives them their worth is one?

Into the bosom of the one great sea
Flow streams that come from hills on every side
Their names are various as their springs
And thus in every land do men bow down
To one great God....though known by many names
As...Brahma, Visnu, Mahesvara, Krshna, Allah, Jesus, Buddha, Mahavira.....etc

My Divine Mother

harder & harder

Thou, O Goddess.....
O auspicious Remover of the distresses of those who turn to thee for refuge
Art not to be known by speech, mind and intellect
None indeed is able to praise thee by words

O Goddess.....
having Brahman as thy personal form
O Mother of the universe
We repeatedly salute thee
Full of compassion

The work of creation, maintenance and absorption....
Is a mere wave of thy sportive pleasure
Thou art able to create the whole in a moment
Salutation to thee...O all-powerfull Goddess!

Although devoid of attributes and form
Although standing outside of objective existence
Although beyond the range of the senses
Although one and whole and without a second and all-pervading
Yet assuming a form possessed of attributes for the well being of devotees..

Thou givest them the highest good
We salute thee....O Goddess
In whom all the three conditions of existence become manifest

Sunday, February 14, 2010

Menilai Obyektif....?!

harder & harder

Salam Kasih
Dalam setiap pergaulan entah dalam sekup kecil, entah dengan keluarga, sahabat, tetangga, dan masyarakat, kita sering dihadapkan untuk memberi penilaian terhadap orang lain dimana kita berada. Dari menilai pola hidup, bahkan tak jarang merambah kepada hal-hal pribadi orang lain.

Secara teori kita diajarkan untuk apat menilai sesuatu secara obyektif, akan tetapi kita malahan sering tidak dapat melakukannya, barangkali karena keterbatasan pengetahuan, sehingga hanya dapat mengungkap yang tampak secara kasat mata, sementara yang tersebunyi dalam setiap pikiran, dan hati orang lain tak mampu kita sentuh, atau bahkan terjebak arus suara mayoritas dimana kebenarannya-pun masih diragukan, hitung-hitung agar tidak dicap tidak setia kawan atau sok suci, sok alim, sehingga hati nurani dan kejernihan pikiran menjadi sering terabaikan.

Hal serupa juga pernah aku alami ketika berkujung ke salah satu rumah saudaraku di Denpasar. Kebetulan di depan rumahnya berderet kontrakan para pedagang sayur, pedagang es puter, dan tukang sol sepatu. Setiap pagi maka akan terlihat gantungan jemuran di atas pintu masuk setiap kamar....maklum kontrakannya memang sempit, sehingga tak ada halaman yang tersisa untuk menjemur pakain. Saudaraku sering kali mengamati prilaku tetangganya dari dalam rumah lewat jendela kaca nakonya yang memang agak gelap, sehingga tidak tampak dari luar jika ia sedang memperhatikan tetangganya.

Hari dimana akau main kerumahnya, iapun langsung bercerita, kalau tetangga depan rumahnya sangat jorok dan kurang beretika, karena jemurannya dibiarkan terhampar di depan pintu masuk kamarnya. Katanya: “ sudah nyucinya asal, jorok lagi!”.....lihat tuh pakainnya...masak nyuci masih kotor seperti itu..apa tidak risih kalau dipakai nanti?..gerutunya..”

Akupun ikut-ikutan melongok dan melihat dari jendela itu. Sepintas aku perhatikan memang tak ada yang aneh dengan perkataan saudaraku.....tapi lama-lama aku kepikiran juga. Mengapa ia mengatakan tetangganya kurang bersih dan terkesan jorok...? Padahal saat aku melintas di depannya aku perhatikan tidak seperti yang diceritakan saudaraku...?

Lalu aku bertanya kepada saudaraku..Bli..! “Dalam sebulan ini berapa kali Bli membersihkan kaca jendela itu.?” Yang kotor dan jorok itu sepertinya bukan jemuran tetangga Bli deh..tapi kaca jendela itu..! Saat mendapatkan kaca jendelanya sangat kotor....saudaraku langsung tersipu malu.....

Sahabat

Sebelum kita melihat, membicarakan, dan memberi penilaian terhadap orang lain....akan lebih bijak rasanya jika kita membersihkan debu-debu kotoran pikiran, dan bhatin kita sendiri terlebih dahulu. Bagaimana mungkin kita dapat melihat dengan jernih apalagi dengan obyektif terhadap apa-apa yang terhampar di hadapan kita jika kita sendiri masih belepotan dengan kotoran yang justru tidak pernah kita bersihkan. Jangan sampai seperti pepatah mengatakan: gunung di seberang lautan terlihat tapi gajah di pelupuk mata tak tampak.

Inilah pelajaran berharga yang dapat kita petik dari kisah ini....jangan merasa bisa tapi bisa merasakan kekurangan diri sendiri..bukan malah merasa diri lebih bisa, lebih pintar, bahkan lebih suci..dikarenakan rasa egoisme dan kesombongan terhadap status, posisi, kekayaan, keberuntungan dan keturunan yang kesemuanya hanya bersifat sementara.

Tapi manakala pikiran dan hati selalu murni, tanpa egoisme, tanpa dengki, irihati dan tanpa dendam saat inilah kita akan dapat melihat, menilai segala sesuatu dengan arip dan bijaksana, tanpa keberpihakan.

~ I Wayan Sudarma
Dari Jejak Perjalananku di Jl. Pulau Misol XIV th. 1991

My Valentine With Lord

harder & harder


Oh Tuhan....
Sumber dari segala penggenapan
Hamba tidak berkeinginan menikmati Sorga....karena hamba belum layak menerimanya
Tidak pula hamba berhasrat menjadi penguasa bumi dan alam bawah
Hamba tidaklah beniat menjadi penguasa kekuatan-kekuatan gaib yoga
Bahkan hamba tidak mengidamkan pembebasan sekalipun....
Bila itu membuat hamba dipisahkan dari Kaki Padma-Mu

Laksana seekor anak burung yang sayapnya belum tumbuh
Senantiasa menantikan induknya datang dan memberi makan
Bagai seekor anak sapi yang lehernya terikat tali
Menanti tibanya waktu menyusu dengan ibunya
Seperti seorang istri murung yang menanti suami tercintanya
Yang sedang pergi jauh untuk kembali
Kesedihan.......dan.....kerinduan yang sama
Akan menyertai penantian dan pengharapanku
Akan tibanya saat ketika hamba dapat melayani-Mu
Dalam segala nama, rupa dan warna

Wahai Tuhan....
Karena karmaku...aku mengembara ke segenap semesta ini
Tujuan hamba hanyalah mencari pergaulan para sahabat...
Yang adalah penyembah-Mu
Yang saleh dan tercerahkan....

Kemelekatanku.....pada tubuhku
Kepada keluargaku,rumahku dan benda materi ini terus menerus dan berlanjut
Itu semua karena pengaruh tenaga luar-Mu

Tapi.....
Hamba berharap untuk melepaskan segela kemelekatanku pada semua ini
Semoga...
Pikiranku......
Kesadaranku.....
Dan segala yang ada padaku
Hanyalah terikat pada Diri-Mu

Hamba ini milik-Mu!
Hamba ini milik-Mu!
Hamba tak dapat hidup tanpa-Mu!
Mengertilah Tuhan!

Melalui cinta kasih-Mu
Mohon bawa hamba ke dalam pelayanan
Pada Kaki Padma-MU
Kepada-Mulah hamba bersujud......dan berserah diri

Wednesday, February 10, 2010

Ketupat Panas

Salam Kasih

Siang itu....
Seorang anak dengan baju lusuh bergegas melangkah
Dari wajahnya terpancar wajah cemas....takut terlambat tiba di sekolah
Hampir setiap hari Ia seperti ini
Karena sebelum berangkat sekolah
Ia mesti mencari rumput buat sapi gembalaannya

Sering sekali anak ini berangkat tanpa uang jajan
Karena Ibu memang tiada punya cukup rupiah
Hingga tak jarang menahan haus dan lapar
Tak seperti teman sebayanya yang hidup jauh lebih makmur
Juga hari itu.....
Ia tak sempat makan....karena kesiangan
Tak sempat pula meminta uang jajan
Karena semua sudah pergi ke ladang

Sore hari ia pulang sekolah
Berharap ada makanan tersimpan di atas Lenggatan dapur
Dibuka .....perlahan....Ahhhh....
Ternyata ibunya tidak masak hari itu
Tapi Ia melihat rebusan ketupat sedang mendidih di atas tungku

Sambil menahan lapar yang tak terkira....Ia coba menunggu
Hingga Sang Ibu tiba dari mencari ranting kayu bakar

Bu...aku lapar katanya...!
Tapi Ketupatnya belum masak....sahut ibunya dengan lembut
Nanti jika sudah masak ...makanlah...!

Yang ditunggupun tiba....ketupat itu telah masak
Bergegas anak ini mengambil sebuah ketupat yang masih panas
Dibelahnya menjadi dua......dan langsung memakan setengah potongan itu...

Tiba-tiba anak itu menggeliat mengerang kesakitan
Menahan panas tak terhingga.....

Rasa laparpun menjadi hilang
Bukan karena kenyang
Tapi karena.....Ia tak'an dapat menikmati makan
Untuk beberapa hari ke depan

Pengalaman ini akhirnya mengantarkan aku terbiasa menahan lapar, belajar mencari penghidupan sendiri, dan aku jadi menikmatinya sebagai bentuk puasa.



Dari kisah masa kecilku: I Waya Sudarma

Monday, February 8, 2010

Keunikan Setiap Entitas

Salam Kasih
Bertemu dengan banyak orang, dari yang masih ingusan, anak-anak, remaja, sudah dewasa, bahkan sampai kakek-kakek dan nenek-nenek ternyata membawa kesan tersendiri.

Yang pasti setiap orang yang aku jumpai selalu menawarkan pelajaran baru yang sangat berharga, dari kepolosan anak-anak, semangat kaum remaja, sedikit kemunafikan dan rasa egoisme pada orang yang mengaku dewasa, dan kearifan kaum sepuh.....semua adalah mata pelajaran yang sangat menarik....

Setiap insan adalah unik....hal ini disebabkan barangkali karena beberapa alasan;
setiap insan membawa karmanya masing-masing, secara genitas kita memang berbeda, lingkungan hidup juga tak kalah penting dalam mempengaruhi pola pikir, tata ucap dan prilaku kita, sumber hidup (makan, minum, sandang); bagaimana kita mendapatkan semua itu juga berkontribusi besar dalam hidup ini, pendidikan, dan tentunya adalah kesempatan itu sendiri.

Namun apapun itu, yang pasti setiap insan memang unik...karena keunikannya inilah kita tidak bisa memperlakukan mereka secara sama, setiap insan harus didekati dengan cara yang berbeda pula .....istilah ngetrennya "One Man One Method"

Menyitir ungkapan para Bijak bahwasanya setiap insan dibedakan karena beberapa hal, yakni:

Setiap insan tidak ada memiliki pikiran yang sama...karena itulah secara rohani setiap insan memang berbeda.

Setiap insan secara phisik berbeda...taka ada rupa manusia yang sama....karena ia merupakan hasil KELONAN bukan hasil KLONINGAN.....makanya menjadi diri sendiri adalah yang terbaik....keinginan meniru untuk menjadi orang lain hanya akan berakhir pada kesia-siaan...

Desain waktu yang kita miliki, masing-masing dari kita menggunakannnya secara berbeda-beda pula, tergantung motivasi hidup ini. Ada yang lebih banyak menggunkan waktunya untuk berkontemplasi, tapi tak sedikit yang menggunakan waktu hidupnya untuk mengejar kenikmatan duniawi, sebagian lagi untuk menggosip, dan lainnya.

Walau demikian setiap insan digerakkan oleh sumber yang sama yakni ATMAN. nah....jika kita kembali ke esesnsi yang paling hakiki ini....kita akan selalu mendapati bahwa perbedaan nama, rupa, profesi,dan kedudukan sebagai sebuah kebenaran.

Karena ternyata memang hanya perbedaan itulah kebenaran. Tuhan menciptakan perbedaan agar kita dapat saling memahami, memberi dan menjalin komunikasi dengan yang lain.

Tantangan bagi kita adalah bagaimana menjadikan perbedaan ini sebagai sebuah kekayaan, dan kesempatan untuk berbenah....karena setiap insan selalu lebih di sisi lainnya dan kurang di sisi yang satunya lagi. Tanpa terhubung dalam kasih....niscaya kita hanya akan hidup dalam kenisbian tanpa arah yang jelas.

Menjabat erat tangan yang lain dengan kasih, dan belajar untuk memahami dan melayani mereka dengan ketulusan adalah sebuah keharusan.....Ayo kita coba....!

Rahayu _/|\_ I W Sudarma

Wednesday, February 3, 2010

Bukan.....

harder & harder

Bukan aku tiada berani
Bukan karena takut
Bukan karena malu
bukan....bukan...

Sebenarnya...
Aku ingin memandangmu dengan kejernihan
tapi engkau tampak seolah menjauh
hingga.....mata ini mulai rabun
dan wajah cantikmu kian berbalut malu

Aku ingin mendekatimu...dan menyatu denganmu
tapi kaki dan tanganku mulai tak bertenaga
terseok merayap ingin menggapaimu

Aku ingin menyapamu...mengidungkan lagu pujian kasmaran
Akankah lidah ini menjadi gelu tuk berucap..!
kasih....aku sayang padamu...!

Ingin ku nikmati cumbu rayumu
walau bibir ini mengering menahan rindu

namun dalam setiap nadi, dan aliran darah
dan hembusan napasku
nama, rupa, senyum, dan jiwamu....
masih kudekap erat dalam teratai hatiku

sekali lagi...
bukan karena tiada berani, takut...ataupun malu
tapi kesempatan untuk menata asa ini.....
kian terbatas...
dan terbatas....

Hal yang Bermanfaat (Hita) Belum tentu Menyenangkan (Priya)

harder & harder

Om Swastyastu

Setelah kepindahanku ke Toya Bungkah, mengikuti kakak pertamaku yang saat itu bekerja sebagai mekanik di hotel dan pusat kesenian milik STA (Sutan Takdir Alisyahbana), setiap hari aku membantunya menyelesaikan tugasnya, bahkan terkadang harus bangun di tengah malam karena harus mengisi solar untuk diesel yang menjadi sumber pembangkit listrik saat itu. Dan setelah aku selesai sekolah aku juga bekerja di STA sebagai tukang kebun dengan imbalan makan dan berkesempatan mengikuti latihan kesenian.

Pada suatu sore di bawah pohon Cheri aku bertemu dan ngobrol dengan Guru Made (seorang Balian), yang juga bekerja di STA sebagai tukang bangunan. Beliau bersal dari desa Abang, salah satu desa di pinggir danau Batur, dan berada persis di seberang Toya Bungkah. Beliau mengawali ceritanya sebagai seorang balian yang harus membantu umat dari kesusahan, baik sakit phisik, sampai sakit magis.....dan beliau memulai ceritanya....

Seorang pasien harus makan obat dan menjalani diet yang bermanfaat; ia tidak bisa hanya minta obat-obatan yang manis dan diet yang enak dan menyenangkan. Balian (dokter) tahu hal yang terbaik baginya. Balian/dokter harus ditaati demi kesembuhannya sendiri.

Kemudian beliau melanjutkan ceritanya dengan pengandaian dalam kisah Ramayana.......

Karena takut, para menteri Rahvana hanya mengatakan hal-hal yang menyenangkan junjungan mereka; dan terbukti bahwa mereka merupakan penasihat yang berbahaya. Hanya adiknya, Vibhisana, sajalah yang memberinya obat yang berfaedah, obat yang seharusnya pasti sudah menyembuhkannya, tapi karena tidak menyenangkan, Rahvana menolaknya dan akhirnya binasa.

Veda dan Sastra diperoleh melalui tapa serta usaha keras para Rsi dan kaum bijak waskita yang hanya menaruh minat pada kesejahtraan serta kebebasan umat manusia, karena itu kitab-kitab tersebut merupakan tempat penyimpanan terbesar bagi Hita (hal-hal yang bermanfaat). Veda dan Sastra menasehati manusia agar mengatur pandangannya ke dunia luar dan meningkatkan pandangan ke dalam bhatin.

Kenyataan bhatin merupakan landasan, dan kenyataan lahiriah dibangun di atas pondasi itu. Ini dapat diibaratkan dengan kemudi di adalam mobil yang menentukan arah roda-roda di bagian luar. Ketahuilah bahwa Tuhan Yang Mahakuasa, Mahatahu, dan Mahaada merupakan kenyataan asasi yang mendasar. Sadarilah hal itu dan menetaplah selalu dalam kesadaran itu. Tekanan, kesulitan atau keributan apa pun yang kita alami jangan sampai membuat keyakinan kita goyah. Kita juga dapat memperoleh kesadaran itu dengan selalu mengingatkan diri kita sendiri dengan setiap tarikan napas kita.

Mungkin kita bertanya bagaimana caranya kita selalu dapat mengingatkan diri sendiri?. Dengan menggunakan salah satu nama Tuhan, nama Beliau yang mana saja yang semerbak dengan keharuman suci, yang mengingatkan keindahan, rahmat, serta kekuasaan Beliau.

Inilah inti amanat kehidupan yang akan memberikan kekuatan, kedamaian, pengharapan, dan pemenuhan. Tentu saja amanat ini bermanfaat (Hita), walaupun mungkin tidak menyenangkan (Priya).

Ternyata ceritanya tidak hanya seputar usada tapi juga tentang bagaimana kita mesti melakoni, memaknai, dan berjuang untuk hidup ini agar dapat menerima anugrahNya dan layak menikmati sukacita ilahi......suksma Guru...

~ I Wayan Sudarma
Dari catatan perjalananku @1983

Tuesday, February 2, 2010

Hari Terakhir Bersama Pekak

Om Swastyastu

Seperti biasa setiap pagi Beliau melakukan pemujaan kepada Bhatara Kawitan melalui rumah kayunya yang bertiang 12 (saka roras) ciri khas rumah adat Bali Kuno di desaku, seusai pemuspaan saat itu.....Beliau memulai ceritanya tentang Mahabharata;

Ketika Arjuna dipengaruhi oleh Tamoguna (kelembaman dan keraguan), yang menyebabkan ia jatuh ke dalam khayal milikku dan keluargaku. Pada suatu saat percaya kepada Tuhan, pada saat lain meragukan akibatnya.....demikianlah keadaannya pada waktu itu.....mengawali ceritanya dengan sangat serius sambil memandangku..

Nah...kamu juga berada dalam kesulitan yang sama. Suatu  hari kamu berkata, " Aku harus mengikuti perintah Tuhan," , keesokan harinya kamu mulai ragu, "Mungkinkah itu?" Itulah sebabnya Pekak sesuaikan keadaan hidupmu dengan mengajakmu mengenal kehidupan ini dari kamu masih kecil, dengan harapan dapat mengangkat dirimu sesuai dengan jalan Karmamu; itulah sebabnya kamu....pekak ajarkan untuk selalu berani dan berusaha untuk selalu mengembangkan kepercayaan, kepercayaan yang tidak tergoyahkan.

Tuhan telah memberi manusia seabad untuk hidup dan banyak pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mengisi tahun-tahun tersebut, tetapi banyak orang yang membuang waktunya hanya untuk bermaian, untuk membangun serta membina keluarga, dan baru insaf  ketika harus menyiapkan diri menghadapi kematian ketika maut mengetuk pintu. Kemudian dengan gugup kita berdoa mohon agar masa hidup ini diperpanjang sedikit lagi untuk memenuhi tugas yang merupakan tujuan kelahiran kita ini.

Kamu tidak punya waktu untuk mengucapkan nama Tuhan atau merenungkan Wujud Beliau yang berada dalam hatimu! Tapi kamu punya waktu untuk perkumpulan, main kartu, nonton tv, mengobrol, dan untuk segala macam hal yang remeh. Tapi tiada waktu untuk hening walau sebentar saja, untuk sesuatu yang sederhana ...berdoa misalnya..!

Tidak punya waktu merupakan alasan yang tidak benar. Tidak...! katanya  sambil menarik napas dalam....

Pekak hanya berpesan ....agar kamu mengahadapi kebenaran ini dan majulah kearahnya. Bila Kamu menempuh jalan Kepatutan (kedharman), dengan tidak terasa, perlahan-lahan dan pasti, kamu akan tertarik ke arah kebenaran itu!

Kamu tidak usah takut untuk memperjuangkan kebenaran itu....karena hanya itulah bekelmu pulang esok hari.
mengaakhiri ceritanya....lalu Pekak....mengambilkan Genta dan  Tongkatnya....dan memberikannya kepadaku...." Jadikan ini sebagai bekel hidupmu mengarungi  kehidupan......pekak tak bisa memberimu apa-apa, tapi inilah yang pas buatmu..!, Apapun yang kamu hadapi...nikmati sebagai karuniaNya, jangan mengeluh apalagi protes....semua pasti ada maksudnya....!"

Saat itu aku juga tidak mengerti....mengapa pekak berkata demikian dan memberikan benda-benda itu kepadaku....Aku dilanda kebingungan.....akan jadi apa aku ini.?...tapi pertanyaan itu tak sempat aku utarakan....

Setelah itu Pekak mohon ijin untuk beristirahat.......dari bibirnya mendesah sebuah doa..Ommmmm.........

~ I Wayan Sudarma